Chapter 2 DI KOLAM RENANG

5.4K 142 3
                                    


"mak, ntar sore rio mau kekolam renang Diajakin ma temen".


Aku memberitahu emak yang lagi duduk didepanku di meja makan.

"tugas sekolah ya?". Tanya emak sambil menggeser piring berisi ikan goreng ke depanku.

"bukan sih mak Cuma sekedar main aja diajak teman, jam tiga ntar rio kesana"

"memangnya kamu tau berenang?". Emak agak kuatir karena aku memang jarang sekali pergi ke tempat begituan.

"enggak sih mak, tapi kan ada kolam dangkal, sekalian rio mau belajar renang"

"ya udah Makan dulu yang kenyang Jadi nggak kelaparan, Kalau berendam dengan perut kosong bisa kembung..!".

"jadi boleh ya mak.... Makasih ya mak..!". Aku senang sekali, cepat cepat aku menghabiskan nasi yang sedang aku makan. Emak senyum senyum melihatku.

Rasanya aku jadi semangat, tak sabar menunggu erwan datang. Aku belum pernah sekalipun pergi ke kolam renang, apalagi di hotel Pengen tahu seperti apa sih hotel itu. Biasanya aku cuma melihatnya di tipi.
Selesai makan aku buru buru ke kamar, dengan membawa mangkuk berisi ikan dan nasi yang telah dicampur rata, untuk anak kucingku. untung saja kucing ini tidak rewel, ia masih baring di dalam kotaknya yang nyaman.

Aku tarik kotak dibawah kolong, kemudian menaruh mangkuk didepan anak kucing ini. Tiba tiba hidungku menangkap bau yang kurang sedap dari bawah kolong, seperti agak asam bercampur busuk. Astaga! Pasti anak kucing ini berak dibawah kolong ranjang. Waduh Bakalan repot nih, emak pasti nggak bakalan ngijinin aku miara anak kucing ini, karena biasanya anak kucing suka buang kotoran sembarangan. Kenapa sampai nggak kepikiran olehku.

Bergegas aku pergi ke dapur, mencari sendok semen untuk membuang kotoran kucing itu. Jangan sampai emak tahu, bisa bisa ia menyuruh aku membuang anak kucing ini. Aku merunduk ke bawah kolong sambil menutup hidung karena bau yang tak enak membuat perutku mual. Nah itu dia tepat disudut, teronggok kotorannya, aku sekop dengan hati hati agar tak kemana mana. Aku mengintip keluar kamar, aman emak tak ada, Pasti lagi sibuk di dapur. Cepat cepat aku keluar, membuang kotoran kucing kedalam selokan.


Baru saja aku berbalik mau masuk kedalam rumah, tiba tiba emak sudah berdiri di tengah pintu. Buru buru aku sembunyikan sendok semen dibelakang punggungku.

"sudah dibuang kotoran kucingnya rio?". Aku tersentak kaget Darimana emak tahu.

"mak tau darimana?". Tanyaku takut takut.

"rumah kita ini kecil nak Kucing itu binatang bukan benda mati Sejak dari tadi pagi ia mencakar kaki emak Mungkin karena lapar Emak sempat heran darimana datangnya Habis emak kasih makan, ia masuk ke kamarmu Emak ikuti, ternyata ia masuk ke dalam kotak yang ada dibawah kolong tempat tidurmu". Jelas emak dengan ekspresi yang sulit aku tebak. Aku menunduk tak berani menatap wajah emak. Dalam hati aku berdoa semoga emak tak marah dan tak menyuruhku membuang anak kucing itu.

"dimana kamu dapatkan anak kucing itu Kenapa nggak kasih tau dan minta ijin emak kalau mau miara kucing?". Tak ada kemarahan dari nada suara emak.

"rio nabrak anak kucing itu kemarin mak Rio pikir anak kucing itu bakalan mati, makanya rio bawa pulang Rio takut kena sial kalau ninggalin kucing yang rio tabrak dijalan". Jelasku sambil menunduk tak berani menatap wajah emak.

"kamu tau rio, kalau mau miara binatang itu tidak boleh diumpetin gitu Mesti rajin kasih makan dan ngebersihin kotorannya Apa kamu sudah siap untuk itu?". Tanya emak masih dengan suara yang tenang tanpa ada kemarahan sedikitpun. Aku mulai lega pelan pelan aku menegakan kepala memandang emak Wajah emak tersenyum.

Pelangi Dilangit BangkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang