flash 6

204 15 0
                                    

Angin malam seakan menusuk sampai tulang tulang seorang Sisi yang tengah menikmati malamnya sambil memandang ribuan bintang dilangit.

"Angin malam tidak baik untuk kesehatan." Ucap Digo yang tiba tiba ada disamping Sisi.
"Kau juga diluar." Sisi.
"Aku hanya mengingatkanmu." Digo.
"Hey kenapa kau selalu berkata seperti itu, aku hanya mengingatkanmu, apa kau tak memiliki alasan?" Sisi.

"Karena sebagai seorang pangeran tampan yang baik hati, aku tak perlu alasan untuk menjaga, melindungi, dan juga mencintai wanita, apa lagi mengingatkan." Digo.
"Ciiihhh pangeran tampan yang baik hati, aku bidadari cantik yang tidak sombong memang harus dijaga, dilindungi, dan dicintai. Tapi aku tidak suka diingatkan setiap waktu." Sisi.

"Bidadari cantik ku, masuklah dan tidur, kelihatanya juga akan turun hujan." Digo.
"Owhhh pangeran tampan ku ini memang baik hati sekali, ok bidadari cantik akan masuk dan tidur, good night." Sisi seraya masuk kekamarnya.
Digo hanya tersenyum geli.

#$

Benar saja tak selang lama saat Sisi dan Digo memasuki kamar masing masing, hujang turun sangat deras, kilap menyambar membuat aliran listrik padam, suasana semakin mencekam kala hanya cahayakilap yang terlihat dikamar Sisi yang gelap.

Dddduuuuuaaaaaaarrrrrrr
Suara guntur diiringi teriakan Sisi yang memang sangat takut kegelapan dan badai.
"Eommmaaaaa, apppaaaa," teriak Sisi sambil merengkur disandaran ranjang, selimut menutup badanya sebatas leher, air mata membasahi pipi mulusnya.

Tak ada yang mendengar teriakan Sisi, oh no.! Digo mendengarnya. Langsung Digo menghampiri kamar Sisi yang saat itu tak terkunci, menutup semua gorden tebal cendela lalu menaiki tempat tidur dan memeluk Sisi erat.

"Tenang Bidadari ku, jangan takut." Digo mencoba menenangkan Sisi.
"Hikss hikkss," isak Sisi didalam rengkuhan Digo.
"Ssstttt,, jangan nangis kau tak akan kenapa napa." Digo menghapus air mata Sisi.
"A,aku takut Digo." Sisi ditengah isakanya.
"Ada aku disini, aku tak akan meninggalkanmu." Digo mencium kening Sisi dengan lembut.

Nafas Sisi sudah teratur, tak terdengar lagi isakanya, dilihatnya Sisi tapak nyaman tidur dalam pelukan Digo.
"Aku akan menjagamu." Ucap Digo tulus seraya menarik selmutnya yang melorot.

#$
lstrik menyala, hujan reda, perlahan Digo membaringkan Sisi dan membetulkan selimutnya.

Tangan Digo tergerak mengusap mata Sisi yang tampak sembab akibat menangis.

Saat dirasa sudah aman Digo kembali kekamar, sudah pukul 02.00 Digo melanjutkan tidurnya.

#$
"Huu tadi malam itu badainya mengerikan sekali." Cerocos Leo ditengah sarapanya.
"Diamlah, kau sedang makan nanti tersedak." Digo.
Sisi melihat betapa sosok Digo selalu mengingatkan orang yang ia sayang demi kebaikan, tapi kalau mengingatkanya apa Digo menyayanginya?.

Digo menatap datar wajah Sisi yang terus memandanginya.
"Hey kau. Apa?" Digo ketus.
"Ahh tidak." Sisi mengalihkan pandanganya, apa orang bisa berubah dalam waktu beberapa jam saja?.

"Cepat, kita bisa terlambat." Digo.
"Iya iya." Sisi mengikat tali sepatunya yang terakhir lalu beranjak berdiri.
"Matamu masih sembab, apa kau sakit?" Digo mengecek suhu badan Sisi.
"Ahh tidak, aku hanya sedikit tak enak badan." Sisi.
"Badanmu hangat, kalau kau sakit lebih baik tak usah berangkat." Digo.
"Ahh sudahlah ayo kita berangkat nanti terlambat." Sisi menarik tangan Digo.

#$
Sebenarnya Sisi sedang tak enak badan tapi ia rasa masih bisa berangkat lagi pula ada janji akan latihan dance dengan Kookie.

Ditengah perjalanan Sisi menyandarkan kepalanya dipunggung Digo dan tanganya berpegagan pada saku jaket Digo.

Digo melepas kedua tangan sisi dengan tagan kirinya, lalu melingkarkan tangan Sisi dipinggangnya dan mengusapnya dengan lembut.

#$
Heri ini ada mapel Olahraga, Sisi sebenarnya sangat pusing tapi ia juga sangat ingin mengikuti pelajaran.

"Sebaiknya kau dikelas saja, wajahmu sangat pucat." Jessica khawatir pada sahabatnya itu.
"Iya Sisi, kau bisa pinsan nanti." Chan.
"Tidak, aku tak akan kenapa napa tenang saja." Sisi.

Olahraga kali ini yang dilaksanakan adalah basket, keringat bercucuran disekujur badan Sisi, terik matahari menggelap, pandanganya kabur, pusing menghampiri, Sisi pinsan ditengah lapangan.

Kini Sisi dibawa ke UKS, Bona yang melihat hal itu lantas langsung menghampiri Digo yang tengah memimpin rapat osis saat itu.

"Ahh Digo." Bona ngos ngosan.
"Kau kenapa, duduklah dikursimu kita harus selesaikan persiapan camping hari ini juga." Digo.
"Sisi pinsan,." Bona.
"Apa? Sisi pinsan? Rapatnya kita lanjutkan sehabis istirahat, jangan ada yang telat ok." Digo langsung berlari keruang UkS.

Sisi sudah sadar dari pinsanya.
"Kau tak apa? Aku sudah ingatkan tadi pagi, kalau kau sakit tak usah berangkat, jadi begini kan bodoh." Digo.
"Ya, ini salahku harusnya aku tak ikut pelajaran olahraga, jadi berhentilah memarahiku Digo." Sisi meneteskan air atanya.

"Maafkan aku, bidadari cantikku tak boleh menangis hmm?" Digo pelan duduk diranjang sebelah Sisi.
Sisi hanya tersenyum.
"Aku akan mengantarmu pulang." Digo.
"Hmm Digo tapi bagaimana rapatnya? Semua harus selesai hari ini, kalau tidak semuanya berantakan, apa kau akan meninggalkan semuanya?" Bona.
"Biar aku yang mengantar Sisi, aku bawa mobil, kita juga sudah dapat izin, ini Chan tolong bawa kekelas ya." Jessica memberikan kertas izin dari BP pada Chan yang barusaja datang membawa tas Sisi dan Jessica.

"Hati hati kalian, jangan ngebut." Ucap Digo selepas membopong Sisi kemobil Jessica.
"Ya pak." Jessica.
"Istirahatlah dirumah, jangan main hp, minum obat." Digo.
"Ahh Digo berhentilah, kau membuatku tambah pusing saja." Sisi.
"Kau harus sembuh Bidadariku." Bisik Digo ditelinga kiri Sisi.
Sisi hanya tersenyum simpul sampai akhirnya Digo menutup pintu mobilnya lalu Jessica membawanya melaju.

"Tampaknya kau sangat perhatian padanya Digo?" Bona.
"Ya, kau tahu aku bisa dibunuh ibuku sendiri kalau dia sampai kenapa napa." Digo.
"Oh ya? Karena ibumu atau kau mencintainya hmm?" Bona.
"Ahh sudahlah, ayo kita bisa telat rapat nanti." Digo.

#$
Kini Jessica dan Sisi sudah sampai dirumah yang Sisi tumpangi, yap rumah keluarga Digo.

"Ayo." Jessica membntu Sisi dengan merangkulkan tangan Sisi dipundaknya agar ia bisa memapah badan Sisi.
"Yaampun Sisi sayang kau kenapa?" Ucap Sinta saat keluar dari dalam rumah.
"Hmm, Sisi pinsan tadi bi." Jessica.
"Ohh ya ampun, ayo masuk." Sinta membantu memapah badan Sisi lalu mengantarnya kekamar.

"Kau harus istirahat, ahh kau harus minum obat, ohh tidak kau belum makan, aku akan memasak bubur untukmu sayang, istirahatlah dulu." Sinta membaringkan Sisi lalu segera kedapur.
Jessica hanya heran melihat betapa ribetnya Ibu Digo itu.
"Sebegitu khawatirkah dia?" Jessica.
"Ya, dia sangat suka anak perempuan karena semua anaknya putra." Sisi.
"Ya aku tahu, sudahlah kau tidur aku tak akan kemana mana, aku selesaikan tugas disana." Jessica menunjuk meja pendek dekat Tv lalu ia duduk dikarpet dan mulai membuka laptopnya diatas meja.

~~~Bersambung~~~

-----------------------------------------------------

Hay hay hay, like for likenya ya jangan lupa.
Oh ya aku punya banyak ide cerita nih, tapi bingung mau pake nama apa.
Yang punya rekomendasi nama bagus langsung chat aja ya.

Oh ya jangan lupa follow akun instagram :@ellytriani_  and Twitter :@triani_elly itu akun official aku yha. Aku sih paling aktif di instagram, kalian bisa liat kegiatan sehari hari aku sama temen temen aku disitu, boleh chat juga, tapi jadi sahabat aku aja ya kalian, jangan jadi heaters. Udah banyak jangan nambah2in hehehehe.

Thank's

FlashlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang