:: Taman menjadi saksi ::

4.4K 367 15
                                    

Sekarang Canesha sedang duduk di bangku taman.Ia tidak perduli dengan bel masuk istirahat yang sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu.Toh,pelajaran juga kosong.Canesha masih menangis dalam diam.Kedua bola mata hazel nya menatap kosong ke depan.Tidak terlihat seperti menangis, tapi sebenarnya menangis.Sesekali Oni mengusap - usap punggung Canesha yang bergerak naik turun akibat tangisannya.

"O--oni,ca--cane--shha,mau pu--pul--pulang..." Kata Canesha sesegukan.Oni kasihan melihat sepupunya seperti ini.Sudah cukup Oni melihat Canesha menderita karena Thomas saat itu.Tapi sekarang karena Thomas dan Nilo.Ah memikirkan itu membuat Oni seperti orang gila.

"Yaudah, Oni izinin ke guru ya,nanti gue ambil tas lo nya." Jawab Oni seraya mengelus puncak kepala Canesha.Oni bangkit dari samping Canesha dan pergi.

Canesha sendiri.Oni pergi.Canesha sendiri.Oni pergi.Nilo pergi.Nilo gak peduli.Canesha sendiri."Ahhh!!stop stop stop!!." Canesha mengucapkannya setengah berteriak.Kedua tangannya ia tutup di kedua telinganya sambil memejamkan kedua matanya kasar.Ia meringis karena otaknya mengucapkan kata-kata menyakitkan itu berkali-kali.

Tangis Canesha makin pecah.Ia terjatuh dari bangku taman dan meringkuk di tepi bangku seperti balita pada umumnya.Kepalanya pusing.

"Kenapa harus Thomas yang jadi tunangan Canesha.."

"Kenapa Thomas bisa dapet restu dari Ayah sama Ibu?"

"Canesha gak suka sama Thomas.Canesha gak Cinta sama Thomas.Suka sama Cinta itu beda.Iya beda.Canesha cuma sekedar suka sama Thomas.Canesha cuma Cinta sama Nilo.Tapi Nilo udah benci sama Canesha.Canesha kapok jatuh Cinta.Canesha gak mau jatuh Cinta.Jatuh Cinta bikin Canesha sakit.Canesha padahal cuma iseng modusin Nilo.Tapi Canesha malah makin baper sama Nilo.Mending kalo Nilo juga Cinta sama Canesha.Nilo kan ganteng, gak mungkin Cinta sama Canesha.Canesha mah oon bisa Cinta sama Nilo.Sekarang Canesha udah gak bisa chat Nilo lagi.Canesha udah kehilangan Nilo.."

Canesha memejamkan matanya. Ia mengatakan kalimat panjang itu secara lancar.Walau hatinya bagai tersayat beribu belati yang menusuk hati.Tapi ia berusaha tetap tegar bagaimana pun juga.

"Canesha salah.Nilo gak marah.Canesha gak kehilangan Nilo.." Canesha terkejut.Suaranya tak asing sepertinya, dan tidak salah lagi itu Nilo.Ya,Nilo.Tapi apa iya?

Nilo memeluk Canesha dari belakang.Canesha sangat amat terkejut dari sebelumnya.Canesha mencoba untuk berbalik badan menghadap Nilo.Tapi itu semua dicegah Nilo dengan pelukannya yang semakin erat."Biarin, biarin seperti ini sebentar." Mendengar itu bagai api unggun yang menghangatkan tubuh Canesha.Canesha nyaman sekali.Jantung Canesha berdebar kencang.Untung saja Nilo di belakangnya, sehingga ia tidak bisa melihat rona merah di pipi Canesha saat ini.

"Canesha Cinta sama Nilo.Nilo juga Cinta sama Canesha.Nilo sayang banget malah sama Canesha.Canesha jangan nyesel buat jatuh Cinta ya.Kita jalanin semuanya bareng-bareng.Canesha gak boleh sedih lagi.Sekarang Nilo akan selalu ada buat Canesha.Mau Canesha butuh atau gak, Nilo siap siaga buat Canesha."

Ah sepertinya Canesha ingin pingsan saat itu juga.

•••

Gimana gimana?dapet gk feelnya?:v
Gak pinter buat feel-,,-

Canesha [Line]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang