Emily mencoba untuk berkonsentrasi lagi ke buku pelajarannya ketika dia samar2 mendengar suara jejak langkah. Saat Emily keluar kamarnya dan melihat kesekeliling tiba2 ada yang mencengkram lehernya. Emily mencoba untuk berteriak tapi tidak bisa karena penyusup itu menekan tenggorokannya.
"Berikan semua uangmu!" ujar penyusup itu sambil menggeram.
"Di..Disana bukan di..sini! Tolong lepaskan aku!" seru Emily.
"JANGAN BOHONG!" teriak si penyusup semakin gelisah.
Emily merasa si penyusup itu semakin kuat mencengkram lehernya. Dia tidak bisa berkata apa2 dan beberapa detik berlalu dengan keheningan tiba2 telepon berdering.
"Orang akan curiga kalau aku tidak menjawab telpon," ujar Emily, dengan nada suara yang terkontrol. Penyusup itu melepaskannya.
"Baiklah, tapi jangan macam2 denganku!" teriak penyusup itu. Emily segera menuju telpon. Dia mengambil nafas dalam2 dan mencoba menenangkan dirinya. Lalu dia angkat telponnya.
"Hai Em! Bagaimana revisinya?" Tanya si penelepon.
"Hey Anna. Terima kasih sudah menelpon. Hei, kamu ingat catatan Sains yang aku pinjamkan minggu lalu? Aku butuh catatan itu. Aku akan sangat tertolong jika kamu bisa mengembalikannya besok, darurat sekali. Tolong cepat temukan catatannya. Aku harus kembali belajar sekarang. Bye," ujar Emily, lalu dia menutup telponnya. Sambil melepaskan cengkraman di leher Emily. Emily menghela nafas dalam2 dan hampir terjatuh. Dia menelan ludah dan berdoa dalam hati. Berjalan perlahan, menuju kamar ayahnya. Tiba2, mereka mendengar sirene mobil polisi. Penyusup kaget, seketika dia berlari ke jendela terdekat dan melompat keluar.
Emily pun berlari keluar untuk melihat si penyusup tertangkap dan di bawa ke mobil polisi. Dia melihat Anna dan berlari ke arahnya lalu memeluknya erat.
"Anak pintar," ujar polisi.