Aku, yang Berbeda

2K 99 6
                                    

Bel sekolah itu pun menyapa dengan sangat panjang, tanda bahwa kegiatan sekolah telah usai. Sontak semua murid pun bersorak kegirangan dan dengan seketika merapikan bukunya ke dalam tas.

" Eh, guys. Hari ini nongkrong yuk "

Kini Sava dan teman-temannya berada di depan kelasnya dan berhenti sejenak ketika mendengar perkataan Rara.

" Gue kayaknya gak bisa" gadis itu langsung mengutarakan isi hatinya, ya gadis itu Sava.

" Kenapa, ada urusan ya ?" Tanya Tya.

" Gak ada sih. Tapi kayaknya akhir-akhir ini gue gak bakalan sering nongkrong sama kalian."

Hah ! Kenapa tiba-tiba lo kayak gini ? Lagi gak sakit kan?" Nana memegang dahi Sava, tapi Ia tidak merasakan rasa panas.

" Gue sehat-sehat aja. Gue mau fokus ke ujian nasional aja, kayaknya gue harus rajin belajar."

" Ya ampun Va, lo pikir kita ini rajin belajar ? Bahkan kayaknya kita lebih malas dari lo, tapi kita tenang-tenang aja tuh." Rara menyelesaikan perkataanya sambil memandang temannya untuk meminta persetujuan, kedua temannya pun mengangguk.

" Tapi kali ini gue gak bisa."

"Gak asik deh lo." Sepertinya Sava membuat teman-temannya badmood.

" Ya udah gue pulang dulu ya. Bye." Sava memberikan senyum indahnya kepada Nana, Rara dan Tya yang masih cemberut.

Kemudian dia pun berjalan meninggalkan ketiga temannya yang masih terpaku di depan kelas.

" Akhir-akhir ini dia beda." Tya berkata seolah Ia tak mengenal diri Sava yang sebenarnya.

" Ya udah deh guys, dia gak ikut gak juga rugi buat kita.Cabut aja yuk." Nana berkata sambil mengajak teman-temannya beranjak dari sekolah.

Sementara Sava yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah, masih berkutat dengan pikirannya sendiri. Kenapa Ia tiba-tiba merasa heran dengan dirinya, Ia tidak mengerti mengapa Ia menolak ajakan teman-temannya. Tapi Ia merasa itu pilihan yang baik. Kemudian Ia terngiang dengan perkataannya tadi.

" Apa gue harus mengikuti kata Ayah dan Ibu tadi pagi, dan gue menjadi wanita seperti mutiara yang tersembunyi ?"

" Mungkin ini saatnya gue berubah." Ia berkata pada dirinya sendiri kemudian melanjutkan perjalanannya menuju halte bus.

Sava sedang berjalan menuju rumahnya, pasti Ibu akan terkejut, pikirnya.

" Assalamu alaikum " Sava mengetuk pintu rumahnya sambil mengucapkan salam.

" Wa'alaikum salam" Wanita dibalik pintu itu membuka pintu rumahnya dan terkejut melihat anaknya sendiri.

" Ibu" Sava tersenyum kemudian mencium punggung tangan Ibu Zaenab, Ibunya. Ia melakukan itu di luar kesadarannya.

Mereka pun masuk ke dalam rumah, sementara Ibu Zaenab masih kaget dengan kejadian barusan.

" Kamu tumben Nak pulang awal ?"

" Hari ini aku mau belajar di rumah saja, Bu."

Biasanya saat di tanya Ibunya kenapa Sava pulang lama, Ia mengaku belajar bersama dengan temannya. Walaupun sebenarnya dia sedang nongkrong tapi tak bisa dipungkiri biasanya Sava memang nongkrong tetapi sambil belajar, sedangkan teman-temannya sudah dipastikan tak mungkin tertarik dengan kegiatan Sava.

" Ya udah Bu, aku ke kamar dulu ya." Sava pun meninggalkannya Ibunya yang masih berdiri di tempatnya.

" Hari ini kamu beda, Nak. Kamu terlihat seperti Sava yang dulu. Apa kamu akan berubah, Nak ? Semoga saja." Ibu Zaenab berkata pada dirinya sendiri dan berharap apa yang di ucapnya menjadi kenyataan.

SAHABAT FILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang