Bersama Hati yang Baru

1.4K 63 4
                                    

Untuk menuju hal yang baru dan berbeda, maka ikhlaskanlah yang telah lama singgah di hati. Sama seperti hijrah, pergi dari zona lama dan menuju hati yang baru. Sama seperti Sava yang telah memilih untuk hijrah dari hidup lamanya. Pilihan, itulah yang harus dilakukan manusia, memprioritaskan satu saja. Karena ketika Allah hadapkan dua pilihan, bukan berarti ada satu yang lebih baik, tapi Allah tunjukkan mana yang lebih baik. Saat ini juga Sava mulai yakin pada pilihannya.

" Ibu, Sava izin mau keluar ya."

Sava sudah rapi dengan penampilannya, kemeja merah muda dan rok coklat serta kerudung merah muda tak lupa tas ransel kecil warna biru tua.

" Kamu mau kemana nak?" Bu Zaenab bangkit dari tempat tidurnya. Sedari tadi Ia sedang membereskan kamar tidurnya.

" Sava mau ke toko buku dan toko kerudung Bu."

" Kamu mau beli kerudung?"

" Iya bu, kerudung Sava sedikit. Sava beli pakai uang tabungan Sava. Boleh ya Bu?"

" Ya boleh Nak, tapi kamu pulang jangan malam-malam ya."

" Iya Bu. Ya sudah Sava berangkat ya, Assalamu alaikum." Kemudian Sava mencium tangan Ibunya dan berlalu ke luar rumah.

" Wa'alaiku salam." Bu Zaenab menjawab salam anaknya sambil tersenyum hangat.

Waktu menunjukkan pukul 15.30 WIB dan Sava telah sampai di halaman toko kerudung. Sava segera masuk, Ia mulai menuju ke arah barisan kerudung digantungkan. Sava tidak ingin membeli banyak dan memilih yang sederhana saja. Selama ini Ia memang hanya mempunyai kerudung untuk warna sekolah dan beberapa warna lain jika ada kegiataan kerohanian. Ia telah memilih lima helai kerudung dan segera menuju kasir.

Setelah asyik berbelanja kerudung, Sava menuju toko buku di sebelah toko kerudung. Ia sangat suka membaca buku. Selama ini Ia suka mengoleksi novel dan buku kumpulan puisi. Walaupun dulu Ia pernah gabung di geng Nana dan kawan-kawannya yang notabene mungkin bukan tipe penyuka novel tapi Sava selalu membawa novel jika sedang ikut nongkrong bersama mereka. Sava pun menuju ke rak buku dan mulai memilih buku yang ingin dibelinya, sesekali Ia membaca buku yang sudah hilang sampul plastiknya. Lumayan, setidaknya Ia dapat bacaan walaupun bukan miliknya.

" Eh, Sava. Kita ketemu lagi."

Tiba-tiba Sava merasa mendengar suara yang pernah didengarnya sebelumnya. Ia menoleh ke arah kanan dan Ia mendapati Aisyah sedang tersenyum ke arahnya.

" Aisyah, eh iya. Kamu sedang cari novel juga?"

" Assalamu alaikum." Aisyah mendekati Sava kemudian bersalaman.

" Eh, wa'alaikum salam." Sava membalasnya dengan kikuk karena Ia tidak pernah berlaku seperti ini sebelumnya.

" Kamu sedang cari novel apa?" Aisyah menanyai Sava.

" Masih belum tahu, aku masih sedang memilih."

" Kalau kamu?" Sava kembali bertanya.

" Saya sedang mencari novelnya Tere Liye, sudah dapat satu tapi saya ingin mencari satu lagi."
Aisyah menunjukkan novel karya Tere Liye yang berjudul " Rindu".

" Wah, ternyata kamu penyuka novelnya Tere Liye ya?"

" Iya, karyanya itu bagus dan menginspirasi."

" Aisyah, aku sudah dapat novel Tere Liye yang judulnya ' Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin'. Nih." Tiba-tiba dari arah pojokan rak buku dua orang gadis berpenampilan sama seperti Aisyah memegang sebuah buku, mereka pun segera menghampiri Aisyah.

SAHABAT FILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang