Kala itu, mendung. Gemuruh perlahan mulai memainkan intronya. Aku nikmati sambil terus menunggu. Apa yang kutunggu? Sedikit demi sedikit, tataran hujan itu mulai menggandeng kulitku. Membawaku hanyut semakin jauh akan pikiran tentangmu. Apa aku mengenalmu? Aku harap pernah mengenalmu. Aku harap belum pernah bertemu denganmu. Seraya aku bercerita dengan hujan. Masih dalam tarian yang sama, tempo yang sama. Dirimu ada disini. Didekatku. Dihadapanku. Tapi kita tidak bertemu. Serumit itukah? Apa aku harus beranjak? Pergi entah kemana mencari. Mencari siapa? Terlalu takut aku tuk hilang. Aku memilih disini, tetap disini. Pada akhirnya, tersampaikan dalam dua kata, "aku menunggumu". Itulah yang kubenci dari diriku.
Aku ingin tak peduli dengan setiap apa yang kulakukan. Seperti halnya menunjukkan ketertarikan ini padamu secara nyata. Tetapi, terlalu banyak pertanyaan dan rasa takut bahkan sebelum aku memulainya. Apa yang membuatmu berbeda hingga aku tak berani meskipun hanya sekadar menyapa? Paling tidak aku mampu melempar tipis senyumku padamu. Ah, ternyata kamu begitu sempurna dimataku. Meski kagum ini tak tersampai melalui lisan, namun kuyakin kamu mudah sekali membaca semuanya dari bola mataku. Sebab, tahukah kamu? Ketika mataku mulai berkomunikasi padamu, kamu dapat mengumpulkan semuanya dengan tepat. Cintaku padamu ini sangat mudah kau baca, benar kan? Untuk itu, kuharap setidaknya kamu mulai memberiku celah untuk masuk kedalam hatimu-- biarkan aku berpetualang, menyusuri lika-liku disepanjang jalan hari-harimu. Hanya saja- kamu betah bergeming, diammu penuh misteri. Tampaknya kamu tak keberatan dengan hadirku, tapi kamu hanya diam saja. Itu sama sekali tak memberiku jawaban. Apa yang harus kulakukan lagi selanjutnya? Aku tersesat disebuah kegelapan.
Malam ini hujan. Aku suka hujan. Hujan membuatku dapat mengenang semua yang aku rasa. Salah satunya adalah- aku dapat mengenang kamu. Aku kembali mengingat kamu- bahkan- aku tak bisa melupakan kamu. Senyummu membuatku tak bisa berhenti memikirkanmu. Senyummu membuatku tak ingin lupa kamu. Walaupun kau tersenyum bukan padaku-. Aku memejamkan mataku. Mencoba melupakanmu. Tapi sialnya, aku malah semakin ingat kamu. Percakapan singkat kita yang tak penting kembali terngiang ditelingaku. Ah. Suaramu. Membuatku semakin jatuh cinta. Dadaku begitu sakit, aku-rindu-kamu.
Aku tidak ingin menyalahkan takdir. Tapi jika bisa, aku ingin menjadi lelaki. Akan kutunjukkan bagaimana caranya menghargai wanita; terutama soal perasaan. Akan kubuat wanitaku menjadi wanita yang paling beruntung di dunia. Sehingga banyak mereka; para lelaki yang akan memplagiati caraku. Aku ingin menjadi acuan bagi semua lelaki. Bahwa wanita itu adalah makhluk yang harus dicintai, disayang, dan dijaga. Aku ingin semua lelaki memahami tidak hanya lewat bahasa tubuh tapi juga mata, dan perasaan. Karena yang ia katakan tak pernah bohong walau seperti sehelai benang yang tipis sekalipun. Aku ingin mengajarkan kepada semua lelaki soal keberanian, kepekaan, dan segala hal yang wanita sukai.
Aku memiliki angan yang sangat tinggi. Bahagia dan sakit adalah hal yang berbeda tapi sangat berdekatan. Tak dapat kupungkiri bahwa aku sedang cinta pada seseorang yang entah bagaimana perasaannya kepadaku. Aku bukan peramal. Aku tidak tahu jika. Jika sang waktu mengantarkan aku pada sebuah kenyataan yang menghantam hatiku hingga lebam. Saat itulah aku jatuh cinta. Gugurlah sudah cintaku berjatuhan. Yang tersisa hanya luka dan sayatan perih, hingga kedalam hatiku.
Kamu jadi mataku deh, sebentar saja. Biar kamu tahu gimana rasanya aku waktu lihat kamu. Atau kamu jadi hatiku deh. Biar kamu tahu seberapa kuatnya perasaan ini untuk kamu. Jadi jantungku juga boleh. Biar kamu tahu seberapa kuatnya getaran dan detakan disetiap hembusan napasku waktu dekat kamu. Kamu menjelma aku deh, sekalian! Biar kamu tahu semuanya.
Kamu tahu gak? Malam ini, aku kembali rindu kamu. Padahal, kita tak pernah membuat kenangan. Tapi, mengapa aku selalu mengenang kamu? Memangnya, kamu ini pahlawan yang harus dikenang? Kalau pahlawan punya satu hari untuk dikenang, maka aku akan membuat setiap harinya menjadi hari untuk mengenang kamu. Tapi, hari itu hanya untuk aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia
Short StoryLaguku sangat indah, sama seperti kamu. Laguku hanya dapat kurasa, tanpa dapat kumiliki, sama seperti kamu. Cepen ini terbuat dari rangkaian kata-kata yang disusun oleh Aku dan tiga temanku; Dania, Via, Fanis. Enjoy it guys~