Chapter 8

485 55 11
                                    

Sooyoung menyadarinya.

Ia tahu bahwa Sungjae sedang memperhatikannya saat ini. Tapi, ia tidak memperdulikannya. Kali ini, ia tidak ingin bersembunyi lagi dari Sungjae, tidak ingin lari lagi dari Sungjae. Ia ingin seperti ini selama-lamanya, sampai Sungjae bosan melihatnya dan berlalu pergi.

Sooyoung mengerti isi hatinya, ia menyayangi Sungjae lebih dari ia menyayangi bunga-bunga di pekarangan rumahnya. Hanya butuh tiga hari lelaki itu sudah mencuri hatinya- ini rekor. Tetapi, tuhan punya rencana lain untuknya dan Sungjae. Mereka memang tidak pernah ada dalam list 'orang yang berjodoh' karena Sungjae punya jodohnya sendiri, Kim Namjoo. Sungjae mungkin tidak menyadarinya, tapi Sooyoung sadar itu.

True love has a habit of coming back.

Sungjae hanya akan kembali pada Namjoo, Sooyoung mengerti. Lagi-lagi Sungjae hanya tidak menyadarinya. Namjoo dan Sungjae itu satu paket, tidak bisa dipisah-pisah sekeras apapun orang mencoba- sekalipun orangnya adalah Sooyoung sendiri. Oh astaga, Sooyoung itu masih punya hati nurani.

Sooyoung memutuskan untuk menyerah kali ini.

Jadi, ia biarkan Sungjae lebih lama memandanginya karena hanya inilah kesempatan yang Sungjae punya.

***

Dua bulan berlalu.

Sungjae dan Sooyoung benar-benar punya pendirian yang tinggi. Keduanya tidak pernah lagi berbicara, tidak makan di kantin bersama, Sungjae tidak mengejar Sooyoung, dan Sooyoung tidak lagi senyum-senyum ketika berpapasan dengan Sungjae. Keduanya memang sudah menyerah akan satu sama lain, itu tidak pernah berubah. Mereka ibarat dua elemen yang berbeda, sulit untuk disatukan walaupun sudah mencoba segila mungkin.

Mereka mencoba untuk tetap realistis, dan itu berhasil. Sungjae lebih banyak meluangkan waktu untuk bersama Namjoo dan Sooyoung sudah mulai berteman dengan banyak perempuan di sekolah. Tetapi, itu tidak merubah rasa mereka terhadap satu sama lain. Setidaknya, itu meredakan.

Sementara, Namjoo sedang menjadi gadis paling bahagia di dunia. Sungjae sekarang semakin manja padanya, menguntitnya kemanapun, dan tidak lagi dekat-dekat dengan Sooyoung. Jujur, Namjoo sebenarnya masih merasa bersalah pada gadis itu dan ia punya hutang permintaan maaf pada Sooyoung. Tapi, sekarang ia sedang menikmati kebahagiaannya bersama Sungjae- mungkin, lain kali saja.

Perasaan Namjoo terhadap Sungjae hanya semakin membesar- yang mulanya hanya perasaan suka kini mulai naik pangkat jadi cinta. Ia tidak mengerti mengapa ini terjadi, dan ia tidak mau tahu. Mencintai seseorang itu sangat menyenangkan dan Namjoo menikmati setiap inci rasanya.

Berbeda lagi dengan Sungjae. Lelaki itu kini tidak mau sok tahu lagi tentang cinta. Sudah cukup sekali ini cinta membuatnya seperti dilindas truk besar yang mengangkut berat sebanyak empat ton. Sungjae lelah dan biarkan saja semua berjalan seperti semestinya. Sungjae akan menunggu saat-saat dimana cinta yang memilihnya, bukan berusaha untuk memilih cinta.

Tetapi, semua rencana gagal hanya dalam satu pandangan mata. Sungjae kembali berpapasan dengan Sooyoung dan tidak sengaja bertukar tatap. Ia jatuh cinta lagi, pada gadis yang sama. Pada gadis yang sudah berbulan-bulan ia coba untuk enyahkan dari otaknya. Tetapi, cinta itu akan selalu kembali. Sungjae mengerti kini bahwa cinta akan datang jika ia mencarinya, mengejarnya, dan menggapainya. Sooyoung adalah cinta untuknya, ia harus mendapatkannya.

She's the one, and the only one.

***

"Namjoo,"

"Hmm?"

"Bagaimana cara mengajak kencan?"

Namjoo terbatuk-batuk, tidak sengaja menelan permen yang baru saja ia kunyah beberapa kali. Apa ia tidak salah dengar? Sungjae bertanya soal kencan?

A Typical (Not Typical) Love StoryWhere stories live. Discover now