5

31 8 0
                                    

-Riani pov-

Gua terbangun dari tidur gua yang panjang. Gua melirik ke arah jam, ternyata udah jam 6, gua langsung mandi dan sholat magrib, habis itu gua duduk di sofa. Gua menatap sebuah ruangan yang terletak di dalam kamar gua itu. Ruang musik. Kebosanan gua saat ini membuat gua sangat ingin memasuki ruangan itu. Tapi gua keinget sesuatu.

~flashback on~

17 agustus 2013

Hari ini adalah hari yang istimewa bagi seluruh masyarakat republik indonesia. Begitu juga dengan Riani. Riani merupakan masyarakat republik indonesia, tidak hanya itu, Riani merupakan seorang putri dari Alex Purnomo yang sedang berulang tahun di hari itu.

Pagi itu, alex yang masih tertidur di kamarnya, dibangunkan oleh kedua anak kembar nya, kevin dan riani, juga istri nya, yang bernama yena. Alex terbangun dari tidur nya dan mendapati banyak balon diikat di pinggir pinggir kasur nya.

"Emang kalian kira papa ini udah umur berapa sih? Masih aja di balon balon in pas ulang tahun, papa tau kok, papa awet muda, tapi gak segitunya juga, ckck." Kalimat pertama yang terlontar dari mulut sang kepala keluarga itu.

"Happy birth day papaaa, panjang umur yaa, sehat selalu, jangan sakit, dan selalu jagain riani sama kevin, ya paa" ucap riani sambil memeluk papanya dan menciumi kedua pipi papanya.

"Happy birth day paa" ucap kevin dan yena bersamaan.

"Kok cuman ucapan sih? Kalian nggak mau kasih papa kado gitu?" Tantang alex.

"Nggak" jawab mereka berbarengan.

"Kalian jahat, papa mau pindah aja dari sini" ucap alex dengan raut muka kesal yang di buat buat.

"Yaudah sono"

"Oke deh, kalian jangan nyesel ya, kalian yang memutuskan sendiri."

"Iyaa paa" jawab riani dan kevin.

"Huft. Riani, kevin. Maaf papa beneran harus pergi." Kali ini raut muka alex serius.

"Yaudaaah" jawab riani dan kevin yang masih bercanda.

"Papa serius, ian, vin, papa harus pergi. Papa harus menghilang dulu dari masa. Papa harus membuat media masa melupakan papa dan musuh papa itu. Papa harus mengasingkan diri dari kalian, papa akan pergi untuk sementara. Kalian jaga diri kalian baik baik, dan jangan katakan apapun tentang papa. Papa sudah berusaha untuk tidak melibatkan kalian dalam pertengkaran papa. Jadi, jangan pernah kalian mengakui siapa papa kalian, sebisa mungkin jangan pernah menyebut nama lengkap kalian. Teman kalian cukup tahu nama pendek kalian. Riani, dan kevin. Cukup itu. Papa mohon jaga diri kalian baik baik. kalau sampai ada bahaya datang, kalian harus melawan, jangan menghindar. Itu bukan anak papa namanya kalau kalian menghindar, hadapi. Jangan takut mati, jangan takut kalah. Kalian adalah anak papa yang sangat hebat, kalian tidak akan terkalahkan. Kecuali... (alex terdiam sejenak). Ada seseorang.. yang sangat hebat juga, seperti kalian. Dia adalah anak dari musuh papa itu. Kalian harus berhati hati dengan nya. Kalian tidak boleh lengah sedikit pun atau anak itu akan membalaskan dendam orang tua nya kepada kalian. Musuh papa juga akan menghilang dari masa. Dia juga akan mengasingkan diri seperti papa. Jadi mungkin anak itu juga akan merahasiakan siapa papa nya. Jika kalian bertemu dan yakin sekali bahwa dia adalah anak dari musuh papa, terserah kalian, kalian mau apakan dia. Kalian mau diam saja menunggu ajal menjemputnya atau mempercepat ajal nya." Kata kata Alex berhasil membuat keadaan sunyi sekali.

"Paa? Papa seriusan mau pergi? Papa jangan tinggalin kita" riani hampir mengeluarkan setetes air matanya.

"Jangan ada kesedihan, papa akan baik baik saja dan papa akan kembali di saat yang tepat. Papa berjanji, dan seorang alex purnomo tidak pernah melanggar janjinya." Ucap alex dengan sangat tegas dan bijaksana.

Riani dan kevin segera memeluk alex. Yena pun melakukan hal yang sama.

"Ian, alex. Hari ini adalah hari terakhir papa disini, jadi jangan buang buang waktu, ayo kita melakukan sesuatu." Ucap yena sambil menggandeng tangan suaminya itu, mendorongnya ke kamar mandi.

"Kalian berdua juga, mandilah dan kita akan jalan jalan."

"Siap, ma" jawab ian dan kevin dengan kompak.

-------'-------

Sepulang nya mereka dari jalan jalan mereka dari pagi hingga sore, riani berdiam diri di kamar nya. Alex yang melihat itu, masuk ke kamar riani dan susuk di sofa, samping tempat tidur riani.

"ian, sini." Kata alex sambil menepuk sofa nya, menyuruh riani duduk di sebelahnya.

"Kamu liat ruangan itu, ruangan yang kosong itu bisa kamu jadikan sebagai tempat yang dapat membuat kamu merasa tidak bosan dengan kehidupan mu yang tanpa papa nantinya. Disanalah kamu akan mengembangkan minat kamu. Terserah kamu, mau kamu apain aja itu ruangan, terserah kamu. Papa nggak tau, apa yang akan kamu lakukan disana nanti, tapi papa yakin, kamu akan menyukai ruangan itu nantinya, dan akan sering berkunjung ke ruangan itu. Yah, entah kenapa papa merasa sangat yakin akan hal itu. Ruangan itu tidak akan kosong seperti sekarang ini." Selesai berucap, alex menoleh ke arah riani, tersenyum, dan mengacak rambutnya lembut.

~flashback off~

Air mata gua nggak terbendung lagi, dan mengalir dengan derasnya di pipi gua. Gua kangen papa, kangen semuanya tentang papa. Papa selalu bener, ruangan itu sekarang jadi ruang musik pribadi gua, dan disana gua menghabiskan waktu gua yang tanpa papa.

Gua keringet sesuatu. hari ini, 28 desember, besok hari ulang tahun gua sama kevin. Kenapa gua baru inget, mungkin aja tadi kevin ke mall mau beli sesuatu buat gua, dan sampai sekarang pun gua belom beli apa apa buat dia. Gua langsung ngambil kaos hitam polos, vest putih, celana hitam, dan sneakers putih gua.

Gua membuka perlahan pintu kamar gua, dan mengintip ke kamar sebelah. Ternyata kevin udah tidur, pintunya udah di tutup syukurlah. Gua bisa pergi tanpa sepengatahuan dia. Gua langsung keluar dari kamar, dan turun. Oh, sial. Kevin lagi di meja makan, dan udah ngeliat gua, yang sudah rapi begini.

"Mau kemana yan?"

"Bukan urusan lo, gue masih kesel yah, sama lo. Gara gara kejadian tadi di kantin, gue jadi merasa orang paling bodoh yang takut sama omongan seorang kevin"

Gua langsung berlari ke pintu depan, mengambil kunci mobil, dan keluar.

"Ian, jangan pulang malem malem" teriak kevin dari dalem. Gua nggak berniat menjawabnya, dan tancap gas menuju mall terdekat.

Gua melihat jam di tangan gua, yang menunjukkan jam 7. Gua langsung ke toko sepatu, mengambil dua buah sepatu converse biru dongker, dan dua buah sepatu nike navy. Tentunya yang satu ukuran sepatu gua, dan yang satu lagi ukuran sepatu kevin. Setelah membayar semuanya, gua langsung menuju toko baju.

Gua mencari sebuah kemeja merah maroon dengan ukuran kevin, dan sebuah sweater. Gua juga membeli 3 buah celana yang berbeda bahan dan warna nya.

Selesai membeli semua itu, gua pergi membeli nasi padang di rumah makan yang kevin favoritkan, dua bungkus, dan segera pulang.

----------

Gua masuk diem diem ke rumah, langsung ke kamar dan narok semua barang barang yang gua beli tadi dalem lemari, kecuali nasi bungkusnya. Gua keluar lagi dari kamar, dan turun lagi, keluar lagi. Gua pura pura baru pulang.

"Keviin" teriak gua dari bawah.

"Apaa" kevin teriak dari atas.

"Gua bawa nasi padang niiih"

"Mauuuu" kevin langsung lari turun.

Kevin merebut nasi padang yang tadi nya ada di tangan gua, dan segera ke meja makan.

"Udah nggak marah ya yan?" Tanya nya sambil membuka nasi bungkusnya.

"Kata siapa? Gua mau makan di atas aja, makan aja sama tembok sana" gua ngambil nasi bungkus gua yang tadi di bawa juga sama kevin ke meja makan, dan berlari ke atas, masuk ke kamar dan mengunci pintu.

Akhirnya updet lagi hehe
Vote dan komen sangat membantu :))

A Near EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang