Bab 1

13.8K 912 16
                                    

Untuk pembaca yang tidak sabar dengan lanjutan re-post Gavin Millian, cerita ini telah tersedia di Karya Karsa dan Google Play. Enjoy!

 Enjoy!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Gadis itu tersenyum ke arah kamera seraya memberikan pose terbaiknya. Blitz menyinari tubuh indahnya. Beberapa jepretan akhirnya didapatkan sang fotografer diiringi senyuman puas di bibirnya. Seluruh kru mulai membenahi peralatan, pemberitahuan bahwa pemotretan hari ini telah selesai. Gadis itu menghela napas berat, menerima jubah sepanjang lutut yang harus dikenakannya untuk menutupi tubuhnya.

Ia melangkah menuju ruangan berganti pakaian. Mengenakan pakaianya dibantu sang manajer yang selalu setia membuntutinya kemanapun ia pergi, kemudian melangkah keluar dengan anggun. Di balik pose indah dan senyum menawannya ketika para wartawan mengerubunginya, gadis itu memikul beban yang berat. Tuntutan ibunya agar ia segera memperbaiki keuangan keluarga membuat kepalanya nyaris pecah. Ditambah lagi kini ibunya memberikan solusi dengan perjodohan.

Hal gila, di usianya yang baru saja menginjak dua puluh tahun ia harus menikah? Ia nyaris saja bersenang-senang dengan uang dan juga kedewasaannya. Gadis bermata cokelat itu tak ingin dikekang. Ia bersyukur dengan diadakannya pemotretan di Kanada ini membuatnya sedikit menjauh dari sang ibu. Juga... ada alasan lain yang membuatnya menolak perjodohan ini.

Senyum tiba-tiba merekah di bibirnya. Ia tak akan kembali ke Los Angeles setelah pemotretan ini, gadis itu akan terbang ke New York untuk menemui seseorang. Si mata biru samudera teman masa kecilnya. Binar kebahagiaan tercetak jelas di manik matanya membayangkan pria tinggi dengan wajah yang amat tampan. Bukan sekali atau dua kali gadis itu mencari tahu tentang keberadaan Gavin Millian. Tapi waktu dan keadaan membuatnya sulit untuk ditemukan.

Bagaimanapun caranya ia akan menemukan pria masa kecilnya dan juga pujaan hatinya itu. Ia telah melihat sosoknya yang lebih dewasa melalui gambar di internet, itu membuatnya tak puas. Meskipun sedikit menghilangkan rasa rindunya, namun tetap saja ia ingin bertatap muka langsung dengannya. Camryn akan berjuang agar perjodohannya dengan pria asing yang disebutkan ibunya batal.

Ia menggenggam tas tangannya dengan erat seraya bersenandung kecil. Waktunya beristirahat dan menikmati waktu membayangkan betapa bahagianya bertemu dengan seorang Gavin Millian. Rambut cokelatnya tertiup angin ketika ia melangkah, mengiri senyumnya yang semakin merekah. Sang manajer yang sedari tadi mengamatinya menggelengkan kepalanya sebal.

"Aku berpikir bahwa kau lesbian, Cam. Jujur saja." sindir Loly sarkastik.

Camryn nyaris terjatuh ke depan, tapi ia menjaga keseimbangan tubuhnya. Gadis itu menarik napas dalam-dalam seraya memegang dada kirinya. "Kau mengagetkanku. Dan aku bukan lesbian." ketusnya kesal.

"Dua puluh tahun dan masih perawan?" suara Loly lebih tajam kali ini.

Gadis itu hanya memutar bola matanya malas. Bukan satu atau dua kali Loly menyindir atau menasehatinya. Nyaris tiap menit; jam; hari ketika mereka bersama. "Aku berharap ada topik lain."

Gavin Millian (RE-POST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang