Bab 2

12.3K 834 32
                                    

Pria bermata hijau itu menatap ayahnya dengan pandangan tak percaya. Bibirnya terbuka hendak mengatakan sesuatu, tapi ia kembali mengatupkannya. Jemarinya terkepal hingga buku jarinya memutih. Pria latin itu--Alfredo Ambrosio--begitu khawatir ketika mendapat kabar bahwa ayahnya kecelakaan. Jauh-jauh dari Kanada ia terbang ke Los Angeles untuk menemui sang ayah. Namun apa? Pria paruh baya itu nampak baik-baik saja disini--bahkan lebih dari itu.

Tiga wanita mengelilinginya, diiringi desahan menjijikkan yang keluar dari bibirnya membuat sang anak mengernyit jijik. Ia nyaris memuntahkan isi perutnya jika saja ayahnya tak mengusir ketiga wanita itu. Ayahnya dengan santai membenahi pakaiannya kembali ke semula.

Lalu mengutarakan alasannya yang mengarang cerita--bahwa dirinya kecelakaan--adalah untuk bertemu dengan Alfredo. Tebakan Alfredo tak salah lagi, pria paruh baya itu memang ingin membicarakan perihal pernikahannya dengan Camryn Castillo. Berapa kali lagi ia harus menolak mentah? Berapa kali lagi ia harus berpencar mencari tempat aman agar sulit ditemukan? Nyatanya akses komunikasi pria paruh baya itu lebih luas darinya. Ada banyak orang berkuasa yang mengelilinginya, membuatnya mudah berbuat apapun.

Kali ini lebih hebat lagi pria paruh baya itu mengancam akan menyita seluruh fasilitas miliknya. Termasuk jabatan tertinggi di perusahaan. Ayahnya memang sudah gila. Entah apa yang meracuni pikirannya hingga menginginkan dirinya menikahi Camryn Castillo.

Camryn Castillo gadis latin berusia 10 tahun lebih muda darinya. Sama sekali tak menarik dimatanya, sedikitpun ia tak tertarik. Camryn tak lebih dari seonggok sampah, sama seperti ibunya si pelacur itu. Mungkin beberapa pria akan tergoda melihat betapa indahnya tubuh Camryn. Bak gitar Spanyol dengan pinggung berbentuk juga dada yang cukup besar. Alfredo akui Camryn memang lebih cantik dibandingkan dengan wanita-wanita palsunya. Gadis itu memiliki pesona tersendiri dengan mata cokelat lebarnya; ketika meliriknya bulu mata lentiknya bergerak indah. Pun dengan bibirnya yang sensual tanpa dibuat-buat.

Tapi di bawah sana tak pernah bereaksi, tidak terkecuali ketika bersama dengan Gavin Millian. Hanya dirinya dan Gavin yang tahu bahwa mereka saling mencintai-- sepasang kekasih. Bukannya ia tak kalut memikirkan nasib kekasihnya itu, namun sekarang ia benar-benar disudutkan disini.

"Aku tahu kau tak menyukai wanita, Alfred." ucapan ayahnya sukses membuat kedua mata Alfredo membelalak lebar. Tapi pria itu merubahnya dengan cepat, berpura-pura tak tahu menahu soal apapun.

"Kekasih priamu itu, dia tujuh tahun lebih muda darimu, bukan?"

Tak salah lagi, ayahnya memang telah mencari tahu tentang kehidupannya. Ini keterlaluan dan kelewat batas.

"Katakan apa maumu? Jangan pernah mendekatinya." desisnya tajam.

Tory Ambrosio mengangkat sebelah alisnya lalu terkekeh pelan. Disesapnya segelas anggur di tangannya dengan tenang.

"Camryn tengah melakukan pemotretan di Kanada. Pastikan kau menemukannya, dan segeralah kalian menikah."

***

Gavin tertegun untuk beberapa saat merasakan pelukan yang begitu hangat di tubuhnya, sangat erat, kedua lengan asing itu melingkar di tubuhnya. Hanya seperkian detik ia merasakan jantungnya berdebar aneh. Seakan memang pelukan ini tak asing lagi. Ia segera melepaskan pelukan gadis itu dengan kasar. Lalu menatap sang gadis dengan tajam.

"Maaf, Nona. Mungkin anda salah orang." desisnya kesal.

Gadis itu membuka mulutnya sedikit, "kau Gavin Millian. Mana mungkin aku salah orang."

"Namaku memang Gavin Millian. Tapi aku sama sekali tak mengenalmu." ucapan Gavin sukses membuat kedua mata Camryn membelalak.

"Kau sungguh tak mengenalku, Gave? Aku teman masa kecilmu pada saat kau di Los Angeles, aku Camryn Castillo. Sampai saat ini bahkan aku masih mengingatnya." jelasnya panjang lebar membuat kepala Gavin terasa berdentum saat itu juga.

Gavin Millian (RE-POST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang