-Los Angeles, California-
Selena tengah sibuk dengan pekerjaannya. Bukan pekerjaan membuat desain pakaian seperti biasa yang dikerjakan olehnya melainkan pekerjaan perusahaan yang dimilikinya yang membuatnya dirinya kini tengah sibuk dengan berkas berkas yang menumpuk di atas meja kerjanya.
Tok tok tok.
Bunyi suara pintu diketuk, memunculkan seorang wanita dengan rambut pirang dengan tinggi badan yang cukup di yakini oleh siapapun yang melihatnya beranggapan bahwa wanita itu adalah seorang model.
"Ada apa? Kau tak melihat pekerjaanku sedang banyak?" Ucap Selena datar tapi cukup membuat lawan bicaranya merasa tegang ditempat.
"Maaf bu, ada tuan Daniel didepan." Kata wanita itu dengan ragu ragu.
Selena yang tengah sibuk dengan leptopnya langsung menatap sekertarisnya-Candice- sambil menghela nafas yang panjang.
"Persilahkan, grandpa masuk Candice sebelum dia membuat onar lagi. Aku tak ingin dia membuat onar lagi dikantorku." Perintahnya pada Candice sambil melepaskan kaca matanya.
"Baik, bu."
Candice lantas undur diri dari hadapan bosnya itu dan menuju ruangan dimana Daniel-kakek Selena- menunggu.
"Kenapa lama sekali? Apa cucuku yang satu itu menolak menemuiku lagi?!" ucap Daniel dengan nada yang sudah mulai meninggi.
"Tidak, pak. Ibu Selena sudah mempersilahkan bapak untuk menemuinya diruangannya." Jawab Candice dengan tenang.
Candice sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Situasi yang sudah sering kali terjadi, bahkan dalam seminggu bisa empat atau lima kali terjadi. Selama dua tahun ia bekerja dengan Selena, ia sudah sangat terbiasa dengan sikap Selena yang selalu fokus dengan pekerjaannya dan selalu mengenyampingkan urusan keluaraganya sendiri.
Daniel bangkit dari duduknya, lantas tak lupa juga menggerutu yang sudah pasti sebabnya karena ulah cucunya sendiri. "Aku heran, bagaimana bisa mempunyai cucu sepertinya?! Aku ini kan grandpanya! Kenapa kalau ingin bertemu dengannya harus sesukar ini?!" keluh Daniel.
Candice dan Dave hanya bisa diam saja. Mereka sudah pasti bingung harus menjawab keluhan dari kakek bosnya ini. Pasalnya bukan perkara mudah, jika harus menghadapi emosi Selena jikalau mereka ikut buka suara.
"Apa kalian patung?! Aku bicara pada kalian! Kenapa hanya diam saja?!" Ucap Daniel yang mulai emosi.
"Bukan begitu pak, ini kan masalah internal keluarga bapak. Kami tidak ingin ikut campur. Lagi pula, ibu Selena adalah bos kami dikantor ini, sudah pasti beliau tidak suka jika kami ikut campur masalah keluarganya. Kami takut akan kehilangan pekerjaan, jika ikut campur, pak." Jawab Dave dengan tenang dan Candice hanya bisa mendukung kata kata Dave dengan anggukan.
Daniel tampak menghela nafas kasar, ia juga sadar akan sifat cucunya itu yang sangat bertolak belakang dengan sifat cucunya empat tahun silam. Kini, mereka sudah tiba didepan ruangan selena. Candice mengetuk pintu lalu membuka pintu ruangan Selena. Tampak sekali Selena sedang sibuk dengan laptopnya.
"Ibu, Pak Daniel sudah ada disini." Ucap Candice memberitahukan pada bosnya.
Selena tampak melirik sekilas lalu kembali focus pada laptop miliknya.
"hmm" Jawab Selena singkat sambil mengangguk.
Daniel masuk kedalam ruangan yang sudah berisikan cucu tercintanya. Dia memilih duduk di sofa, bersender sambil memangku sebelah kakinya. Sedangkan, Candice dan Dave sudah undur diri dari hadapan keduanya.
Lagi lagi Daniel menjelajah sambil meneliti ruangan kerja cucunya itu. Mencoba mencari objek yang baru, berharap jika cucunya itu memiliki seseorang kekasih. Tapi, sayangnya ruangan Selena masih sama, tak ada sama sekali perbedaan dari hari hari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When, Mr. Perfect met Ms. Perfect
ChickLit[Warning 21+]Note: Ada beberapa chapter di private kecuali prolog, jadi kalau mau baca full chapter tolong di follow dulu untuk membacanya. Ini demi kenyamanan bersama :) I'm scared of falling in love again. Now, I know what people are. I know what...