Selena tengah beristirahat didalam kamarnya setelah lelah kembali kota italia. Tiba-tiba saja ponselnya berdering dengan sangat kencang. Dengan gerakan lemas ia mengangkat telepon tersebut.
"Ada apa, Candice?" Tanya Selena dengan datar.
"Selamat malam bu, saya sudah menemukan pria yang mungkin sesuai dengan keinginan ibu. Tapi-"
Sebelum Candice menyelesaikan kata-katanya Selena sudah lebih dahulu memotong pembicaraannya.
"Tapi apa, Candice? Saya kan sudah katakan padamu dan juga Dave. Tidak boleh ada kecacatan sama sekali."
"Maafkan saya bu, tapi sayangnya tipe yang ibu inginkan itu sangat mustahil bu. Hanya ada lima orang yang memenuhi seperti criteria ibu. Satu orang dari lima tersebut sudah memiliki anak, bu. Bagaimana menurut, ibu? Apakah ibu ingin memeriksanya sekarang atau besok pagi di kantor?"
"Aku akan memeriksanya besok pagi. Siapkan semua berkasnya diatas mejaku sebelum aku datang."
"Baik bu, Selamat malam. Mohon maaf apabila saya mengganggu waktu ibu."
"Hmm." Ucap Selena singkat.
Telepon tersebut Selena matikan. Selena kembali berbaring diatas tempat tidurnya. Ia menatap langit langit kamarnya dengan pikiran yang melayang layang. Tapi tak lama kemudian ia tertidur dengan pulas.
***
Keesokan harinya..
Matahari terbit dengan cerahnya sehingga memaksa Selena bangun dari tidurnya. Ibu Talita adalah salah satu ketua pengurus mansion Selena membangunkannya.
"Selamat pagi, bu." Ucap Ibu Talita sambil membungkukkan tubuhnya saat melihat Selena keluar dari kamarnya.
"Hmm" Balas Selena sambil menganggukan kepalanya dengan mata yang masih belum sepenuhnya terbuka.
"Apa sarapanku sudah siap?" Tanya Selena pada ibu Talita.
"Sekitar 10 menit lagi selesai, bu. Saya juga sudah menyediakan air untuk ibu mandi." Jawab Ibu Talita dengan sopan.
"Baiklah, 30 menit lagi aku turun untuk sarapan." Ucap Selena sembari berjalan kea rah kamar mandinya.
Selena menyelesaikan ritualnya selama 15 menit dan 15 menitnya ia habiskan untuk menghias wajahnya. Selena segera menuruni anak tangga tiba-tiba ia mendengar suara kakak laki-lakinya, Adam.
'Kak Adam?' ucapnya dalam hati.
Dengan langkah terburu-buru Selena menuju dimana suara kakaknya berasal. Benar saja, Adam sedang menikmati sarapannya di meja makan.
"Kakak Adam?!" Ucap Selena girang sambil berlari menuju Adam.
"Hai, princess. Tidurmu nyenyak?" Tanya Adam pada adiknya.
"Hey, I miss you so much. Do you know that?" Ucap Selena sembari memeluk kakak kesayangannya.
"I know, I miss you too my princess." Balas Adam sambil memeluk adiknya.
"I heard about the deal, El. Is that true?" tambahnya lagi dengan kening yang berkerut.
"Argh, Yass. Grandpa yang mengajukan persyaratan bodoh itu dan kau paham kan aku sangat benci saat grandpa nonstop memaksaku dalam hal perjodohan. Jadi, aku terpaksa menerimanya." Jawab Selena dengan raut wajah yang agak kesal.
"Are you stupid enough to accept the deal? Grandpa akan memenangkan taruhan ini, El." Ucap Adam sambil menggelengkan kepalanya.
"Listen, I won't let grandpa win. Not about this stuff. Btw, aku butuh dukungan moral bukan malah kata-kata yang membuatku kesal." Ucap Selena dengan wajah yang semakin kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
When, Mr. Perfect met Ms. Perfect
Literatura Feminina[Warning 21+]Note: Ada beberapa chapter di private kecuali prolog, jadi kalau mau baca full chapter tolong di follow dulu untuk membacanya. Ini demi kenyamanan bersama :) I'm scared of falling in love again. Now, I know what people are. I know what...