Kini aku tahu, bahwa sebuah pertemuan kita kala itu bukanlah suatu kebetulan. Tapi takdir yang sudah direncanakan.
_______L'AMOUR_______
_________________________________Kayla terus melirik ke arah pintu, ia menekuk wajahnya cemberut. Bella, gadis di sebelahnya mengernyitkan dahinya heran seraya melemparkan kacang kearahnya yang dibeli pagi tadi.
Tidak sia-sia Bella membeli sebungkus kacang rebus di kantin belakang. Setidaknya selain isinya, kulitnya bermanfaat juga.
"Muka lo kaga usah ditekuk kaya gitu. Lagian gak bikin lo imut sama sekali kok," celetuk Bella santai.
"Dih, gue emang lucu ya!"
Hari ini Kayla merasa sebal, jurnal patologi anatomi yang telah ia kerjakan berhari-hari yang lalu justru tertinggal begitu saja di saat ia harus mengumpulkannya sekarang.
Ia bahkan telah membayangkan betapa seramnya dosen killer itu ketika memarahinya nanti. Kayla meringis pelan, membayangkannya saja cukup membuatnya merinding seketika.
Ceroboh sekali.
"Gimana kalau dosen itu dateng?"
Ia mendelik ke arah Bella yang terlihat acuh, jadi percuma saja ia bertanya kepada temannya itu. Toh, gadis itu tidak meresponnya.
Daripada merespon, Bella lebih memfokuskan diri untuk membersihkan sisa kulit kacang yang berserakan akibat ulahnya tadi. Mewanti-wanti apabila dosennya datang dan melihat kekacauan ini, kan bahaya.
"Harusnya lo kasih solusi kek, lo itu ya sahabat macam apa?" Saking kesalnya, Kayla melayangkan pukulan pada bahu sahabatnya itu.
Bella berdesis pelan, "Sakit tau, nyebelin lo."
Kedua sahabat itu terlalu sibuk mempermasalahkan hal kecil tanpa menyadari kedatangan seorang gadis yang menjadi bagian dari mereka.
"Eh, tumben lo telat?"
"Sadar juga lo kalau gua di sini?"
Baik Bella maupun Kayla, keduanya mengangkat kedua bahunya acuh. Meyra, gadis di hadapan mereka memutar bola matanya jengah.
"Udah, yang jelas masih ada waktu sebelum dosen dateng nanti."
Bella memposisikan dirinya duduk di sebelah Meyra, sahabatnya. Ia mengernyitkan matanya heran, "Kenapa lo, Mey?"
"Maksudnya?"
Bella menunjuk ke arah sikut tangan Meyra yang terlihat memar dan merah dengan dagunya.
"Hm, cuma insiden kecil aja sih."
"Dasar, lain kali hati-hati."
Meyra menghembuskan nafasnya pelan, "Iya."
Matanya tertuju pada seorang pria yang datang dan berdiri tegap di depan kelas. Rasanya begitu familiar, seperti sudah bertemu dengan pria itu sebelumnya.
Meyra tak peduli, sekarang ia membuka tas hanya mencoba untuk mengecek kembali tugas skripsi jurnal patologinya.
"Aduh," desisnya.
"Kenapa lo?"
Meyra panik seketika. Ia tahu betul bahwa jurnal itu telah ia kerjakan dan dimasukan ke dalam tasnya.
"Skripsi gue hilang," bisik Meyra dengan nada panik.
"Baguslah kalau hilang, berarti gue ada temennya," celetuk Kayla. Seketika ia mendapatkan tatapan tajam dari Meyra, "Goblok lo!"
Kayla menampilkan wajah polosnya itu, "Kenapa?"
Bella menatap jengah ke arah Kayla. Bukan temen gue, asli.
"Cowok itu!"
"Lo berangkat bareng cowok, Mey?" Kayla berbisik pelan menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Masa sih?" Bella mengerjapkan matanya.
Meyra menggeram pelan, menatap jengah kedua sahabatnya itu. Ia menghela nafas gusar lalu menangkup wajahnya dengan meja.
"Maaf, apakah saya bisa memperkenalkan diri?"
Mendengar hal itu memaksa Meyra untuk menegakkan tubuhnya, dan melihat pria di hadapannya yang tengah menatapnya datar.
"Tolong hormati saya selaku dosen baru kalian. Dan untuk kamu, harap datangi ruangan saya nanti, saya memiliki urusan."
Gadis itu terdiam, ia mengerjapkan matanya pelan. Tunggu, apa katanya tadi?
Seketika ia terbelakak setelah mengetahui siapa pemilik suara itu. Tolong garis bawahi, pria itu kini menjadi dosen barunya. Pria yang telah menabraknya pagi tadi merupakan dosen barunya.
Lantas apa yang bisa ia lakukan sekarang, sedangkan Meyra sendiri sudah bermasalah dengan dosen barunya itu. Nilainya juga akan bermasalah, tentu saja ia tidak menginginkan hal itu sampai terjadi nantinya.
Berbicara soal nilai, ia jadi teringat bahwa pria itu memiliki urusan dengannya nanti. Memangnya hal apa yang ia lakukan sehingga berurusan dengan dosen itu.
Meyra meringis pelan saat mengingat makian yang ia lontarkan kepada dosennya itu.
"Sial!" rutuknya.
Ia menghela nafas gusar, seluruh tubuhnya menegang terlebih lagi saat melihat pria itu menyeringai tipis dan hanya Meyra yang melihatnya.
"Habislah gue," lirihnya.
TBC?
__________Beloved<3
KAMU SEDANG MEMBACA
[Discontinue] L'amour
Teen Fiction"Definisi cinta bagiku cukup sederhana. Kamu." Seorang dosen muda yang memberi sebuah pemahaman baru bagi Meyra, muridnya. Gadis yang terlalu naif untuk memahami tentang seluk beluk percintaan, justru mengalami hal yang tidak pernah ia duga sebelumn...