Part 1

215 7 0
                                    

Note : TYPO EVERYWHERE GUYS~~~ XD

Itu yang di media hayo tebak Donghae yang mana Aiden yang mana? Hahaha itu pas banget loh yaa yang satu muka-muka songong, yang satunya lagi sok cuek kkk~

Oke, Happy Reading :)

~o0o~

"Ketika kau mulai berani merasakan cinta,

disaat itulah kau akan merasakan apa itu sakit karena cinta."

Kediaman keluarga Aiden Lee

Seoul, Korea Selatan

Suara dentingan piano itu terdengar lembut menyapa gendang telinga. Di sebuah Secret Room seseorang tengah bermain dengan tuts-tuts pianonya, jemarinya bergerak lihai bergantian menekan tuts piano itu hingga menjadi alunan nada yang seirama.

Panda tersenyum mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. Panda bergumam bahagia melihat pemandangan yang menurutnya sudah jarang ia lihat kini telah kembali. Pekerjaan memang selalu menjadi prioritas utama untuk semua orang terlebih untuk pria yang dulunya sering menghabiskan waktu dengan piano kini tampak jarang bergelut dengan piano.
Seiring berjalannya waktu sebuah kesenangan perlahan akan sedikit terlupakan jika kita sudah disibukkan dengan dunia kerja. Tak ayal bagi pria yang kini telah menghentikan gerakan jari-jemarinya pada tuts piano itu. Ia hendak beranjak dari duduknya, berniat kembali ke kamar untuk mandi lalu pergi bekerja tetapi langkahnya terhenti ketika seorang wanita yang sangat dicintainya kini berdiri di ambang pintu dengan senyum lebarnya. Aiden membalas senyuman Panda dengan sedikit memiringkan kepalanya dan langkahnya mengayun pelan menghampiri Panda, istrinya. "Mengapa hanya berdiri di sini?" tanya Aiden.

"Oppa, Weekend nanti ayo kita pergi jalan-jalan," ucap Panda pelan. Ia ingin sekali mengajak Aiden jalan-jalan untuk sekedar mengusir kepenatan pria itu karena pekerjaannya sekaligus ia ingin berkencan lagi dengan Aiden setelah satu tahun mereka menikah. Aiden terdiam sejenak, lalu mengangguk setuju atas permintaan istrinya itu.

"Baiklah.. ayo kita pergi." Panda langsung memeluk Aiden begitu erat.

"Berjanjilah kau akan membelikanku boneka panda nanti ya?" disaat itu pula langsung terdengar tawa renyah Aiden, dan Panda-pun ikut tersenyum dalam dekapan Aiden.

"Hmm. Akan kubelikan sekalian dengan binatangnya."

"Mwo??" kejut Panda dengan tatapan mata lucunya yang berkedip seperti anak balita.

Aiden menyentil ujung hidung Panda dengan manis. Wanita itu cemberut sembari mengalungkan kedua tangannya di leher Aiden. Melihat perbuatan Panda, Aiden hanya mengangkat kedua alisnya, melepas tangan Panda kemudian menggenggam membawanya kembali ke kamar mereka.

***

Panda memasangkan dasi untuk Aiden yang hendak pergi bekerja. Pipinya merona merah karena Aiden tak ada hentinya terus menatapnya. "Aku tahu kalau aku cantik," gumam Panda yang masih berusaha menyelesaikan simpul dasi untuk suaminya. Aiden mendecih seketika, lalu membuang muka.

"Kau tak perlu menatapku seakan kau tak akan pernah melihatku lagi, Oppa." lanjut wanita itu yang semakin membuat Aiden gemas karena tingkahnya.

"Aku tahu istriku sangat cantik, itu sebabnya aku jatuh cinta padanya dan langsung menikahinya." Panda mengangguk-angguk membenarkan ucapan Aiden, Panda dengan jahilnya mengedipkan matanya berniat menggoda Aiden.

Kebahagiaan selalu berpihak pada mereka, satu tahun sudah usia pernikahan mereka, keduanya belum pernah saling sentak-menyentak, bertengkar, atau semacamnya. Hanya saja jika Aiden tak mengabulkan keinginannya, wanita itu akan merajuk hingga berhari-hari. Namun, Panda tak pernah menunjukkan sikap tersebut karena faktanya Aiden selalu menuruti keinginannya.

[Special Collaboration] Growing PainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang