Epilog (Donghae-Hyurin)

40 3 0
                                    

"Waktu Tuhan itu bukan waktu kita, karena kita tak akan pernah tau rencana apa yang telah ia siapkan untuk semua umat-Nya. Jika dunia berkata tidak pada hidupmu, maka kau tak boleh menyerah begitu saja. Kejarlah mimpi itu, kejarlah kebahagiaan itu dan kejarlah cinta yang sudah ditakdirkan Tuhan untukmu."

Semburat merah senja yang indah itu terlihat begitu mengagumkan jika dilihat dengan hati yang bahagia. Mentari yang sepanjang hari sudah menerangi kehidupan ini akan segera kembali dan tergantikan dengan sinar bulan yang tak kalah indah dan berseri dengan hari sebelumnya. Bukankah Tuhan begitu menakjubkan? Dia pencipta segala alam semesta beserta isinya. Tuhan sudah menakdirkan semua umat-Nya dengan berbagai rencana dan berbagai kehidupan yang sudah dirancang dengan begitu apiknya. Semuanya sudah tergariskan dan tersusun rapi bahkan sebelum kau terlahir lalu melihat betapa indahnya dunia.

Sepasang kekasih itu tampak begitu menikmati suasana senja yang terlihat begitu indah. Mereka tampak sedang bersenda gurau dan menatap pemandangan menakjubkan itu dengan tatapan kagumnya. Dan di sinilah mereka, di sebuah bangku kecil di taman belakang Apartement Hyurin dan saling mengumbar senyuman malu dan penuh rindu. Saat ini Donghae tengah terduduk santai di bangku itu dengan memangku kepala Hyurin yang tertidur dalam pangkuannya. Gadis itu tampak memejamkan matanya lembut walau ia tak benar-benar tertidur lelap dalam pangkuan kekasihnya. Terlihat manis sekali bukan? ^^

"Apa kau bahagia?" tanya Donghae lembut sembari mengelus pelan rambut panjang Hyurin yang memperbaiki poni Hyurin yang tampak berantakan karena angin senja yang menerpa tubuhnya.
"Apakah aku perlu menjawabnya?" ucap Hyurin yang masih enggan untuk membuka kedua mata indahnya.
"Mengapa kau malah berbalik bertanya?"
"Aku hanya menunturkan sesuatu yang memang tak perlu untuk dijawab."
"Kau terlalu berbelit, nona Park,"
"Untuk apa kau bertanya lagi? Bukankah semuanya sudah jelas? Aku bahagia. Bahkan sangat bahagia bisa kembali bersamamu, tuan Lee."
"Aku mencintaimu."
"Ya. Aku tau." jawab Hyurin singkat. Gadis itu tampak tersenyum manis dengan keadaan yang masih memejamkan kedua mata indahnya.
"Pelajaran apa yang kau ambil dengan semua yang sudah kita lalui, Hyurin-ah?"
"Apakah aku perlu menjabarkannya satu persatu,?"
"Ya tentu saja, karena aku ingin mengetahui sesuatu yang ada dalam hati dan pikiranmu."
"Yang pertama tentang apa itu arti kesetiaan dan kepercayaan."
"Apa yang ingin kau jabarkan dari kata setia dan percaya?"
" Kau ingat saat kau mengadakan Konferensi Pers saat itu dengan pernyataan konyol karanganmu? Aku menangis. Aku memang tersakiti karena kau seakan membuangku. Tapi, perlu kau ketahui Lee Donghae.. dalam tangisan itu tetap ada cinta dan rasa kepercayaanku untukmu. Aku percaya kau tak mungkin melakukan hal itu. Dan aku tetap mencoba untuk setia padamu." ucap Hyurin panjang lebar sembari membuka kedua matanya dan menatap sendu kedua bola mata Donghae yang kini juga menatapnya dalam.
"Hyurin-ah.."
"Saat itu aku benar-benar ingin membencimu. Logikaku terus berteriak ingin menghapusmu dari dalam ingatan dan pikiranku. Tapi, rasa cinta itu nyatanya tetap sama dan tak berubah sedikitpun. Seakan batin dan logikaku benar-benar terpecah dan tak bertautan sedikitpun."
"Maafkan aku.."
"Kau tak perlu meminta maaf karena memang tak ada yang perlu dimaafkan. Semuanya hanya murni sebuah kesalahpahaman."
"..."
"Aku terus berusaha untuk setia dan percaya padamu. Aku bahkan terus berusaha keras untuk menyakinkan kakak iparmu itu dan menjelaskan semuanya. Aku benar-benar tak ingin dia terus membenciku."
"Maaf.. karena aku pernah tak percaya padamu dan meragukan cintamu untukku. Saat itu aku mengira kau mencintai Aiden, saudaraku. Aku benar-benar menyesali akan semua sikapku."
"Aku tau. Kau pasti salah mengiraku dan menuduhku tak setia dan mempermainkan perasaan ini padamu."
"Maafkan aku, Park Hyurin"
"Berhentilah meminta maaf. Aku sudah cukup bahagia karena kau sudah mau mengakui semuanya dan memperbaiki hubungan kita."
"Aku ingin selalu melihat senyumanmu. Untuk itulah kau tak boleh menangis lagi untukku. Tersenyumnlah! Karena aku akan selalu membuatmu tersenyum manis untukku. Hanya untukku." ucap Donghae tulus dengan sedikit penekanan disetiap kalimatnya.
Hyurin membalasnya dengan senyuman manisnya. "Kau tahu, Oppa? Saat aku ada di Busan, aku memang benar-benar kecewa padamu. Kau begitu lambat dan tak peka. Aku lelah. Saat itu aku begitu lelah menunggumu dan ketidakpastianmu. Aku benar-benar putus asa karena kau tak kunjung datang dan menemuiku. Egoku benar-benar tengah mengusai diriku saat itu. Tapi perlu kau ketahui juga, jika hatiku nyatanya menolak akan itu. Cinta itu tetap sama dan hanya untuk orang yang sama. Aku benar-benar tak bisa membencimu."
"Maafkan aku karena telah membuatmu menunggu."
"Tapi perasaan lega itu sudah memenuhi rongga hatiku saat aku melihatmu melakukan pengakuan itu di depan semua para penggemarmu. Aku benar-benar terkejut dan tak percaya saat kau mengatakan ingin meninggalkan duniamu saat ini hanya demi orang sepertiku. Dan hatiku semakin terasa sesak karena bahagia saat semua penggemarmu itu mau menerimaku dan berteriak jika semuanya tak apa-apa dan semuanya akan baik-baik saja."
"Ya. Karena pada akhirnya semuanya memang akan baik-baik saja dan berakhir bahagia."
"Aku sangat takut saat itu. Aku takut jika kau akan dibenci para penggemarmu karena kau malah memilihku. Aku takut, Oppa."
"Tak ada yang perlu kau takutkan lagi, Hyurin-ah. Aku ada di sini. Aku akan terus di sini dan aku di sini untukmu. Untuk melindungi gadisku."
"Terima kasih atas semuanya, Oppa. Aku saat ini bahagia. Aku benar-benar bahagia." ucap Hyurin tulus dengan senyuman manis yang ia tujukan untuk kekasihnya. Donghae membalas senyuman itu dan mengusap lembut pipi tembam Hyurin secara perlahan.
"Kau masih mau mendengarkan ceritaku?" lanjut Hyurin pelan.
"Tentu saja, nona Park."
"Dan kali ini tentang persahabatan."
"Apa itu persahabatan untukmu?"
"Aku benar-benar merasakan apa itu arti persahabatan tulus yang Neul Rin tujukan untukku, Oppa. Dia benar-benar tulus menjadi sahabatku. Dia selalu ada bagaimana keadaanku, dia tak pergi walau aku selalu menyuruhnya untuk pergi. Dia yang menemaniku dan dia yang memberiku semangat untuk menjalani hidupku. Aku benar-benar bersyukur akan semua yang terjadi di dalam hidupku."
"Ya kau memang harus bersyukur karena Tuhan mengirimkan seorang sahabat baik seperti Neul Rin yang selalu menemanimu bagaimanapun keadaanmu. Dia tak hanya datang saat kau bahagia saja, tapi dia juga datang disaat kesedihanmu untuk meminjamkan bahunya, memelukmu dan memberikan semangat yang baru. Aku juga banyak berterima kasih padanya." jawab Donghae pelan seiring dengan genggaman tangannya pada Hyurin yang enggan untuk ia lepaskan.
"Dia benar-benar sosok sahabat yang luar biasa. Aku menyayanginya. Sama seperti aku menyayangi keluargaku sendiri."
"Dan yang terakhir, aku juga belajar banyak hal darimu, sayang."
"Apa itu?" tanya Hyurin masih dengan senyuman manis yang belum pudar hingga sekarang.
"Tentang arti kehidupan dan ucapan syukur." jawab Donghae pelan sembari menggenggam erat jemari Hyurin yang kini masih tertidur dalam pangkuannya.
"Apa arti kehidupan bagimu, Oppa?"
"Tentang kehidupan dimana akan selalu ada terang walau kegelapan itu tengah menghantuimu. Dan tentang ucapan syukur, dimana kita harus selalu bersyukur bagaimanapun keadaannya karena Tuhan memang punya sebuah rencana. Karena bagaimanapun dunia ingin memisahkan kita, Tuhan tetap punya sebuah rencana dengan menggariskan takdir hidup kita untuk selalu bersama."
"Ya kau benar, Oppa. Aku juga belajar banyak hal lewat semua yang sudah kita lalui kini. Karena dengan memaafkan, semua perasaan bersalah, dendam, dan benci yang kau pendam akan hilang seiring dengan senyum lega dan kebahagian yang akan kita dapati. Aku mencintaimu, Lee Donghae."
Dan Donghae kali ini tak ingin menjawabnya dengan perkataan, melainkan dengan tindakan. Pria itu mengecup singkat bibir Hyurin dan melumatnya pelan. Hyurin menatap intens Donghae dalam dan akhirnya ia mulai bangun dari pangkuan Donghae dan terduduk lalu membalas Donghae dengan kecupan kecil di bibir kekasihnya.
"Mari kita lalui semuanya bersama, Oppa." ucap Hyurin pelan dengan pandangan yang tak terlepas sedikitpun dari pria yang sangat dicintainya.
Donghae hanya tersenyum singkat lalu kembali memangut bibir plum Hyurin dengan mesra. Mereka melanjutkan ciuman itu lebih dalam dan semakin dalam. Ciuman yang penuh cinta dan kerinduan keduanya.

END

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Special Collaboration] Growing PainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang