Part 4

37 3 0
                                    

Preview PART 3

Dan tanpa Aiden dan Neul Rin ketahui, di balik pintu kamar rawat itu Panda menangis dengan sesak ketika ia tahu ada seorang bayi mungil tumbuh dan hidup di dalam kandungannya. Apa tangisan itu tangisan bahagia? Bahagia karena inilah yang ia tunggu selama ini telah hadir menemani hidupnya?

Tidak.

Wanita itu menangis karena sakit yang masih mengerogoti hatinya. Aiden tak menemuinya. Aiden tak bahagia ketika mendengar kabar tentang bayi itu. Aiden tak menginginkannya. Aiden berselingkuh. Dan Aiden pergi begitu saja meninggalkan rasa sesak dan nyeri di ulu hatinya.

"Tuhan.. kenapa Kau begitu kejam padaku? Mengapa bayi ini hadir disaat seperti ini? Ayahnya bahkan tak menginginkannya untuk hadir ke dunia ini." ucap Panda pelan dan tubuhnya jatuh begitu aja di lantai yang dingin itu. Lelah! Sungguh ia lelah dengan semua tangisan dan perasaan sakit yang mengebu di dalam hatinya.

Tangis Panda pecah. Pikiran tentang perceraian bahkan sudah menghantui hidupnya. Wanita itu menundukan wajahnya dan menyembunyikan mata sembabnya dengan kedua tangannya. Ia menangis pilu sembari memegang lembut perutnya yang masih rata.

Dia hidup.

Anaknya hidup di dalam tubuhnya. Seorang anak yang selama ini ia nantikan namun malah berakhir menyakitkan.

=GROWING PAINS=

"Mengapa harus ada pertemuan jika pada akhirnya akan berakhir dengan sebuah kata perpisahan. Mengapa harus ada cinta jika pada akhirnya hanya akan berakhir dengan menyakitkan."

PART 4

In here.. all the stories began!

Sebuah kebahagian itu bukan berarti kita memiliki hidup yang sempurna dan tanpa cela, sebuah kebahagiaan itu akan hadir ketika kita mampu memaknai kehidupan yang kita jalani dengan ucapan syukur dan hati yang gembira. Untuk menjadi bahagia bukan berarti kau tak akan meneteskan air mata dan hidup dengan semua senyuman disetiap harinya. Karena untuk menjadi bahagia kau harus menggunakan banyak air mata untuk menyirami semuanya, menggunakan kehilangan untuk memantapkan kesabaran kita, dan menggunakan penderitaan untuk membuka jendela kehidupan kita kedepannya.

Malam benar-benar sudah semakin larut dengan berbagai bintang dan bulan yang menemaninya. Waktu terus berjalan seiring dengan langkah kaki pria itu. Pria itu benar-benar bertekat akan menemui Donghae dan meminta penjelasan atas semua kesalahpahaman yang telah dibuatnya. Ia sudah muak dengan semua drama bodoh ini, dia tak ingin istrinya itu kembali tersakiti dan ia juga tak ingin terjadi sesuatu pada calon putranya nanti.

Dengan segera melangkahkan kakinya ke arah Dorm Super Junior, Aiden dengan mantap menekan bel Apartement yang penuh akan pria-pria alay itu dan mencari saudara kembarnya yang telah membuat hidupnya seolah porak-poranda dalam sekejap mata.

"Donghae Hyung? Aisshh untuk apa kau menekan bel eoh?" tanya Kyuhyun dengan wajah malasnya. Aiden hanya membalasnya dengan senyuman ramah andalannya.

"Ah tunggu.." cegat Kyuhyun ketika ia sadar sesuatu. Donghae tak mungkin bersikap lembut dan tersenyum seperti itu kan? Pikir pria bermarga Cho itu.

"Aiden Hyung?"

"Annyeonghaseyo Kyuhyun-sii..!!!" jawab Aiden dengan ramah. Pria itu memang jarang berkunjung kemari dan menemui Donghae, untuk itulah Kyuhyun sedikit terkejut ketika mendapati pria itu ada di depannya saat ini.

"Ah ne.. Annyeong!! Masuklah Hyung. Apa kau mencari adikmu?"

"Ya seperti itulah. Apa dia ada di sini?" tanya Aiden sembari mendudukan dirinya di ruang tamu Dorm tersebut. Namun sebelum Kyuhyun sempat menjawabnya, seseorang menyahutnya begitu saja memotong apa yang akan dikatakannya.

[Special Collaboration] Growing PainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang