" Shiean mana? " tanya Tiara pada Melanie, sekretaris kelas mereka.
" Tidak hadir. " jawabnya singkat, padat, dan jelas.
" Keterangan? "
" Sakit. Surat ada di laci mejaku. " jawabnya lagi.
" Ah, baiklah. "
Tiara berlari menuju meja Melanie dan menunduk sedikit ke laci meja. Dirinya mendapati sebuah surat yang sudah pasti surat dari orang tua Shiean. Ia membaca dengan tatapan 'Shiean-ternyata-bisa-sakit-juga-ya?' Ia pun berlari lari kecil keluar kelas dan menuju ke samping perpustakaan.
Jemari lentiknya menari-nari diatas tombol nomor di telepon umum sekolahnya. Tiara sedang menunggu jawaban telepon di seberang.
" Halo? "
" Halo, dengan siapa ya? "
" Ini Tiara, tante. Shiean ada? "
" Oh, bentar ya.. "
" Ya? Ada apa menelfon ku? Menanyakanku? Tidak lihat suratku? " suara Shiean terdengar.
" Ya! Kau kenapa? Aku khawatir mendengar kabar bahwa kau sakit. "
" Iya, aku memang sakit. "
" Aku akan menjengukmu nanti. "
" Baiklah, bawakan aku roti isi srikaya ya? "
" Cerewet sekali kau! "
" Ngomong-ngomong? Kenapa pakai telfon umum? "
" Kau lupa? "
" Yaya, aku mengingatnya. "
" Yasudah, bye oennie! get well really soon! "
" Ya, tutuplah. "
Tiara sedikit kesal saat menutup telfon. " Apa susah mengatakan terima kasih setelah aku mengucapkan kalimat 'cepat sembuh' ? Aish, jinjja. " gumamnya.
" Hey! " seseorang yang menepuk pundaknya membuat dirinya refleks menghadap kebelakang dan eyecontact dengan pria tersebut.
" Apa lagi? " jawabnya jutek sambil menatap lurus kedepan.
" Tidak bisakah kau menatap mata lawan bicara mu jika sedang mengobrol? "
" Bisa, tapi tidak jika itu kau. "
" Kenapa? Tapi kan aku ini tampan. Ooooh, kau malu ya melihat wajahku?? " ujarnya percaya diri.
" Pergilah. "
" Tidak. "
Tiara mempercepat langkahnya. Tetapi, pria itu tetap berusaha men-sejajarkan langkah mereka berdua. Hal ini tentu mudah dilakukannya, Tiara adalah perempuan, dan dia laki-laki yang tentunya lebih cepat dan kuat dibanding Tiara.
" Kau tidak tahu bahasa ya? Aku bilang pergi, bukan tetap disini! " ujar Tiara dengan nada sedikit membentak.
" Aku tahu. Tetapi jika aku tidak mau bagaimana? Kau membentakku? Aku tidak akan marah, tenang saja. " jawabnya santai.
" YA! KAU TIDAK MARAH! TAPI AKU YANG MARAH, PARK JIMIN!! Aku risih, kau tahu? " ujar Tiara.
Ya, dia Park Jimin. Namja asli Korea yang tinggal di Indonesia sejak 1 tahun yang lalu. Tetapi, dirinya sudah fasih berbahasa sejak umurnya masih 10 tahun. Walaupun Park Jimin adalah orang Korea. hal ini tidak mengurangi kekesalan Tiara pada dirinya.
Tiba-tiba, Tiara ingin menarik perkataannya kemarin yang mengatakan jika jodohnya adalah orang korea karena dia sedang chat dengan orang Korea, Jongin.