"Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan, Hinata." aku sudah tidak sabar lagi menghadapinya, satu jam sudah kami di sini, di taman belakang sekolah, setelah lonceng tanda pelajaran berakhir Hinata mengajakku kemari, ingin membicarakan sesuatu katanya. Tapi sampai saat ini dia belum juga mau berbicara.
"Ah!" dia tampak tersadar dari lamunannya. "Ti-tidak, bu-bukan apa-apa Saku-chan, tidak penting, sebaiknya kita pulang saja." lanjutnya tersenyum setelah diam sejenak.
'Hahh, sudahlah.' Aku menghela napas mencoba memakluminya.
Aku dan Hinata sebenarnya berteman sejak kelas 1 Sekolah Dasar, siapa sangka akan tetap bersama sampai kita menginjak kelas 3 Sekolah Menengah Atas di Konoha, meski 5 tahun dibelakang kami tidak satu kelas.
Jadi sudah tidak aneh lagi jika aku ataupun Hinata mengetahui sifat masing-masing. Hinata adalah gadis yang cerdas, kaya, manis dan ramah. Hanya saja sedikit pemalu. Berbeda denganku yang bodoh, ceroboh dan memalukan. Meski ada juga yang mengatakan aku manis, hanya manusia sejenis Naruto saja kurasa. Keluargaku memang tidak termasuk keluarga kaya, tapi berkecukupan.
Aku dan Hinata juga memiliki seorang kakak. Kakakku bernama Sasori, makhluk dengan warna rambut yang mencolok sama sepertiku. Bedanya warna rambutku merah muda sedangkan Sasori-nii merah. Dan kakak Hinata bernama Neji, mereka hampir mirip menurutku. Hinata juga memiliki seorang adik perempuan, Hanabi namanya.
......
'Langit siang hari ini tampak gelap, sepertinya akan turun hujan.' aku menengadah menatap langit.
Tess...tess...tess...drsss...
Benar saja hujan turun dengan cukup deras, akupun berlari menghindari hujan menuju halte bis yang terlihat sepi. Jelas saja sepi, salahkan guru Kakashi yang memerintahkan aku untuk menunggu teman kelas mengumpulkan tugas dan menyimpannya di kantor yang jaraknya tidak bisa dikatakan dekat.'Huuh, bodohnya aku yang tidak membawa payung. Bajuku basahkan jadinya, aaa...' aku menepuk nepuk beberapa bagian yang basah terkena air hujan. 'Kuharap Hinata masuk sekolah hari ini, hufh! Setidaknya aku tidak perlu memikirkan bagaimana caranya pulang kan?' kupandangi hujan yang turun cukup deras.
"Uh, bodoh, bodoh, bodoh!" dengan menggeleng-gelengkan kepala aku bergumam pada diriku sendiri.
"Siapa yang bodoh?" sebuah suara baritone terdengar mengejutkanku.
Ketika berbalik ku lihat Sasuke sudah berada di belakangku. "E-eh?! se-sejak kapan? kukira di sini sudah tidak ada orang."
"Sejak tadi."
"Maaf, aku tidak melihatmu di sini tadi." meski canggung aku mencoba tersenyum dan menyamakan tempatku berdiri dengannya.
Meski dia sudah sebulan menjadi murid di sini tapi aku tidak banyak tahu tentangnya, selama aku mengenalnya dia tak banyak bicara, tapi dia termasuk murid yang cerdas dan kaya. Kaya? ya, itu yang kudengar dari Ino, si ratu gosip.
"kau tidak menjawab pertanyaanku." ucapnya tiba-tiba.
"Eh? pertanyaan yang mana?" aku tidak ingat dia menanyakan sesuatu.
"Hn, siapa yang kau katakan bodoh?"
'Astaga! dia pasti mendengarnya tadi,' dan dengan bodohnya aku melupakannya. "Ahaha, tidak, bukan siapa-siapa." memalukan, wajahku pasti terlihat aneh.
"Hn." gumamnya memandang hujan.
'huft, payah.'
Hening menyala, tidak terdengar apapun setelah itu kecuali bunyi hujan yang menyentuh apa saja yang berada di bawahnya. Kenapa terasa canggung sekali di sini? sebentar kucuri pandang melihat apa yang sedang dia lakukan. Tenang, dalam diam memandang hujan. Mata kelamnya yang tajam kali ini terasa lebih berbeda, lebih lembut dan...rapuh?
'Tidak, tidak, tidak, apa yang kulakukan ? benar-benar memalukan.' lagi, kugelengkan kepalaku, menepis semua yang ada dalam benakku.
"Sekarang apa lagi eh?" senyumnya mengejek.
"Ti-tidak, bukan apa-apa, hehe." dengan menggaruk kepalaku yang tidak gatal aku yakin sekarang aku pasti terlihat memalukan.
Diapun mengalihkan pandangannya kembali pada hujan. Semakin lama angin yang berhembus terasa semakin kencang saja.
'Uh, dingin~' aku merapatkan ke dua tanganku di depan dada.
'Hujan, kapan kau akan reda ? ini sudah petang dan aku benar-benar kednginan.'
Pluk !
"Eh??!" aku merasakan sesuatu jatuh di pundakku, sesuatu yang menghangatkan. "Sa-sasuke?" aku menatap Sasuke yang memberikan jaketnya padaku.
"Pakai itu, kau pasti kedinginan." katanya sambil membuang muka. Apa itu, semburat merah tipis muncul di wajahnya.
Apa wajahnya merona?
Atau aku yang salah lihat?"Tapi bagaimana denganmu?"
"Kau meremehkanku, huh?" dengusnya menjawab pertanyaanku.
"Eh ? hihi, tentu saja tidak." aku hanya tertawa kecil melihat kelakuannya. Aku merapatkan jaket Sasuke yang kini aku kenakan, tercium aroma mint yang menenangkan dari sana, hmm, aku menyukainya.
Kamipun kembali terdiam, masuk ke dalam pikiran masing-masing diiringi suara gemericik hujan.
...Akhirnya hujan mereda setelah setengah jam kami tertahan di sini.
"Hujan sudah reda, syukurlah, Sa-"
"Tunggu di sini!" perintahnya memotong ucapanku yang belum selesai.
"Eh? ta-tapi-" terlambat, dia sudah berlari menuju sekolah. 'Apa yang dia lakukan? kenapa menyuruhku menunggunya di sini?' berbagai pertanyaan menggantung dalam benakku.
Setelah beberapa menit aku menunggu, tiba-tiba,
Bruumm, bruumm...'Siapa dia? kenapa berhenti tepat di depanku?'
"Apa yang kau lakukan? cepat naik!" dengan membuka kaca helm si pengendara motor itu berbicara kepadaku.
"Loh, Sasuke?"
"Biar kuantar kau pulang, ini sudah hampir malam."
"Hm, baiklah." kurasa ini tawaran yang cukup melegakan mengingat aku sudah cukup lelah karena sejak tadi berdiri menunggu hujan reda.
"Sebaiknya kau pakai jaket itu dengan benar, jangan sampai kau terkena demam setelah ini."
Benar juga, sejak tadi aku memakai jaket yang diberikannya hanya dengan menutup pundakku saja. Akupun menurut saja apa katanya.
"Sudah." kataku setelah memakai jaket miliknya dengan benar.
Bruumm!
Kamipun melaju menuju rumahku.Sepanjang perjalanan tidak ada yang bersuara, dia memang harus focus pada jalanan kan?. semilir angin yang menerpa wajahku menghanyutkanku, rasanya menyejukkan, hmm...
...
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN and LOVE
FanfictionHujan dan Cinta, dua hal yang berbeda. Apa kau tahu, dibalik perbedaan dua hal tersebut memiliki satu persamaan. Sekencang apapun kita berlari menghindari keduanya, dampaknya akan sama, sama-sama akan meninggalkan bekas yang tak mudah hilang... Auth...