Love 4

192 15 0
                                    


"Hahh..."
Entah untuk yang ke berapa kalinya aku menghela napas malam ini. Langitpun rasanya turut menemani gelapnya hatiku. Sudah 2 bulan sejak Hinata mengatakan hal itu aku menghindari -tidak- bahkan sangat menghindari kontak dengan Sasuke.

Dan aku sadar, Hinata adalah sahabatku. Sahabat yang paling mengerti aku, jadi tidak mungkin aku membiarkan rasa yang entah apa namanya ini terus tumbuh dalam hatiku. Aku memang mencoba untuk membunuh rasa ini, tapi Sasuke tidak membantu sedikitpun.

Pernah suatu ketika aku dan Hinata hampir tertabrak sepeda motor saat kami hendak menyebrang menghampiri Sasuke dan Naruto di taman saat -kata Hinata, acara 'double date'- Sasuke justru menyelamatkanku bukan Hinata. Aku merasa tidak enak hati pada Hinata saat itu, tapi Hinata hanya tersenyum dan mengatakan bahwa akulah yang memang nyaris tertabrak saat itu.

Atau saat aku pingsan ketika aku terkena lemparan bola basket oleh Kiba, Ino bilang Sasukelah yang membawaku ke ruang UKS dan menghajar Kiba yang telah membuatku celaka. Untuk cerita bahwa Sasukelah yang membawaku ke ruang UKS aku bisa saja percaya tapi tidak untuk cerita Sasuke yang menghajar Kiba. Oh ayolah, itu tidak mungkinkan?! Kiba sendiri tidak mau bercerita kepadaku.

Bruumm...ciitt...

Sebuah suara motor yang familiar di telingaku mengalihkan perhatian, dari arah balkon tempatku berdiri kini aku dapat melihat Hinata yang baru saja turun dari motor sport tersebut tepat di depan rumahnya.

Lama kuperhatikan mereka berdua, rasanya aku baru tersadar akan satu hal. Bahwa mereka berdua tampak begitu serasi. Sang gadis yang cantik jelita dari keluarga yang terpandang dan termasuk murid yang cerdas berdampingan dengan Sang pria yang tampan dari keluarga yang juga sama terpandang dan cerdasnya dengan Sang gadis.

'Rasanya berbanding terbalik denganku ini' aku membatin seraya tersenyum miris, 'jadi tidak mungkinkan Sasuke menyukaiku.'

Deg!

Sial, sejak kapan Sasuke melihat ke arahku. Uh, kenapa aku jadi salting begini? Aku mencoba mengalihkan pandanganku ke mana saja asal tidak menatap matanya. Dari ekor mataku dapat aku lihat Hinata berjalan masuk ke rumahnya sedangkan Sasuke masih saja melihat ke arahku. Sedikit kucuri pandang ke padanya, dia tengah tersenyum mengejek ke padaku.

Tess...

'Hujan?' aku menengadah melihat langit yang sedikit demi sedikit mulai menumpahkan bebannya.

Akupun beranjak dari tempatku semula masuk ke dalam kamar, perlahan menutup pintu kaca kamarku yang menghadap balkon. Kulihat Sasuke mulai menyalakan mesin motor, berjalan sebentar lalu berhenti di bawah pohon sakura tepat di depan rumahku.

'Mungkn dia ingin berteduh.' tebakku dalam hati.

Ctarr! Gruduk... gluduk...

"Ah!" kilat dan petir itu mengejutkanku.

Drsss...

Hujan terdengar semakin deras dan sesekali terdengar bunyi petir, dari suara gemerisik dahan pohon di luar sana dapat dipastikan angin juga berhembus tidak pelan. Sepuluh menit sudah aku berada di bawah selimut hangat milikku mencoba untuk memejamkan mata dan terasa sedikit sulit karena suara petir yang mengejutkan itu.

Tok! Tok! Tok!

Di sela bunyi derasnya hujan samar-samar aku dapat mendengar suara ketukan, 'sepertinya dari pintu depan, tapi mana mungkin di tengah derasnya hujan begini ada orang bodoh yang mau bertamu,' Aku menyingkap sedikit selimut bagian kepalaku dan menajamkan pendengaran.

Tok! Tok! Tok!

Memang benar ada yang mengetuk pintu, kuberanikan diri turun ke lantai bawah, mencoba untuk tidak bersuara dan mengintip di balik lubang pintu.

'hah?' aku terkejut melihat sosok yang kukenal tengah berdiri di depan pintu, kedinginan.

Tok! Tok!

Krieett...
Kubuka pintu secara perlahan dan hanya setengah terbuka.

"Sa-sasuke?!"

...

RAIN and LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang