Rain 3

215 13 0
                                    

"Hey, Sakura..."

"Bangun Sakura, kita sudah sampai."

"Ng?" ada apa ini, tempatku bersandar rasanya sedikit berguncang.

"Bangunlah, sudah sampai." 

"Ngh?" aku mengerjapkan mataku, menguceknya perlahan, mengumpulkan kesadaran kemudian, "Ah! ma-maaf aku ketiduran." dengan segera aku turun dari motor sport milik Sasuke dan membungkuk minta maaf.

"Sudahlah. Sepertinya kau lelah, masuklah."

"Ahaha, sepertinya begitu, maaf merepotkan dan terima kasih banyak." tawaku terdengar garing rasanya, lagi-lagi aku mempermalukan diriku sendiri.

Bruumm...

Diapun berlalu pergi.
...

Setelah membersihkan diri dan makan akupun kembali ke kamarku, menutup pintu dan merebahkan badan. Kuraih jaket milik Sasuke yang lupa kukembalikan, jaketnya masih dalam keadaan kering, iseng kuhirup aromanya yang menenangkan.

Drrtt...drrtt...
Ponselku yang berada di atas meja bergetar menandakan pesan masuk.
From : Hinata
Sakura-chan
From : Me
Ya, Hinata?
Send!

Drrtt...drrtt...
From : Hinata
Hari ini ada tugas? oh ya, besok ada yang ingin kukatakankan padamu.
From : Me
Tidak ada, benarkah? tentang apa?
Send!

Drrtt..drrtt...
From : Hinata
Tunggu saja besok, Sakura-chan.
From : Me
Sepertinya tentang sesuatu yang penting?
Send!

Drrtt...drrtt...
From : Hinata
Entahlah, mungkin.
From : Me
Baiklah, kutunggu besok.
Send!

Apa yaa, hmm ?? Sesuatu yang penting itu apa? Apa mungkin seseorang?
Selama ini aku tidak pernah melihat Hinata dengan seseorang yang dia anggap special dalam hidupnya. Aku jadi penasaran, akupun terlelap seiring berjalannya sang waktu.
...

"Di-dia, kekasihku" dengan wajah yang semerah tomat Hinata mengatakan hal tersebut.
Aku yang mendengarnya hanya terdiam membeku, tidak percaya dengan apa yang kudengar dari mulut kecil Hinata.

"Dia?" tanyaku memastikan pendengaranku.

"Ya, ma-maaf aku baru mengatakannya padamu." Hinata memainkan jemarinya.
Kami berdua tengah berada di belakang sekolah saat ini. Sesuai janjinya, Hinata memang memperkenalkan seseorang yang diakui sebagai kekasihnya itu.

Meski yang dibicarakan tidak di sini namun aku mengetahuinya, mengenalnya atau bahkan menyukainya.

Aku benar-benar terkejut atas pengakuan Hinata, dia dan lelaki yang kusukai adalah sepasang kekasih?

"Sa-sakura-chan, ka-kau kenapa? wajahmu tampak pucat." wajahnya menyiratkan kekhawatiran.

"Ah! ahaha, ti-tidak, aku tidak apa-apa. Selamat ya, ngomong-ngomong sejak kapan kalian berhubungan?" meski terasa berat tapi aku mencoba bersikap biasa.

"A-aku da-dan dia sudah berhubungan sejak kelas 2 SMP, kau kan tahu se-sendiri kau dan aku tidak satu kelas sejak kelas 1 SMP sa-sampai kelas 2 SMA kemarin."

"..."
Pantas semalam dia tahu dimana rumahku, tepat di sebelah rumah Hinata.

"Se-sejak kelas 1 SMA kami berpisah karena dia harus mengikuti Itachi-nii, kakak laki-laki Sasuke."

"..."

"Ba-baru kemarin dia kembali ke konoha dan...kau tahu yang selanjutnya."

"..."

"Sa-sakura-chan, ja-jangan diam saja, katakan sesuatu."

"Hmm, apa yang harus kukatakan Hinata-chan? aku sedang mendengarkanmu." aku mencoba tersenyum setulus mungkin.

"Te-terima kasih Sakura-chan, tapi-"

Teng...
Bel tanda pelajaran ke tiga berbunyi.

"Ah, waktunya pelajaran di mulai Hinata, ayo kembali ke kelas,"
'Setidaknya aku bisa melarikan diri dari situasi ini, hahh.' aku menghela napas lega.

...

Selama di dalam kelas aku tidak dapat memperhatikan pelajaran dengan benar, mataku memang tertuju pada apa yang dijelaskan oleh guru Iruka di depan kelas, tapi pikiranku entah berada di mana.

Sampai bel pelajaran terakhir berbunyi pun aku sampai tak menyadarinya.

"Sa-sakura-chan!" terdengar suara Hinata keras menyadarkanku dari lamunan ini.

"Ah! i-iya." aku tergagap menyadarinya.

"Kau kenapa lagi?" kali ini suara Sasuke yang terdengar.

"Ahaha, tidak apa-apa. Mungkin aku mengantuk, hehe." rasanya aneh.

"Ka-kau yakin tidak apa-apa?" tanya Hinata memastikan.

"Tenang saja Hinata-chan, memangnya ada apa?"

"Ha-hari ini aku akan pulang be-bersama Sasuke-kun, kau yakin tidak apa? Mu-mungkin sebaiknya Sasuke-kun mengantar Sakura-chan saja, bi-biar aku sendiri."

"Heh, apa-apaan. Tidak perlu sampai begitu Hinata, aku tidak apa-apa, mungkin aku akan pulang dengan Naruto saja." aku mencoba tersenyum semanis mungkin.

"De-dengan Naruto ya?" wajah Hinata tertunduk.

'aneh dia kenapa.'

"Hey, hey, kalian ada apa menyebut- nyebut namaku?" Naruto muncul dengan wajah yang dipenuhi tanda tanya.

"Ka-kalau begitu ki-kita jalan bersama sampai tempat parkir ya. Ba-bagaimana? Na-naruto kau antar Sakura-chan pulang ya?" usul Hinata.

"Baiklah, ayo Sakura-chan kita pulang bersama." ucap Naruto penuh semangat.

"Hihi, a-ayo Sasuke-kun." Hinata terkikik geli melihat kelakuan konyol Naruto.
...

Selama di perjalanan menuju lapangan parkir sekolah aku selalu menghindari Sasuke, entah dari pandanganya ataupun untuk jalan berdampingan.

Tapi entah mengapa, dia selalu bisa mendapatkan kesempatan untuk menggagalkannya.

Sampai pada akhirnya aku dan Sasuke jalan berdampingan, sedangkan Hinata dan Naruto tampak semangat berada di depan. Bahkan sesekali terlihat Hinata yang tertawa karena ulah Naruto.

"Apa yang kau pikirkan, eh?" meski pelan tapi aku dapat mendengar pertanyaan dari Sasuke.

"Siapa maksudmu?" akupun berkata sama pelannya, kami seolah sepakat berbicara pelan agar dua orang di depan kami tak sampai mendengar.

"Tentu saja kau, kenapa dari tadi kau menghindariku?"

"Si-siapa yang menghindarimu?" kataku canggung.

"Kau! kau sejak tadi menghindariku, apa aku melakukan kesalahan?" Sasuke meminta penjelasan atas sikapku kepadanya.

"Aku tidak menghindarimu-"

"Bohong!" Sasuke mendesis frustasi, seperti menahan sesuatu.

"Kau kenapa Sasuke?" aku bingung atas sikapnya yang barusan.

"Lupakan."

"Sa-sasuke??" aku masih berusaha mendapatkan jawaban.

"Sudah kubilang lupakan"

Kemudian diam, kamipun berjalan dalam diam.
...

RAIN and LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang