"Sa-sasuke?" Hinata tiba-tiba muncul dari arah belakang Naruto.
"Hn." Sasuke merespon Hinata.
"Hai, Sakura." Hinata menyapaku seperti biasa.
Mendapati perlakuan Hinata yang biasa saja saat melihatku dengan Sasuke justru membuatku gugup dan serba salah. "Ha-hai, Hinata."
Naruto kemudian duduk di sebelahku, sedangkan Hinata duduk di sebelah Sasuke karena kursi di café ini memang tersusun dan saling berhadapan.
Rasa canggung sangat terasa selama kami berempat makan, tidak ada yang bersuara kecuali sesekali terdengar suara Naruto yang sepertinya ingin mencairkan suasana.
Selesai makan kami sepakat untuk bermain bersama. Aku mencoba bersikap biasa selama bermain bersama mereka, tapi aku dapat merasakan ada yang berbeda dengan Hinata.
Tak terasa waktu sudah menujukan pukul 16.45. Karena lelah aku dan Hinata duduk di bangku yang tersedia di taman ini. Sementara kami duduk, Sasuke dan Naruto pergi mencari minuman. Suasana di taman ini begitu teduh dan menenangkan.
"Ng, Sa-saku?" tiba-tiba terdengar suara Hinata memanggilku.
"Ya." aku yang sebelumnya tengah terpejam menikmati suasana taman ini menoleh menatap Hinata.
"A-ano, aku ingin menanyakan sesuatu pada Sakura-chan." terlihat Hinata meremas-remas ujung rok seragam sekolahnya, gelisah.
"Ya, silahkan."
"Ji-jika harus me-memilih antara sahabat dan kekasih, mana yang akan kaupilih?"
"Emm, sahabat, sudah pasti aku akan memilih sahabat." aku tersenyum menjawab pertanyaannya.
"Oh," terlihat Hinata kini mengangguk dalam keadaan menunduk. "Sasuke juga memilih hal yang sama denganmu." katanya lagi.
"Eh? Benarkah, mungkin hanya kebetulan saja, haha." mendengar Hinata membawa nama Sasuke aku jadi kikuk sendiri.
"A-aku juga melihat motor Sasuke di rumah Sakura-chan pagi tadi."
Degh!
"A-aku dapat menjelaskannya padamu Hinata, sungguh, aku dan Sasuke-"
"Tidak apa Sakura, ke-kemarin kami sudah mengakhiri hubungan kami." kali ini Hinata mengatakannya dengan menatapku dan tersenyum.
"Eh? Hi-hinata?"
"Awal pertama aku mendengar Sasuke akan pindah ke sini sebenarnya aku merasa sedikit canggung." Hinata kini menatap lurus ke depan dan menggantung ucapannya.
"Ke-kenapa?"
"Eh? I-itu..." wajahnya merona dan kembali menunduk.
"Hinata-chan."
"Se-sebenarnya aku ingin menanyakan ini kepadamu sejak dulu."
"Apa itu?" aku semakin bingung dibuatnya.
"A-apa kau me-menyukai Naruto?"
"Eh? Ke-kenapa jadi Naruto?"
Terlihat wajah Hinata semakin memerah.
"Emm..." Hinata hanya menggumam kecil tidak menawab pertanyaanku.
"Kau, menyukai Naruto?" tebakku asal.
Dan hey, Hinata langsung membekap mulutku.
"Ja-jangan keras-keras Sakura." katanya panik, melihat ke kiri dan ke kanan memastikan tidak seorangpun mendengar perkataanku.
"Mhh mph." ucapanku jadi tidak jelas karena masih dibekap tangan Hinata.
"Ah, i-iya maaf." Hinata melepas tangannya.
"Jadi?" aku meminta penjelasan darinya.
"Be-begitulah, a-aku menyukai Na-naruto."
"Lalu? Sasuke?"
"Pe-perasaanku pada Sasuke be-berbeda dengan apa yang aku rasakan pada Naruto, setiap berada di dekat Sasuke aku ja-jadi merasa canggung dan kaku, ta-tapi dengan Naruto aku bisa menjadi diriku sendiri dan dapat tertawa lepas,"
Aku mencoba mengerti dengan apa yang Hinata rasakan.
"aku juga merasa Sasuke begitu jika bersamaku, berbeda saat berada di dekatmu. Aku dapat melihat Sasuke tersenyum tipis saat kau melakukan sesuatu yang dapat menarik perhatiannya,"
'Eh? Masa sih Sasuke?' batinku tidak percaya dan kehangatan rasanya mengalir dalam hatiku.
"aku sering memergokinya memandang ke arahmu atau mendecih kesal saat ada pria lain berada di dekatmu,"
Aku menatap Hinata mencari tahu adakah kebohongan di matanya tapi nihil, matanya berkata jujur dan senyumnya begitu tulus.
"Sakura," kini Hinata menggenggam tanganku. "karena aku adalah sahabatmu bukan berarti kau harus mengorbankan perasaanmu, aku tahu kau juga menyukai Sasuke, iya kan?" tanyanya penuh selidik.
"Ng...ma-masalah itu..." aku bingung menjawabnya.
"Katakan saja. Kau menyukaiku, kan?" tiba-tiba Sasuke muncul diikuti oleh Naruto.
"E-eh?" aku dan Hinata sama-sama terkejut dengan kedatangan mereka.
"Kau sudah tahu semuanya kan?" Sasuke tersenyum mengejek padaku.
"I-itu...a-"
"Hah sudahlah, mulai sekarang kau adalah kekasihku." katanya sambil menepuk-nepuk kepalaku.
"He-hey! Seenaknya saja, siapa juga yang mau menjadi kekasihmu?" kataku tergagap dengan wajah yang rasanya memanas dan jantung yang berdetak tidak karuan.
"Nah, bagaimana denganmu dobe?" Sasuke tak menghiraukan kata-kataku sama sekali malah berbicara pada Naruto.
"Wah, bagaimana ya?," kata Naruto dengan cengiran lebarnya menggaruk kepala, "Kau mau kan Hinata?" dengan tiba-tiba Naruto berbicara pada Hinata dengan jarak wajah yang tidak bisa dikatakan jauh.
Bruk!
"Loh, Hinata? kau kenapa?!" Naruto berteriak panik.
Hujan dan Cinta, dua hal yang berbeda. Apa kau tahu, dibalik perbedaan dua hal tersebut memiliki satu persamaan. Sekencang apapun kita berlari menghindari keduanya, dampaknya akan sama, sama-sama akan meninggalkan bekas yang tak mudah hilang...
...
author:
end *kibar bendera putih
mudah2an suka sama endingnya yaa 😄Survey dong survey, banyakan mana pembaca yg puas dan kurang puas 😆 sy minta kritik, bukan kripik, okee
Setelah ini akan ada cerita Fantasy, ini bukan fanfic, tapi juga bukan real story, hanya sebuah cerita fiksi, yg authornya gak kalah abstraknya, pokoknya jangan sampai ketinggalan ya,,,
Sayonara.
11.14.2016
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN and LOVE
FanfictionHujan dan Cinta, dua hal yang berbeda. Apa kau tahu, dibalik perbedaan dua hal tersebut memiliki satu persamaan. Sekencang apapun kita berlari menghindari keduanya, dampaknya akan sama, sama-sama akan meninggalkan bekas yang tak mudah hilang... Auth...