Prolog

246 11 0
                                    

Gadis cantik bernama Vicella Anastasya, yang terkenal dengan sapaan Sella, kini tengah menenteng buku paket sekolahnya. Ia memang membawa tas punggung, tapi Sella akan keberatan dengan memasukkan semua buku paket kedalam tasnya, belum lagi dengan baju ganti olahraga, karena Sella hari ini memiliki jadwal olahraga.

Ia berjalan menuju ruang kelasnya. Ruang kelas Sella berada dilantai dua. Yang berarti ia harus menaiki tangga memutar di sekolahnya itu.

Hari masih terlalu pagi, jadi hanya ada beberapa anak yang sedang mengobrol di pinggir lorong. Beruntunglah Sella untuk kali ini. Beruntung karena keadaan sekolah masih sepi dan ia tidak perlu berlari-lari melewati lorong-lorong karena terlambat, seperti biasanya.

Saat Sella telah sampai di lantai dua, Sella masih harus berjalan sedikit kepojok, kelas Sella 3 kelas dari kelas yang paling ujung. Sella berjalan dengan tangan kanan yang berpegang di tepi pagar pembatas balkon sekolah. Ia menengok kebawah, tepat lapangan futsal berada. Ia melihat, seorang yang sedang ingin menendang bola kearag gawang. Sella tersenyum dan berhenti melihatnya, ia berteriak. "Masih pagi kali."

Orang yang diteriaki Sella mendongak, ia juga tersenyum seperti yang dilakukan Sella. "Biarin, sini gabung," ajaknya pada Sella.

Sella mengkibaskan-kibaskan tangan kanannya sebab, tangan kirinya masih menggendong buku paket. "Enggak. Gue mau di kelas aja. Gue duluan yaaa!?" Orang itu mengangguk mendengar jawaban Sella dan kembali mengambil ancang ancang untuk menendang, saat tendangannya masuk, ia bersorak. Sella menggeleng melihatnya.

Sella melanjutkan perjalanannya menuju kelas. Ia melihat, kelasnya masih sepi, saat ia tiba di kelasnya. Hanya ada satu tas, tepat berada di sebelah bangku tempat ia duduk.

Sella berjalan menuju bangkunya. Ia mendaratkan badannya pada kursi dan meletakkan tas ke meja. Sella mengeluarkan hp yang dari dalam tas. Lantas, ia membuka segala aplikasi yang bersangkutan dengan data kuota. Diantaranya; line, instagram, twetter, dan path, atau lain sebagainya.

Sella melihat foto yang diposting oleh orang yang ia sukai. Sella bukan tipe anak yang kalau suka berani terus terang, minimal berani pake akun sendiri, tidak! Itu bukan Sella. Saat ini ia menggunakan instagram samarannya. Ia tidak berani jika harus memakai akun asli miliknya. Sebab, suatu kejadian tidak akan terbaca lebih awal.

Dalam foto itu, terlihat bahwa orang yang Sella sukai sedang tertawa candid dengan seorang perempuan cantik. Mereka terlihat bahagia, terlihat dari pancaran sinar mata. Sella sakit hati? Tentu, tapi Sella berfikir, untuk apa dirinya sakit hati? Orang itu nantinya juga tidak akan bertanggung jawab dengan kesakitan Sella, sebab orang yang Sella sukai bukan sosok lelaki di novel-novel yang ia koleksi. Sella hanya berani mengawasinya dari jauh, berani berbincang, tapi dalam keadaan tertentu.

Sella menutup aplikasi tersebut dan mematikan sambungan data seluler. Ia sudah tidak berniat lagi mengecek segala bentuk aplikasi lainnya. Hal tadi membuat mood-nya down seketika, padahal hari masih pagi!

Sella mengambil buku kecil yang diselipkannya diantara novel yang ia bawa. Buku tersebut, buku diary. Buku tempat curhat Sella setelah ibunya dan sebelum sahabatnya. Tapi, Sella tidak berani bercurhat tentang ketertarikan dan kesukaan dirinya tentang orang yang ia sukai kepada sahabatnya. Bukan tidak percaya, hanya saja... manusia diciptakan Tuhan dengam sifat yang berbeda-beda, diantaranya ada yang 'bermuka dua'. Bukan ia beranggapan buruk dengan sahabatnya, tapi menurut dirinya sifat orang bisa berubah sesuai dengan kebutuhan, right? Jadi Sella berjaga-jaga dengan hal tersebut.

Sella takut. Sella tidak berani.

Perlahan, teman sekelasnya memasuki ruangan kelas. Kini, hampir semua bangku terpenuhi, hanya tinggal beberapa bangku lagi termasuk bangku yang berada disebelah Sella. Sepertinya, anak yang duduk disebelah bangku Sella masih sibuk dengan aktivitasnya sendiri.

Sella memasukkan buku Diary-nya seperti tadi, diantara novel yang ia bawa. Sebelum ada anak yang jahil dan mengambil buku Diary Sella. Dan sebelum
.
.
.
.
.
.
ada guru yang datang.

Bisa diambil nanti buku itu jika ketahuan oleh guru. Jika diambil dan disita, itu lebih baik. Daripada diambil dan disuruhnya membaca dihadapan semua teman sekelasnya. Bisa turun harga diri Sella. Dan...

Semua bisa tau jika Sella menyukai...

Gamers?Where stories live. Discover now