"Sellaaa." Suara teriakan Cikki terdengar oleh Sella yang masih di dalam kamarnya.
"Sella, kamu mau terlambat?" Lagi-lagi teriakan itu terdengar dari mulut Mama Sella.
"Iyaaa, Ma. Sebentar lagi Sella turun," jawab Sella juga dengan berteriak dari kamarnya.
"Aiiish... nggak tau apa, barang-barangnya 'kan banyak. Nggak ada yang bantu lagi," gerutu Sella sembari mengemasi barang-barangnya.
"SELLLAAA... INI UDAH JAM 6 LEBIH SEPULUH! CEPAT TURUN!" Lagi-lagi Cikki berteriak, bedanya teriakan terakhir ini sangat keras.
Sella sudah mengemasi barang-barang yang akan ia bawa nantinya. Langsung saja ia turun dengan membawa semua barang sendiri. Susah? Iya. Ribet? Tentu Bagaimana tidak ribet? Ia harus membawa; topi kerucut, id card, buku tulis 6, dan tidak lupa dengan tas punggung kecil masalahnya tas punggungnya hanya muat untuk pencil case dan juga Ipadnya, parahnya harus menuruni tangga terlebih dahulu.
"Kamu itu lama banget sih? Bukan cuman kamu aja yang mau sekolah. Kakakmu juga harus berangkat ke kampusnya." Saat Sella sampai di ruang makan, bukannya membantu Sella yang sudah terlihat kesusahan, Cikki malah mengomeli Sella. "Kakakmu itu panitia Ospek di sana. Kalau terlambat bagaimana?"
"Aku harus menyiapkan barang-barangku terlebih dahulu, Ma," jawab Sella dengan mendudukkan dirinya di samping Rai. "Kalau ada yang kelupaan bagimana? Bisa dihukum aku."
"Mama 'kan sudah bilang kepadamu tadi malam, siapkan segala keperluan MOS-mu. Kau saja yang membanggel."
"Sudah, Mama. Aku hanya mengeceknya lagi tadi. Tapi memang ada barang yang belum aku kemas tadi malam," ucap Sella sembari mengambil makanan untuk dirinya.
"Tuh 'kan! Kamu selalu saja begitu. Bik-."
"Sudah lah, Ma. Kasihan Sellanya," ucap Rai memotong ucapan Mamanya yang akan terus berlanjut mengomeli Sella.
"Tau tuh Mama. Bukannya membantuku, malah membuatku tambah binggung."
"Kau it...."
"Mama sudah! Jika ada Papa di sini, pasti ia akan marah. Sudah tau tidak boleh berbicara saat makan, tapi Mama masih saja cerewet."
"Mama tidak makan Rai!"
"Pokoknya diam Mama!" Jika Rai sudah begitu, Cikki selaku Mamanya pun tidak bisa berkata apa-apa lagi. Jika Rai sudah berkata lantang, ia mirip dengan Alvin, Papanya.
"Iyaaa," sahut Cikki.
Kini hanya terdengar suara dentingan sendok-garpu dengan piringnya. Tak lama kemudian Sella berdiri kaget dari duduknya. "Kakak... ini sudah jam setengah tujuh kurang lima menit Kak. Ayooo berangkat!" ucap Sella dengan sedikit berteriak. Ia juga menarik tangan Rai agar Rai lekas berdiri dari duduknya.
"Ayoo, Kakak!"
Rai sungguh terganggu dengan tingkah Sella. Akhirnya, Rai berdiri dari duduknya, saat itu pula Sella menarik Rai, padahal Rai sedang ingin meminum susunya.
"Sella, biarkan Kakakmu meminum susuya terlebih dahulu. Kau juga harus meminumnya juga Sella!"
"Tidak ada waktu, Ma. Ayo, Kak! Lama banget sih." Karena tidak tahan mendengar Sella yang terus menerus berceloteh, akhirnya, Rai pun mengangguk dan membiarkan Sella menariknya.
"Padahal, jam di rumah sedang mati karena dia menjatukan dan menghilangkan batrenya kemarin. Sella, Sella." Cikki menggeleng bingung dengan tingkah anak perempuannya itu. "Mirip! Mirip sekali dengan tingkah Alvin pas jaman ABG!"
💢💢💢
Sella menatap dirinya menggunakan cermin yang selalu disimpannya di dashboard mobil Rai. "Kakak, bisa kah kau bilang pada Paman Sam untuk membiarkan rambutku tetap tergerai? Aku malu Kak, aku malu dengan penampilan mirip orang gila begini," ucap Sella dengan tampang memelas pada Kakaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/89729390-288-k38978.jpg)
YOU ARE READING
Gamers?
Teen FictionVicella, terkenal dengan sapaan Sella. Gadis cantik yang ingin menjadi seorang model atau artis. Gadis yang suka melakukan perawatan dengan game koleksinya. Gadis yang juga terkenal dengan sebutan 'Gamers Cantik Idaman'. Sampai dia bertemu dengan...