BAB 1

8.8K 560 15
                                    

“Masuklah! Para menteri sudah menunggu kedatanganmu dari tadi,” perintah seorang Ahjumma dengan riasan tebal. Nampak jelas bahwa wanita itu memiliki kekuasaan untuk mengaturnya.

Dengan gemulai Gisaeng itu memasuki ruangan yang dipenuhi beberapa pejabat penting. Terlihat wajah pria-pria itu seolah berlomba ingin menelanjangi Gisaeng itu dengan segera. Bagaimana tidak. Dia adalah Kim Hee Sun. Gisaeng muda berbakat yang sangat terkenal di kalangan bangsawan dan para pejabat pemerintahan. Kim Hee Sun tersenyum ramah. Jari-jari manisnya memainkan gayageum dengan cekatan. Alunan merdu yang di keluarkan oleh alat musik itu begitu merdu; membuat para lelaki hidung belang yang berada di tempat itu tersenyum nakal kearahnya.

Setelah permainan kecapi selesai. Hee Sun diharuskan menemani para bejabat itu berbincang. Memastikan bahwa para lelaki hidung belang itu merasa puas dengan hiburan mereka, serta merasa senang dengan para gisaeng yang menjadi pendamping mereka.

“Bagaimana kalau malam ini kau bermalam denganku? Aku akan memberikan tanahku yang berada di daerah Myung Dong,” salah satu pejabat mengajaknya bermalam. Lelaki itu mengajukan imbalan yang menggiurkan.

Kim Hee Sun hanya tersenyum. Dia bukanlah wanita bodoh yang bisa langsung tergiur hanya dengan satu penawaran saja. Bahkan saat pertama kali kegadisannya resmi dilepaskan, seseorang yang mendapatkannya adalah bangsawan kaya. Lelaki itu memberikan satu paviliun dengan puluhan hektar tanah yang ada di sekitarnya. Jika ditambahkan dengan semua perhiasan yang di hadiahkan kepadanya, semua itu sudah cukup untuk Hee Sun membeli dua rumah milik pejabat.

Penawaran untuknya tidak berhenti disitu. Kali ini menteri lain mengajaknya bermalam, dan tentu saja sambil menawarkan imbalan yang jauh lebih besar dari tawaran pejabat yang sebelumnya.

“Bagaimana jika kau mau bermalam denganku? Aku rasa tiga peti emas sepadan untukmu,” menteri muda itu menyeringai tajam. Kilatan nafsu terlihat jelas dari sorot matanya.

“Baiklah tuan, malam ini saya akan menuangkan teh untuk anda,” Hee Sun menjawab. Dengan kata lain dia bermaksud menerima tawaran lelaki yang paling muda diantara semua menteri malam itu.

***

Sementara itu pengawal pribadi Kim Hee Sun berdiri resah. Pria bertubuh tegap dengan pedang di tangan kanan itu berjaga di kediaman Menteri Kim. Kediaman mentri yang malam ini akan menghabiskan waktu bersama wanita yang dicintainya. Cinta? Mungkin terdengar menjijikan jika ada orang lain yang mendengarnya. Karena pada kenyataannya adalah ia dan Kim Hee Sun tampan seperti tuan dan budak. Meskipun mereka saling mencintai, tapi takdir yang mengikat wanita itu membuat mereka harus menanggung derita.

Kim Hee Sun harus menjalani takdir mengerika  yang meliputi hidupnya. Yaitu menjadi seorang Gisaeng, seorang wanita yang bisa dipeluk oleh banyak pria. Sekalipun Hee Sun sangat berbakat berbakat dalam semua bidang seni. Keharusan untuk tidur dengan banyak lelaki tidak mungkin dapat dihindari. Meskipun para lelaki hidung belang itu memberikan bayaran yang memuaskan. Tapi Pengawal Lee sendiri sering mendapati wanita terkasihnya menangis secara diam-diam.

Di saat pengawal Lee larut dalam pikirannya, di salah satu ruangan yang ada di dalam rumah, ada dua anak manusia yang tengah berbincang hangat. Mereka ditemani cahaya lilin yang temaram, Dengan penuh keanggunan Hee Sun menuangkan teh kedalam gelas milik Menteri Kim. Pria itu tidak dapat melepaskan pandangannya, sejak tadi dia terus menatap paras elok Gisaeng yang sekian lama telah memenuhi mimpi erotisnya.

“Sudah. Sebaiknya kau tidak usah menuangkan teh lagi.” Tangan lelaki itu menggenggam pelan jemari Hee Sun. Sementara Gisaeng muda itu hanya berdiam diri. Tidak sedikitpun dia berani menatap wajah orang yang akan menyentuh setiap inci tubuhnya. Menteri Kim mengangkat dagu Hee Sun agar melihat wajahnya. Lama mereka saling bertatapan. Hingga bibir lelaki itu secara perlahan menjelajahi setiap inci wajah Hee Sun. Tangannya membuka ikatan hanbok yang masih melekat di tubuh wanita satu malamnya.

Secara perlahan lapisan utama kain itu telah tanggal dengan sempurna. Lalu Menteri Kim berhenti dari aktivitasnya; yang sedang menjelajahi leher jenjang Hee Sun. Matanya terfokus pada kain putih yang menjadi baju dalam wanita itu. Dengan sekali hentakan kain itu terlepas, menyusul hanbok sutera yang telah berserakan di lantai. Bahu jenjang Hee Sun kini telah terlihat seutuhnya. Tubuh wanita itu hanya tertutup kain tipis di bagian dada.

Hal tersebut membuat perasaan Menteri Kim membuncah, dia terus menatap bahu mulus Hee Sun sambil berkali-kali berusaha menelan saliva; meskipun harus dengan susah payah. Darahnya berdesir hebat. Seonggok daging di bawah sana telah mengeras dengan sempurna. Memaksa lelaki itu untuk melonggarkan posisi duduknya. “Ini adalah pertama kalinya bagiku, aku ingin menghabiskan malam denganmu. Sepenuhnya. tidak akan kuijinkan kau pulang sebelum pagi menjelang,” bisik Menteri Kim tepat di samping cuping Hee Sun.

Tangannya menjamah setiap inci kulit mulus Hee Sun. Hidungnya meraup bau tubuh wanita itu dengan rakus. Seolah dia ingin menyimpan bau wanita itu dalam ingatannya. Hee Sun hanya pasrah saat lelaki itu mulai membuka seluruh kain yang masih menutup tubuhnya. Tidak ada satu patah katapun yang terucap. Hanya deru nafas serta suara decakan bibir yang mendominasi ruangan temaram tersebut.

Dengan sekali tiupan, Menteri Kim meniup satu-satunya sumber penerangan di sana. Dan kini hanya tersisa cahaya dari luar. Menerobos masuk melewati celah ventilasi. Kedua anak manusia itu berlabuh melewati malam yang panjang. Menyatukan diri mereka menjadi satu. Meski bagi si wanita tidak tersirat perasaan sedikitpun saat melakukannya. Sementara di luar ruangan pengawal Lee tengah menahan geraman kasar yang sangat ingin ia teriakan. Tapi yang dapat ia lakukan hanya mengepalkan kedua telapam tangan.

Dia hanya bisa berdiam diri saat wanita yang sangat dicintainya dijamah oleh lelaki lain. Tangan kirinya menggenggam pedang yang menancap pada permukaan bumi. Sekuat tenaga menahan himpitan perasaan. Berusaha berpikir logis bahwa dia hanyalah pengawal pribadi. Yang juga bisa disebut menjadi lelaki pilihan Gisaeng, ada simpul rumit yang mengikat hubungan mereka. Hee Sun dan dirinya pernah saling mencintai di masa lampau, meskipun perasaan itu digerus badai prahara saat Hee Sun harus melelang kesuciannya. Dan di sinilah dirinya saat ini, menjadi pengawal sekaligus lelaki bagi wanita itu.

Bukankah tidak ada yang lebih kejam daripada ini? Tidak ada yang lebih menyakitkan selain harus menahan diri, setiap kali kau harus menemani wanita yang kau cintai untuk dijamah oleh laki-laki lain.

***

Makasih buat yang sudah mampir, baca dan vote juga 😊

Gisaeng Of JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang