BAB 5

4.4K 286 6
                                    

"Hiaaat!" Menteri Kim mengayunkan pedang yang masih terbungkus oleh sarungnya. Lelaki itu bermaksud memberi pelajaran kepada pengawal yang telah berani mendekap Kim Hee Sun seperti kekasih. Tapi seketika tangan Menteri Kim mengayunkan pedang ke arah lain; saat mendapati anak panah melesat. Dan mengincar tepat pada posisi kuda yang ditunggangi oleh Kim Hee Sun dan pengawal pribadinya tersebut.

Terdengar dentingan benda beradu tatkala anak panah itu terhempas ke tanah. Membuat pengawal Lee terhenyak; dan menyadari bahwasannya serangan muncul dari arah lain. Dengan cekatan tangan kekar itu mengayunkan pedang. Menghalau anak panah yang melesat dari arah sebaliknya. Dari kejauhan terlihat tiga orang berpakaian hitam dengan wajah tertutup cadar. Mereka melarikan diri melompat di atap rumah penduduk sekitar.

Setelah dirasa aman. Pengawal Lee menurunkan Kim Hee Sun dari punggung kuda jantan yang telah setia menemani perjalanan mereka. Dia menatap tajam tepat ke dalam manik mata Mentri Kim, dan sorot kebencian terpancar jelas disana. Seolah lelaki itu ingin melenyapkan dirinya dari muka bumi.

"Terima kasih telah menyelamatkan kami," pengawal Lee berucap seraya mencondongkan tubuhnya ke arah depan. Namun Menteri Kim hanya mencibir dan menjawab ketus.

"Aku tidak bermaksud menolongmu. Aku hanya tidak ingin jika majikanmu terluka."

"Saya ucapkan terima kasih atas bantuan anda tuan," kini giliran Kim Hee Sun berkata. Mata indahnya menatap tajam lelaki yang pernah bermalam dengannya tersebut.

"Apa kau tidak ingin menyuruhku masuk?" Menteri Kim mengingatkan Hee Sun bahwa dia adalah tamu. tidak sepantasnya dibiarkan berdiri di depan gerbang.

"Tolong maafkan saya. Jika tuan ingin berkunjung masuklah." Kim Hee Sun mempersilahkan menteri muda itu untuk masuk terlebih dahulu. Sementara di belakang mereka pengawal Lee mengumpat dalam hati. hatinya meracau kelu. Mendapati Kim Hee Sun yang membiarkan lelaki itu untuk berkunjung.

Bahkan Hee Sun pasti lelah. Tapi dia menerima tamu di saat tubuhnya belum beristirahat sama sekali. Itu yang membuat pengawal Lee berlalu tanpa mengucapkan apapun. Hee Sun hanya memandang punggung kokoh lelakinya. Dan diam-diam memahami jika lelaki itu pasti kecewa atas sikapnya. Para budak dan pelayan telah menyambut kedatangan Hee Sun. Mereka segara menggiring gisaeng muda itu menuju tempat pemandian.

"Tolong suruh gisaeng muda lain untuk menemani tamu kita minum teh," Hee Sun berucap Di sela-sela para budak membuka hanbok sutera yang dipakainya.

"Baik, Nyonya."

Setelah air yang berisi campuran bunga mawar. Madu dan susu itu telah tercampur dengan sempurna. Kim Hee Sun melangkahkan kakinya perlahan. Menenggelamkan sedikit demi sedikit tubuhnya. Hingga tubuh mulus itu telah terjamah oleh campuran air yang telah berubah warna, dan memiliki bau harum yang sangat menggoda. Ramuan kecantikan itu menelusup celah pori-pori.

Kim Hee Sun menggosok tubuhnya perlahan. Bermaksud menanggalkan debu yang menempel pada kulitnya. Menghilangkan keringat yang belum dibersihkan setelah dia bercinta dengan lelakinya. Hee Sun menyadari bahwa tidak dapat berlama-lama menikmati kemewahan tersebut. Karena di ruangan utama salah satu menteri yang sangat berpengaruh tengah menunggunya.

Setelah Kim Hee Sun mengenakan pakaian secara utuh. Wanita itu berjalan diiring para pelayannya. Angin malam yang menerpa tubuhnya menjadi udara segar yang mengisi celah paru-paru. Jika tidak ingat harus menjamu tamu. Ingin rasanya dia menghabiskan malam di taman teratai. Saat tubuhnya telah sampai di halaman ruang utama. Dua gisaeng muda yang ditugaskan untuk menjamu Menteri Kim berhambur menghampirinya.

"Nyonya. Tuan itu tidak menginjinkan kami menuangkan teh untuknya," salah seorang gisaeng menjelaskan alasan mereka berada di depan pintu.

Hee Sun mengangguk. Tanda mengerti. Dia memerintahkan agar para budak dan pelayan menunggu di halaman. Tidak ada yang boleh mendekati ruangan utama. Semua orang yang ada di situ mengangguk. Pertanda mereka memahami titah yang disampaikan Kim Hee Sun barusan. Hee Sun bergegas menemui lelaki itu. Senyum manis milik Menteri Kim yang tidak pernah terlihat ketika bersama halayak ramai. Kini terukir indah untuknya. Entah mengapa. Lelaki itu hanya tersenyum ramah ketika berhadapan dengan Kim Hee Sun.

"Ada keperluan apa. Sehingga tuan pejabat sudi berkunjung ke tempat hina ini?" Kim Hee Sun memulai pembicaraan di antara mereka.

"Tadinya aku hanya ingin mengajakmu Pergi bersamaku. Menemaniku saat aku bertugas di perbatasan," Menteri Kim berkata seraya menyesap teh hangat yang baru saja dituangkan oleh Hee Sun.

"Berani sekali tuan mengajak saya untuk pergi ke tempat yang jauh," Hee Sun berbicara dengan nada sedikit mencibir.

Dalam pikiran Hee Sun apakah lelaki ini sudah gila? membawanya bermalam di tempat yang jauh. Itu membuatnya harus mengeluarkan biaya tambahan. Sekalipun dia bangsawan kaya raya. Tapi. Baru kali ini Hee Sun menemui lelaki seperti Menteri Kim. Lelaki itu begitu antusias untuk mengajaknya pergi. Tanpa memperdulikan berapa banyak harta yang harus dia keluarkan.

"Apa kau tidak ingin pergi bersamaku?" Menteri Kim memancing perasaan Hee Sun kepadanya. Terserah itu karena harta atau keinginan dari dirinya sendiri. Yang jelas dia sangat ingin mengetahui. Seperti apa dirinya di mata seorang Kim Hee Sun. Gisaeng muda yang sangat terkenal saat ini.

"Saya akan pikirkan jika hadiah yang anda tawarkan menarik. saya juga tidak mempunyai banyak waktu. Dikarenakan saya harus mengurus paviliun ini sendiri."

"Secara kasar kepala gisaeng mati dibunuh bukan?" Menteri Kim menunjukan Seringai, dan tatapan tajam lelaki itu membuat Hee Sun tersentak. Dia tidak menduga akan mendengar lelaki itu berkata sesuatu hal yang tidak disangka.

"Dari mana Tuan tahu?"

"Aku bisa membantumu. Menemukan siapa dalang di balik pembunuhan pengasuhmu," Menteri Kim memberikan penawaran. Hee Sun nampak berpikir sejenak. Sebelum akhirnya dia bertanya apa yang harus dia lakukan agar pembunuh itu tertangkap.

***

Pagiii... mumpung masih sempat, update dulu dikit sebelum kerjain pesanan kimchi. Gomawo buat yang sudah baca dan kasih vote. 😊

Gisaeng Of JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang