BAB 7

3.4K 201 4
                                    

Suasana hentakan nada serta alunan gayageum hening seketika. Yang terdengar hanya helaan nafas kasar Kim Hee Sun. Suara samar gisaeng muda lain yang saling berbisik dengan temannya. Saling bertanya satu sama lain ikut mendominasi. Berharap mendapat pencerahan atas pertanyaan yang berkutat dalam benak mereka.

Wanita paruh baya itu berjalan dengan wajah mendongak angkuh, perangainya terlihat sangat tidak ramah. Rona-rona aura kekejaman terlihat dari sorot mata tajam yang telah diliputi garis-garis halus di sekitar wajah. “Apa kau akan tetap membiarkanku berdiri di sini?” Tanya wanita itu lantang tepat di hadapan wajah Kim Hee Sun yang masih berusaha mencerna kenyataan. Berusaha mengumpulkan kesadaran bahwa wanita yang di depannya adalah nyata.

Dengan susah payah akhirnya Hee Sun dapat menguasai diri. mempersilahkan wanita itu untuk masuk menuju paviliun utama. Hee Sun memerintahkan pelayan mempersiapkan perjamuan.

Beberapa saat kemudian Hee Sun sudah duduk; tepat bersebrangan menatap manik mata wanita yang pernah menjadi kepala gisaeng Nyonya Oh. Saat itu Kim Hee Sun masih menjadi gisaeng pemula. Hee Sun meringis tertahan ketika kilatan masa silam bermunculan. Mengorek luka pedih di ulu hati. Bayangan masa lampau itu kian terlihat jelas. Bagaikan film tua silam yang kembali diputar dalam ingatannya.

***

“Aaaaah,” erangan kesakitan itu lolos dari mulut gisaeng muda yang sedang menahan sakit; rotan kayu telah berkali-kali mendarat kasar di permukaan kulit betisnya. Sedikit mengoyak kulit tipis itu hingga berdarah. Luka merah yang bercampur sedikit darah terlihat bermunculan. Sementara gisaeng yang lebih tua darinya sekuat tenaga mencoba melepaskan diri; kedua tangannya di genggam erat oleh dua gisaeng sebayanya. Rasa sakit di sekitar punggung kian membuat tenaga wanita itu terkuras.

“Jangan pernah ada yang berani memberikan mereka makanan atau minuman tanpa seijinku!”

Pekik kepala gisaeng dengan mata menatap tajam gadis muda yang baru saja dihukum olehnya. Terdengar guntur di langit kian bergemuruh tanpa jeda. kilat yang terus membelah semesta semakin terlihat. Bagaikan aliran listrik yang berkeliaran di wajah langit. “Kau, Oh Seok Yeon jangan pernah menolak tamu lagi! Dan kau Kim Hee Sun jangan sampai aku melihatmu membantunya mengelak dari pekerjaan yang harus dia jalani! Jika sampai kejadian seperti ini terulang lagi, kalian berdua akan merasakan akibatnya.”

Kepala Gisaeng Song berkata sarat dengan ancaman di dalamnya. Semua gisaeng muda tidak ada yang berani mendekat. Kepala gisaeng memerintahkan semua anak didiknya untuk segera beranjak masuk. Membiarkan dua gisaeng yang telah membuatnya marah kedinginan di halaman. Aroma tanah gembur yang terkena tetesan hujan musim semi menjadi uap yang memenuhi rongga penciuman mereka.

berkubik-kubik air yang ditumpahkan oleh langit jatuh bergerombol, membuat udara dingin kian menusuk. Gemuruh di langit seolah menjadi saksi saat air yang menjamah dua tubuh anak manusia. Keduanya tidak dapat melarikan diri dari amukan hujan. Mereka berada dalam masa hukuman, dilarang menginjakan kaki dalam ruangan, meskipun hanya sejengkal. Tidak ada seorangpun yang dapat membantu. Kepala gisaeng telah menurunkan titah agar tidak ada yang boleh memberi mereka asupan gizi.

Dua orang yang terpaut umur cukup jauh itu tengah bersimpuh. Membiarkan angin malam yang menusuk menjamah tubuh mereka yang hanya berbalut hanbok bagian dalam. Pekarangan rumah gisaeng milik Nyonya Song menjadi saksi rintihan kesakitan keduanya.

Kain yang mereka kenakan telah dibasuh air hujan yang sedari tadi mengalir. bercak darah terlihat disekitar punggung gadis berparas manis, hal seperti itu seolah menjadi pemandangan lazim saat beberapa gisaeng berlalu lalang di serambi ruangan. Menatap mereka miris tanpa berani menolong. Sesekali mereka menatap iba keduanya, tapi tidak ada yang sanggup membantah perintah kepala gisaeng yang berkuasa. Wanita itu terkenal kejam dalam memberi hukuman.

Gadis yang terlihat jauh lebih muda tengah menahan sakit di sekujur kaki. Hentakan rotan yang diarahkan pada betisnya telah berubah menjadi lebam bercampur darah. Kulit itu tergores karena tidak mampu menahan pukulan yang bertubi-tubi. Luka yang mengeluarkan darah itu menempel jelas di bagian luar. daging betis yang telah berkali-kali terkena pukulan semakin terlihat mengenaskan

“Gadis bodoh, kenapa harus mengaku kalau kau membantuku pergi, Kenapa kau tidak diam dan berpura-pura tidak tahu?!” Oh Seok Yeon sedikit memekik saat melontarkan pertanyaan pada gadis di sebelahnya.

“Aku tidak ingin melihat mereka melimpahkan semua kemarahan pada Eonnie seorang,” gadis itu menjawab dengan suara teramat sayup. Membagi konsentrasi pada betis yang terasa nyeri.

“Hee Sun-ya, aku tidak ingin melihatmu dihukum seperti ini!” Seok Yeon menatap gadis itu iba. Merasa menyesal membiarkan gadis itu mendapat masalah karena ulahnya.

“Sudahlah Eonnie. Percuma kita bertengkar. Wanita itu tidak akan mencabut hukumannya,” Hee Sun berusaha menghibur Seok Yeon. Mencoba mengalihkan pembicaraan agar dia tidak terus diceramahi.

Gadis itu mengakui bahwa dia telah melakukan kesalahan. Membantu Seok Yeon menolak pejabat penting yang ingin bermalam. Memberi celah gisaeng seniornya itu untuk pergi dari ruangan tempat menjamu. Pejabat itu tersinggung, merasa ditolak dan diabaikan. Hingga dia murka dan mengadukan kejadian ini pada Nyonya Song.

Telak, hal tersebut membuat emosi kepala Gisaeng itu membuncah. Tanpa banyak berujar dia menyuruh pengawal untuk mencari keberadaan Seok Yeon. Saat dia ditemukan puluhan cambukan mendarat di punggung mulusnya. Kepala gisaeng itu tidak menghiraukan jerit kesakitan anak didiknya. Saat kejadian memilukan itu terjadi; Kim Hee Sun berlari dan menyatakan diri bahwa dialah yang membantu Seok Yeon untuk menolak pejabat itu. Tanpa berkata-kata Nyonya Song langsung menghantamkan rotan pada betis gadis itu puluhan kali hingga berdarah.

***

Malaaam semuanya. Terima kasih banyak buat yang sudah mampir dan baca, dan tidak lupa juga terima kasih atas votenya. Dilanjut pelan-pelan ya, walaupun nggak panjang semoga lanjut terus.

Gisaeng Of JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang