Chapter 5

29 6 0
                                    

Jum'at, 11 November 2k16

-what a Feeling


It's because you are the weirdest, most beautiful person that I've never met in my whole entire life.

C L A R Y

Sialan! Ya Tuhan tolong keluarkan aku dari dalam hotel terkutuk ini! Sekarang yang aku dapati adalah bajuku basah dan bau di saat yang bersamaan ketika bocah lelaki ini buang air besar saat aku gendong. Lihat? Dia buang air besar sembari tertidur, keren dan sialan di saat yang bersamaan.

Perlahan aku menaruh nya di atas tempat tidur yang sudah aku alasi dengan flannel ku, lebih baik flannel ku yang murah ini menjadi alas bocah itu ketika buang air besar dari pada seprai tebal dengan harga mahal.

Berlari kecil untuk menuju ke ruang tamu, dan aku mendapati dua pria bodoh itu tengah bermain PlayStation "baju ku kotor, bocah itu buang air di gendongan ku" jelas ku dan mereka mengabaikan nya "apa kalian tuli?!!!"

Harry orang pertama yang membanting stik PlayStation sedangkan Louis masih fokus tanpa memperdulikan diriku yang tengah jengkel setengah mati "Louis apa kau punya baju yang bisa di pakai calay?"

Louis menggeleng "aku tidak bawa baju perempuan"

"Tidak masalah! Kau tidak lihat pakaian apa yang sedang ia kenakan? Tentu itu bukan pakaian wanita" jelasnya dengan sedikit sindiran.

"Dia bisa memakai bajuku, tapi pasti kebesaran"

"Ya, dia belum cukup tumbuh"

Jengkel, aku masuk kembali ke kamar, mencari shirt Louis di dalam lemari, dan aku mendapati shirt polos berwarna hitam, dengan cepat aku langsung menanggalkan pakaian ku.

"holly shit!" Suara Harry menggeram dari arah samping membuat tubuhku terlonjak kaget, refleks, aku berbalik badan memunggungi Harry yang tampak seperti patung. Pantulan tubuhnya bisa aku lihat dari cermin, air mukanya berubah pucat dan matanya nyaris meloncat ke lantai "m-maaf aku-"

"Brengsek! Keluar!" Teriak ku menggelegar di seluruh ruangan, sampai bocah yang tadinya tidur kini kembali menangis. Aku mendesah lega karena aku hanya membuka bagian atas, dan itupun masih memakai bra. Yatuhan! Aku merasa di permalukan, aku yakin kedepan nya kami -aku dan Harry- akan merasa canggung.

Setelah memastikan Harry benar-benar keluar, Dengan satu gerakan aku memakai shirt, keluar dan membanting pintu sampai Harry yang ada di sofa mengusap dada "aku ingin pulang"

"Apa anak ku menangis? Dan tadi apa kau bilang? Ia buang air?!" Mata Louis menjereng frustasi setelah aku menganggukkan kepala "ku mohon bersihkan dia, ak-aku tidak bisa melakukan nya"

"Cukup Louis!" Darah ku mendidih, apa dia fikir aku pembantu? "jika kau tidak bisa merawatnya setidaknya kembalikan bocah itu kepada ibu nya!"

Aku berbalik badan, berjalan ke arah pintu keluar dengan emosi yang menggebu-gebu , memilih untuk Mengabaikan permohonan Louis dan Harry yang berbaur menjadi satu.

Belum jauh dari pintu, telapak tangan seseorang mencengkram pundak ku, Cengkraman nya terasa ; hangat. Tanpa menoleh pun aku tahu siapa di balik empunya tangan kendati salip terlihat di jemarinya "aku antar"

*

H A R R Y

Di sepanjang perjalanan baik gadis bermata biru maupun aku sama-sama enggan membuka suara, aku tahu ia masih kesal karena diriku yang tidak sengaja memergoki nya sedang mengganti pakaian, sungguh aku hanya ingin menemuinya di kamar dan berkata ; tunggu disini, aku akan membelikan pakaian baru di toko yang terdapat di seberang hotel. Tapi akhirnya menjadi seperti ini.

Hening. Aku lebih memilih untuk menyalakan tape, sedetik kemudian lagu all of me mengalun lembut mengisi keheningan yang membentang.

"Kau lapar?" Tanya ku basa-basi dan dia menggeleng.

"Butuh udara segar?" Aku di acuhkan.

"Atau kau ingin-"

"Tidak bisakah sedetik saja kau menutup mulut mu itu?!" Balasnya dengan nada tinggi di seluruh kalimat.

Aku bergumam, hati ku mencabik diriku sendiri yang kelewat berisik, banyak yang ingin aku suarakan, tapi semuanya tidak terdengar, aku hanya mengeluarkan satu kalimat yang membuat keadaan di dalam mobil hening kembali, kecuali lantunan lagu per lagu yang berasal dari tape "Baik"

Sekali lagi ; aku tidak suka keheningan.

Aku bersenandung pelan, mengetuk-ngetuk setir kemudi dengan jari sesuai irama musik yang sedang di mainkan, dan aku ; jenuh.

"Aku suka wangi rambut mu" aku meledakkan keheningan yang menggantung.

Ia menoleh, tampak kaget dan geli di saat yang bersamaan " itu pujian murahan"

"Aku tidak berbohong, aku menyukai wangi jeruk"

"Aku tidak perduli, tapi aku suka wangi mint" aku masih bisa menangkap kalimat akhir yang pelan terbawa angin sore dan menerpa rambut panjang nya. Aku bahkan baru menyadari bahwa dia membuka jendela kendati aku terlalu fokus pada jalanan yang sedang di landa macet.

Apa secara tidak langsung dia menyukai wangi tubuh ku? Atau memang mobil ini memiliki wangi mint? "tutup"

"Apa?"

"Jendelanya tutup" dia menggeleng tegas "paparazi akan memotret kita"

"Mereka memotret Kau bukan aku"

"Baik" jengkel dan senang mendominasi di dalam diriku saat ini, entah mana yang lebih kuat, mengapa rasa ini menjadi satu? Pertama ; aku jengkel karena sifat keras kepala nya mulai terlihat, dan aku takut jika paparazi benar-benar memotret diriku tengah berkendara dengan gadis asing. Kedua ; aku senang melihat rambut cokelat yang di milikinya berterbangan. Dan sekarang aku tahu nomer dua lah yang lebih mendominasi, jadi ku putuskan untuk membuka atap mobil Des.

"Yampun ini keren!" Pekik nya semangat, matanya berkaca takjub dengan mobil yang ia tumpangi, kedua tangan nya di angkat tinggi tinggi seiring kedua sudut bibirnya yang melengkung tinggi ke atas.

Aku tidak tahu apakah dia yang aneh atau aku yang salah mengenalnya, mood nya berubah-ubah seiring dengan keadaan di sekitar nya, bisa saja lima menit yang lalu dia membentak ku, lalu setelah nya ia akan tertawa bersama ku.

Dan aku tidak menyadari bahwa diriku juga tidak jauh berbeda dengan dirinya.

****

Hmm ada ena nya g y?

They Don't Know About Us ; HsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang