Chapter 2

63 4 0
                                    

8 November 2k16

--Kiss you


When nothing goes right. Go left.

C L A R Y

Aku berdiri di bahu jalan, Sepeti biasa menunggu bus lewat, kebetulan hari ini adalah hari minggu yang tidak mengharuskan aku untuk bekerja maupun sekolah, lantas apa yang ingin aku kerjakan hari ini? Tentu saja mengunjungi ibu ku.

*

H A R R Y

Hari minggu? Serius itu bukan hari yang spesial dalam hidupku kendati sudah setiap hari aku berlibur, bagaimana tidak? Band ku sedang hiatus dan aku pun tidak meneruskan sekolah. Untuk apa? Di usiaku yang menginjak Dua puluh dua pun aku sudah mempunyai beberapa bisnis, terlebih lagi aku akan meneruskan perusahaan Des, oh yaampun sikap sombong ku muncul lagi.

Lagi-lagi kebosanan melanda, apa aku harus bersolo karir seperti Zayn ataupun Niall guna memanfaatkan waktu hiatus kami? Tapi aku sudah cukup lelah karena baru menyelesaikan film pertama ku ataupun menjadi model majalah dadakan. Sial, aku mengingat majalah itu lagi, aku bukan nya tidak senang, tapi aku rasa wajahku sangat idiot di sana.

Aku ingat bagaimana bahu Des berguncang keras karena melihat hasil foto diriku, dia seperti raksasa di film-film. Sialan, anak macam apa aku ini?!

Atau sekarang aku harus membeli obat penumbuh rambut guna rambut keriting ku cepat kembali?

Jujur aku sangat menyukai rambut keriting yang membuat ketampanan ku terlihat seratus kali lipat. Tapi melihat respon penggemar karena rambut baruku juga tidak buruk. Jadi intinya apapun yang Harry styles lalukan ia tetap terlihat tampan. Oh aku sudah menjadi orang sombong rupanya.

Tidak tahu akan Kemana aku berlabuh, aku memilih menyalakan tape agar keheningan tidak membunuhku. Sejurus kemudian suara familiar menyeruak masuk ke seluruh bagian mobil Des.

Tell me your lies
Because I just can't face it

Kedua sudut bibirku seperti di tarik dua tronton, aku bangga padanya, bangga karena ia telah memilih jalan yang ia inginkan, dan inilah yang ia mau, memang awalnya berat untuk dia maupun kami yang di tinggalkan, tapi kembali lagi ke point pertama, ini mimpinya dan kami harus mendukungnya.

Oh Tuhan bahkan aku sudah membeli album baru miliknya, dan bahkan aku sudah menghafal sebagian lagu yang ia nyanyikan.

sebaiknya kau bercermin, sudah sempurna kah dirimu sampai-sampai bermain di belakang sahabatmu sendiri.

Aku menggelengkan kepala saat sebaris kalimat menarik ku ke dunia nyata. kata-kata nya masih segar di otak ku. Aku tahu aku salah, aku bermain di belakang zayn dengan cara menyukai gadisnya. Walaupun notabenenya hanya aku dan Tuhan yang tahu apa perasaan ku.

Aku memikirkan kalimatnya yang datar tapi begitu menampar, dan sekarang iris hijau ku menangkap gadis itu tengah berdiri di bahu jalan dengan outfit yang super simple ; flanel kotak-kotak yang di dominan oleh warna merah, shirt putih, dan celana lepis dengan robekan di sekitar paha.

Kebetulan atau ketidak sengaja an?

Ya, Dia gadis yang semalam sangat menyebalkan. Bayangkan saja! Saat aku ingin membantunya menarik pagar, yang ia lakukan malah sebaliknya, dengan sialan ia berlari ke dalam panti, meninggalkan aku yang dengan bodohnya menganga melihat punggungnya dengan tangan yang masih memegang gagang pagar. Jika ada seseorang yang mengabadikan nya dari kejauhan aku bersumpah akan menghajar wajahnya.

Sengaja. aku memberhentikan mobil yang aku kendarai tepat di depan dirinya yang sedang menunggu bus, aku tahu ia menyadari itu, gadis itu berdecih kesal seraya berjalan menghindari mobil hitam yang tidak di kenal nya kendati mobil ini berbeda dari mobil yang kemarin aku gunakan. Karena aku bosan, aku akan menjadikan dia sebagai media hiburan ku. Saat ia berjalan ke depan, mobil ku akan tepat di depan nya. Lalu saat ia berjalan kebelakang, mobilku masih tetap berada di depan nya. Oh ini sungguh menghibur! Bahkan ia kehilangan satu bus nya karena aku selalu mengalingi jalan nya. Setelah ini aku benar-benar harus pergi ke club untuk menghilangkan rasa bosan.

"BUKA JENDELA MU TUAN KURANG AJAR!!" Lihat! Aku sudah memancing emosinya yang menggebu-gebu, kedua tangan nya memukul jendela mobil Des dengan kencang, bahkan aku takut jika jendela ini akan pecah, masalah tangan nya yang terluka aku tidak perduli.

Secara perlahan aku menurunkan jedela, menyunggingkan senyum tipis ku ke arahnya, berbanding balik dengan respon wajahnya yang terlihat terkejut dan marah di saat yang bersamaan "selamat pagi" sapaku hangat.

"Kau?!" Mata dengan iris biru nya hampir keluar "Sialan! Pergi kau!"

"Jika aku tidak mau?"

"Sekarang juga Aku akan teriak jika seorang bintang besar ada di sini!" Ancam nya dramatis dan aku terkekeh geli "HARRY STYLES!!" Mataku melebar, Sial, dia melakukan nya! aku fikir hanya ancaman murahan. "YA TUHAN!" Jerit nya lagi "DIA ADA DI DALAM MOBIL INI!!" Dia berteriak kencang, sangat kencang, seperti biasa kedua tangan nya diangkat keudara lalu menunjuk diriku secara dramatis. Persetan, karena lengkingan nya membuat orang sekitar yang berlalu lalang berhenti sejenak dan memperhatikan nya yang sedang berteriak tidak waras.

"Kau gila!" Desis ku, ajaib, detik selanjutnya ia mengantupkan bibir.

"Pergi" perintahnya seperti mengusir anak anjing.

"Tidak Sebelum kau menciumku" tentu aku bergurau guna menggodanya, tapi sekali lagi, pipinya bahkan tidak merona saat aku goda. Tipikal gadis yang memiliki selera setinggi menara Eiffel. Padahal Aku sudah setara dengan menara itu, bahkan lebih.

"kau seperti pria haus Belaian"

"Apa aku seperti itu gadis Eiffel?" Aku menimpali pertanyaan nya,  Oh bahkan aku sudah mendapat julukan yang pas dengan seleranya yang setinggi menara itu.

"Apa kau bilang?!" Lagi-lagi respon nya terlalu hiperbola.

"Bukan salah ku karena tidak mengetahui nama mu gadis Eiffel"

"Apa hubungan ku dengan menara kebanggaan Paris?!" Tanyanya mencuat dan aku tertawa geli, enggan untuk menjelaskan, terdengar ia menghembuskan nafas kesal seraya memutar bola matanya "apa yang lucu tuan harlod? Aku mempunyai nama, nama ku Clary Delvins" tanyanya dan di timpal oleh pernyataan.

Tawa ku berhenti tergantikan oleh Senyum ku yang mengembang "aku tidak butuh namamu nona"

"Kau?! Tidak tahu diri!" Sebelah kakinya yang di Balut converse menendang kencang badan mobil Des "karena mu aku terlambat!"

"Dan Apa aku perduli?" Balas ku tak kalah sinis.

Matanya melebar jengkel "aku akan menghajar mu! Keluar kau!"

"Silakan masuk dan kau bisa menghajar ku sesuka hati mu nona"

"Oh ayolah! Aku gadis miskin yang tidak pantas duduk di mobil mewah! Bahkan aku tidak sudi duduk di sebelah mu sialan!" menolak, gadis itu membuang wajahnya dan melipat kedua tangan di dada, dari samping aku dapat melihat perubahan raut wajahnya yang signifikan, matanya Sepeti ingin keluar dari tempat, dan bibirnya terbuka kaget. Karena penasaran, aku mengikuti arah pandangnya, beberapa orang sedang berlarian ke arah kami, yang aku asumsikan jika mereka benar-benar percaya dengan teriakan si gadis bodoh.

"oh ya Tuhan ini kacau" ia menepuk dahi, tidak ingin di kerubungi massa, gadis itu membuka pintu mobilku dan menutupnya dengan kasar "aku mohon cepat injak pedalnya!"

A/N

Liat mulmed dan Bayangin aja ya kalau itu mobil yang di kendarain Harry,walaupun itu kacanya ga gelap. Kalau kacanya ga gelap bisa abis kali itu bocah di intil in paparazi.

They Don't Know About Us ; HsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang