Sepatu itu merah. Ya, berwarna “Bloody Red”. Alunan harpa membuat seseorang yang mengenakan sepatu itu menari. Ia lebih populer disebut Nala, walaupun ia seorang laki-laki. Nama aslinya sih, agak susah dijelaskan!
Laki-laki itu berjalan ke sekolah dengan menggunakan sepatu merah. Kulitnya yang eksotis, dan rambutnya yang jauh lebih baik daripada tahun lalu. Ia mengenakan kaos polo berwarna biru. Ia bagaikan “jiwa” didalamku.
Ia sama sekali bukan saudaraku, walaupun banyak orang mengatakan kami adalah saudara. Aku tidak suka hal itu. Ia adalah mantan pacar temanku. Sepertinya ada temanku yang menyukainya. Wanita cantik itu, menyukainya.
Nala memukul pundakku dari belakang. Metafora ini, pencitraan untuk menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya. Perasaan yang tidak diketahui oleh banyak orang. Saat aku mulai kesal, ia pun mulai menunjukkan “api-nya” dengan melepas sepatu hak tingginya yang berwarna “Bloody Red”.
Nala adalah temanku. Sepatu itu entah kenapa berwarna merah. Bukan merah di cat, tetapi ada suatu cairan. Kemudian ia mengelus rambutku dan memegang perutku. Aku tak mengandung apa-apa!
Lelaki brengsek.
Sulit dimengerti apa maunya.
“Ayo! Kamu tidak boleh disini! Ayo keluar!!!” teriak Nala. Ia menyeret tanganku dari depan ruang komputer. Ia menyeretku dengan sadis, seakan-akan keberadaanku mengganggu. Namun temannya malah mengatakan, “Hayo, Nala ya!”
Sahabatku datang. Sahabatku sangat mirip denganku, tetapi berbeda kepribadian denganku. Kami sama-sama menyukai Anime. Kami pun mengobrol tentang Anime “Hunter x Hunter”, anime yang sangat seru menurut kami.
Ruang Komputer
Bu guru membagikan hasil tes komputer. Asem, aku mendapat nilai 75 sedangkan sahabatku mendapat 97,5. Hih! Aku memang benar-benar bodoh!
Nana, baka no anata!
Geram, tapi ini adalah kesalahanku sendiri karena tidak belajar. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah dan tidur. Tetapi aku menemukan darah di tanganku! Ini bukanlah darahku. Darahku lebih kental daripada ini!
Ingatanku… walaupun tidak sempurna, mengembalikanku kepada kejadian yang berhubungan dengan sepatu merah itu.
Flashback
Enak, kak Nala dibelikan sepatu putih padahal aku nilainya lebih bagus daripada kak Nala!
Kak Nala kan nilai ujian Electone-nya A! Dengan skor 113! 113/120! Kamu saja belum pernah ujian electone!
Kak Nala kelihatan tidak senang dengan sepatu putih itu.
Aku menutup mataku.
Aku tidak ingat kejadian setelahnya. Sepatu nya kenapa yang putih, berubah menjadi merah?
Setelah makan, aku tidur.
Tolong aku!
Ada seseorang dengan kaos polo berwarna hijau, dengan katananya.
Tangannya indah, dan menyentuh wajahku. Ia menusukkan pisau ke tubuhku bertubi-tubi sambil menangis.
Fiuh… hanyalah mimpi.
Entah siapa orang itu, rasanya aku pernah mengenalnya. Aku benar-benar menyukai kak Nala, jadi tidak mungkin orang itu adalah kak Nala.
Tetapi 3 hari ini aku melihat keanehan kak Nala. Ia menjadi pendiam dan saat kutawari nomor HP Janice, ia tidak mau dan berkata “Apa Urusanku”?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepatu Darah
Mystery / ThrillerKumpulan cerita mengapa sepatunya bisa berwarna merah dengan cara-cara yang tak lazim, penuh darah dan intrik pembunuhan dan kejahatan. Kehidupan yang normal akan berubah menjadi mengerikan. Disini tokoh-tokoh dengan kepribadian yang berbeda menghad...