Jangan ditanya kenapa dia menggunakan kacamata hitam di wajahnya setiap hari, semua orang menganggap nya aneh, lelucon, bahkan orang gila. Tentunya setiap kali gadis itu menampakkan diri, dia menjadi perhatian mata orang-orang hanya karena penampilan nya yang berbeda. Seperti saat ini, meski dosen tengah membagikan materi kuliah di dalam kelas, gadis itu tetap menggunakan kacamata hitam. Teman sekelasnya pun sudah tahu betul apa yang menjadi kebiasaan gadis itu, jadi sudah tidak aneh lagi.
Gadis itu membuka binder yang biasa ia bawa, hendak mencatat materi kuliah yang sedang diberikan oleh dosen tersebut. Berusaha fokus dengan kegiatannya sendiri, tetap saja dia tak akan bisa. Suara-suara yang sejak tadi memanggilnya tak pernah berhenti menganggunya, meski sudah berbisik pelan agar diam, tetap saja, suara itu mengganggu dirinya.
Arumi menghela napas dalam. Harus dengan cara apa lagi agar suara itu bisa berhenti menganggu dirinya.
"DIAMLAH!"teriak Arumi kesal bukan main.
Sontak saja seisi kelas langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan tak percaya. Kaget, terkejut hingga dapat membungkam dosen killer yang ada di depan sana. Arumi diam, dia terpaksa bertindak seperti itu, dia tidak bisa menahan kekesalannya karena suara itu selalu menganggu dirinya yang berusaha fokus pada materi kuliah.
"Arumi, kamu menyuruh saya diam?"kali ini dosen itu salah paham kepada dirinya.
Arumi menelan ludahnya, dia menunduk enggan mengucapkan sepatah katapun. Dengan membereskan barang-barang yang sempat ia keluarkan, kini Arumi bersiap jika akan diusir dari kelas.
"Keluar dari kelas, kamu tidak saya izinkan mengikuti kuis usai pelajaran ini."kata dosen itu lagi yang semakin membuat Arumi kehilangan harapan.
Nilainya sudah hancur karena tak mengerti materi kuliah ini, lalu ditambah harus keluar kelas disaat kuis siang nanti dapat menambah nilainya. Sial sudah, bukan itu maksud Arumi. Meskipun ia menjelaskannya sejelas mungkin kalau bukan kepada dosen itu ia berbicara, tak ada yang percaya.
Karena hanya dia yang mengetahui dan mendengar makhluk-makhluk yang sejak tadi menganggu dirinya.
Arumi melangkah, dia keluar kelas lalu berjalan entah memiliki tujuan. Tentu, dia akan kena masalah lagi, setidaknya ia mendapatkan hikmah baik. Suara itu tak memanggil nama nya lagi.
Arumi memandang sekelilingnya, gelap. Jika dia membuka kacamata itu, tentu akan banyak keramaian yang dapat ia saksikan. Tentang makhluk tak kasat mata yang ia sering liat, maupun makhluk penunggu kampus ini yang kadang membuatnya terkejut bukan main.
"Diusir dari kelas lagi?"ledek suara berat itu yang kini membuat Arumi menoleh.
Arumi diam. Dia enggan menanggapi sedikitpun.
"Buka tuh kacamata, emangnya lo penari sintren sampe pake gituan segala."
Arumi sempat menarik napasnya sejenak. Lalu dia kini mengedipkan matanya seakan mengumpulkan tenaga untuk menentang anggapan negatif dari lelaki ini.
"Aku heran, kenapa sih kamu repot-repot ngurusin hidup orang lain. Hidup kamu saja belum tentu benar kan?"
Lelaki itu terkekeh remeh. "Maksud lo, gue lebih berantakan gitu?"
"Iya, Angga."
Lelaki yang dipanggil Angga itu langsung tertawa lagi, kali ini lebih keras dari biasanya. "Mending pulang gih sana, disini juga nggak ada yang mau nemenin."
"Iya, Angga."
"Ar, gue bilangin sekali lagi dan gue tegasin sekali lagi supaya lo tau diri. Lo jangan bersikap sok dingin dan jutek kayak begitu deh. Muka lo gak pantes!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Man Who Came From Wattpad [ 🔜 ]
Teen FictionBagaimana jika kunci kehidupanmu adalah seseorang yang keluar dari wattpad?