Saat semuanya masih berjalan dengan bahagia, ketika itu juga, aku ingin menghentikan waktu. Ya meski hanya aku yang menikmatinya sendiri, setidaknya keadaan itu lebih baik.
Arumi
****
Arumi masih saja terpejam diatas tempat tidur nya, pasca kecelakaan itu, matanya enggan terbuka. Tangannya sama sekali tak mau bergerak, tubuhnya seakan membeku dalam waktu yang cukup lama. Hanya dentingan suara alat pendeteksi detak jantung saja yang berbunyi memenuhi ruangan ini.
Hampir tiga bulan dia berada disana, tak pernah ada kemajuan yang terjadi. Kecelakaan itu memang menjadi sorotan berita utama, meskipun sudah waktu berjalan semakin menjauh, luka itu masih membekas, dan banyak keluarga korban yang masih ingin menuntut keadilan atas nasib para korban.
Pintu kamar itu dibuka oleh seseorang. Langkah kaki orang itu mendekati tempat tidur rumah sakit, perlahan orang itu duduk memandangi tubuh Arumi yang tak merespon sama sekali.
"Hai Arumi, cepatlah sadar. Aku menunggu kamu bangun."ucap suara orang itu yang ternyata adalah seorang laki-laki.
Tidak ada respon sama sekali, Arumi masih saja terpejam dengan tarikan napasnya yang senada dengan bunyi suara dari alat rumah sakit yang menempel pada tubuhnya.
"Bangunlah, dan kamu akan terkejut!"
Respon yang diberikan sama saja, tidak ada hal yang spesial sama sekali. Gadis itu masih betah memejamkan mata, menikmati mimpi indah yang mungkin tak ingin ia akhiri saat ini.
Lelaki itu terkekeh pelan. "Anggap saja ini impas, aku akan menjagamu sebagai gantinya."
Kemudian lelaki itu meletakkan bunga yang ia bawa di atas meja. Tangan lelaki itu perlahan memegang puncak kepala Arumi, berusaha memberitahu gadis itu kalau dia ada disini menemani dirinya. Arumi tidak sendiri, setiap sore seperti ini, lelaki itu akan datang lalu mengganti bunga yang ia bawa dengan yang baru.
"Jangan mencari Papa mu, biar aku saja yang menggantikannya."usai mengatakan itu lelaki itu tersenyum.
Lelaki itu kemudian menarik napas, matanya memandang ke arah jendela yang memperlihatkan langit mulai berubah warna. Puluhan kali ia melihat matahari akan terbenam dari kamar ini, puluhan kali itu juga dia berharap kalau Semesta dapat membuat mata gadis ini terbuka.
"Lagi-lagi aku sendiri yang meliha matahari itu dari sini."
Lelaki itu tersenyum sambil menguncupkan pipi Arumi dengan kedua tangannya hingga menunjukkan ekspresi wajah Arumi yang menggemaskan.
"Kaki mu bermasalah, tapi tenang, jika kau sudah sadar nanti akan aku bantu hingga kau bisa berjalan lagi. Luka kakimu tidak parah, hanya butuh beberapa kali terapi..."
Lelaki itu menjeda ucapan nya sebentar. "Tugasku sebenarnya adalah menemani dirimu. Jadi cepatlah tersadar, agar kita bisa berkenalan!"
Lagi-lagi sama sekali tak ada respon sama sekali. Karena menyerah, lelaki itu perlahan menjauh mendekati sofa yang ada di ruangan itu. Seperti biasa, lelaki itu akan menunggu disana hingga pagi keesokan harinya.
Lelaki itu merebahkan dirinya di atas sofa, tangannya ia dekap di dada. Matanya sengaja dipejamkan, dia sedikit mengantuk karena harus menggantikan gadis ini ke kampus. Meski ilegal, setidaknya gadis ini tak kehilangan banyak catatan penting selama kuliah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Man Who Came From Wattpad [ 🔜 ]
Novela JuvenilBagaimana jika kunci kehidupanmu adalah seseorang yang keluar dari wattpad?