3. Permintaan

158 22 2
                                    

Pukul berapa ini?

Arumi yang tidak sadar kalau sudah seharian ia berada di perpustakaan kampus nya itu perlahan terkesiap. Hari menjelang malam, kursi-kursi bacaan di perpustakaan juga sepi pengunjung. Gawat! Bisa-bisanya ia tertidur selagi mempelajari mata kuliah yang bermasalah. Arumi mendengus kesal, dia merapikan rambutnya dan juga mengelap sedikit air yang keluar dari mulutnya ketika tertidur barusan.

Ia tak sadarkan diri secara tak sengaja. Maka dari itu, kini sisa rasa panik yang hinggap di dirinya. Dia belum menyelesaikan masalahnya, lalu dengan bersantai seperti ini dia terpejam tak sadar.

Arumi melihat jam tangannya. Pukul lima sore, artinya dia harus kembali menekuni rutinitasnya sebagai pekerja lepas. Dan berhubung jam pukul lima sore angkutan umum tengah penuhnya akibat jam pulang kantor, dia harus bersegera kesana dulu.

"Arumi, kau terlambat!"

Arumi mendesah pelan. "Ah, kenapa kau tak membangunkan diriku."

"Katamu, aku harus berhenti mengganggu dirimu."

Arumi menghembuskan napasnya kasar. Dibereskannya secara cepat buku-buku yang terlanjur berserakan di atas meja itu. Tak hanya itu, Arumi juga buru-buru mengembalikan buku yang ia pinjam dari dalam rak perpustakaan itu.

"Aku terlambat!"desahnya lagi.

Lantas dengan tenaga yang ia isi karena tetidur barusan, dia berlarian cepat meninggalkan kampus lalu hendak menaiki bus transjakarta. Jika berjalan pelan sedikit saja, dia akan kelewatan bus dan bisa jadi akan mendapatkan barisan paling belakang ketika mengantri.

Arumi berbaris, usai menekan token kartu angkutan umum itu dia kini menunggu datangnya bus. Memang jam segini paling menyebalkan, selain bersaing dengan pekerja kantoran, dia juga bersaing dengan anak sekolah menengah pertama yang sekolahnya masuk siang.

Jangan ditanya seramai apa, karena kondisi halte bus ini sangat padat. Belum lagi cekikikan yang keluar dari gerombolan pekerja wanita yang tengah bergosip ria disana.

Baru juga ingin melangkah maju, salah seorang kini menyerobot yang menyebabkan kacamata hitamnya terjatuh.

Brak!

Kini segala pandangan makhluk yang tak terlihat bisa ia lihat. Arumi sempat memejam takut karena sesosok wanita yang menyeramkan ada di depan matanya.

"Ah, kau Arumi itu? Ku dengar, akan ada kejadian menakjubkan yang menimpa dirimu."

Arumi menelan ludahnya. Dia bisa merasakan hawa panas di pipinya karena sesosok itu kini bernapas disana.

"Hentikan! Aku sibuk terlalu sibuk jika harus meladeni hantu."jawab Arumi dingin

Hantu wanita itu tertawa cekikikan. "Malam ini, seperti yang ku lihat, hal itu akan terjadi. Kau tidak akan kesepian lagi."

"Hentikan."

"Arumi, aku tak bercanda. Kaum kami menerima berita dan gosip itu. Ku dengar, kaulah yang akan mengalaminya."

Arumi kini melangkah mundur sambil menunduk. Dia harus mengambil kacamata nya apapun yang terjadi.

Paling tidak, lebih baik mendengar suara mereka ketimbang melihat wajah mereka yang hancur.

A Man Who Came From Wattpad [ 🔜 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang