Prolog

2.4K 135 47
                                    


Gadis berambut hitam itu menyeret kopernya keluar dari bandara Charles De Gaulle, Paris-Perancis, yang langsung disambut udara sejuk musim gugur. Sebuah ransel berwarna merah bertengger manis dipunggungnya, ia terlihat manis dengan mengenakan dress berwarna hitam selutut, sebuah coat putih dengan panjang yang sama dan sepatu kets putih. Untuk sesaat ia terlihat bingung pergi kearah mana sampai akhirnya ia memutuskan untuk menaiki sebuah taxi dan memberikan alamatnya kepada sang supir.

Matanya menikmati pemandangan kota Paris yang romantis dan eksotik, sebuah senyum mulai menghiasi wajah ayunya sedikit menenangkan debaran jantung yang mengila dan mengurangi rasa takut yang mendera jiwanya.

"Semua akan baik-baik saja, Anna," bisiknya pada diri sendiri. Beberapa kali ia mengambil napas panjang dan membuangnya hanya untuk menormalkan debaran di dadanya yang semakin lama semakin menjadi ketika ia semakin mendekati tujuannya.

"Apa kau dari Indonesia?"
Anna terkejut ketika mendengar supir taxi mengajaknya berbicara dengan bahasa Indonesia yang fasih.

"Iya... anda bisa bicara bahasa Indonesia?" tanyanya tak percaya dengan mata terbelalak terlihat bersemangat menatap pria akhir empat puluhan dengan rambut yang sudah mulai menipis bagian atasnya, mata abu-abunya menatap lembut yang membuat Anna merasa nyaman.

"Istriku, orang Indonesia, dia selalu mengajakku berbicara bahasa kalau dia sedang merindukan kampung halamannya." Pria itu bercerita mengenai istrinya yang berasal dari pulau Jawa, dan Anna bisa melihat sorot kasih sayang penuh dengan cinta ketika pria itu membicarakannya, dan itu memberikan kehangatan di dadanya, dia berhartap kekasihnya-pun akan memancarkan sorot mata itu ketika bercerita tentangnya.

Ia masih ingat sorot mata Billy ketika menatapnya penuh cinta, itu yang membuatnya terlarut dan memercayainya dengan menyerahkan seluruh jiwa dan kehormatannya. Ya, ia telah melakukan sebuah dosa besar hingga akhirnya hasil dari dosa itu kini tengah bersemayam dalam tubuhnya.

Ketakutan kembali merambati tubuh dan jiwanya ketika mengingat kemurkaan ayahnya setelah mengetahui putri kebanggaanya tengah berbadan dua. Ia memohon sambil berlutut dan berurai armata minta ampun, tapi ayahnya sang pengusaha terkenal itu tak menggubrisnya sampai akhirnya ia memerintahkan Anna untuk pindah ke Australia dan menggugurkan kandungannya.

Tapi, tidak, ia telah melakukan sebuah dosa besar dan tak mau melakukan dosa besar lainnya dengan membunuh buah cintanya sendiri. Dan akhirnya ia memutuskan untuk menyusul Billy, kekasih dan ayah dari sang jabang bayi ke Perancis karena ia tahu kekasihnya itu akan menerima dirinya dan anak mereka walaupun konsekuensinya orangtuanya tak mau lagi mengakui Anna sebagai putri mereka, semua fasilitas termasuk ATM dan kartu kreditpun telah di tarik dan dibekukan, hanya dengan uang tabungannya sendiri yang tak seberapa ia nekad pergi menyusul sang kekasih.

Billy adalah seorang pria keturunan Perancis-Cina yang sempat ditugaskan di Jakarta selama setahun, sedangkan Anna adalah seorang mahasiswi kedokteran tingkat awal, mereka bertemu di salah satu pesta dan saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Billy yang mapan dengan wajah rupawan telah membuat Anna, putri seorang pengusaha ternama di Indonesia bertekuk lutut. Jarak umur sembilan tahun tak menjadi masalah bagi keduanya.

"Kita telah sampai," ucapan supir taxi membuyarkan lamunan Anna, untuk beberapa saat ia terlihat menyiapkan mentelnya, beberapa kali ia menarik dan membuang napas panjang dan itu tak luput dari perhatian sang supir taxi yang tersenyum memberinya dukungan, hingga akhirnya ia merasa siap lalu membuka pintu lalu keluar dengan mantap.

Beberapa saat ia hanya berdiri di depan pintu taxi tak bergerak, sedangkan sang supir tengah menurunkan kopernya dari bagasi. Mata Anna terbuka lebar dengan senyum mengembang dibibirnya ketika ia melihat sosok yang ia rindukan keluar dari sebuah rumah yang ada diseberangnya. Rumah bercat putih yang telihat asri dengan halaman yang ditumbuhi rumput hijau.

Mulutnya baru saja terbuka untuk memanggil kekasihnya, kakinya baru akan melangkah ketika seorang anak laki-laki berumur 4 tahunan berlari menyusulnya sambil memanggilnya, "Daddy!"

Anna melihat Billy langsung membalikan badan dan mengangkat anak itu tinggi-tinggi hingga Anna bisa mendengar suara tawa bahagia anak itu. Tubuh Anna bergetar hebat, sensi dingin mulai merambati tubuhnya dari kaki terus naik ketulang belakang dan tengkuknya, anak laki-laki itu menatap kearahnya yang membuatnya langsung berjongkok berusaha bersembunyi di balik taxi.

Ia menggelengkan kepala berharap kalau itu bukan kekasihnya, dengan tubuh masih berjongkok ia berusaha mengintip dari balik kaca mobil, dan seketika airmata mulai membasahi pipinya ketika seorang perempuan berambut sebahu kini ikut bergabung bersama Billy dan anak laki-laki itu, ia melihat Billy mencium perempuan itu mesra sebelum akhirnya mereka bertiga kembali masuk kedalam rumah.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya sang supir setelah melihat perempuan yang tadi menjadi penumpangnya kini tengah terduduk di trotoar dengan bururai air mata dan wajah pucat pasi.

Anna menatap pria itu dengan pandangan kosong lalu menggelengkan kepala, mulutnya seolah kelu tak dapat berucap, hanya airmata yang terus mengalir tanpa henti.

"Apa kau ingin aku membawamu ke Rumah Sakit?"

Anna kembali menggelengkan kepala, pria itu berjongkok di samping tubuhnya yang bergetar hebat, dengan lembut ia menepuk bahunya, "Apa kau ingin aku membawamu ketempat lain?"

Anna hanya menatapnya kosong, tempat lain? Ia tak punya tujuan lain di negara asing ini, apa ia harus kembali ke Indonesia? Pikiran itu sempat terbesit dalam pikirannya tapi seketika ia meringis merasakan kram di perutnya. Pria itu terlihat panik melihat perempuan disampingnya kesakitan, ia lalu membuka pintu mobil dan memapah Anna masuk dan mendudukkannya, lalu memasukan kembali koper yang telah ia keluarkan sebelum meninggalkan tempat itu.

"Apa kau punya saudara atau kenalan di sini?" Anna kembali menggeleng lemah, "Dan kau tak ingin kembali ke Indonesia?"

Anna terdiam beberapa saat, ia kembali merasakan kram di perutnya, tanpa dikomando tangannya langsung mengelusnya lembut sambil berkata dalam hati, "Tenang, Nak... kamu akan baik-baik saja."

"Tidak." Anna menjawab pertanyaan dengan suara lemah.

Pria paruh baya itu terdiam terlihat berpikir. Waktu berlalu dengan sangat lamban, Anna tak tahu dia dibawa kemana yang ia tahu kini mereka telah meninggalkan kota Paris karena pemandanganpun telah berganti dari hingar bingar modernisasi kota mode menjadi asri dengan pemandangan alam yang menakjubkan, Anna membuka jendelanya dan membiarkan udara segar mengisi paru-parunya.

"Kita akan kemana?" akhirnya Anna bertanya membuat pria itu tersenyum lembut.

"Paul.. kau boleh memanggilku Paul.. namamu?"

Anna terdiam beberapa saat dan bisa melihat pria itu tersenyum lembut membuat ia ikut tersenyum sebelum berkata, "Anna... namaku Anna."

Paul mengangguk dengan senyum tak pernah lepas dari bibirnya, "Anna... nama yang cantik." Anna tersenyum mendengar pujian itu, "Baiklah Anna, sekarang kita akan pulang ke rumah... istriku pasti akan menyukaimu."

Anna terdiam beberapa saat "Rumah," bisiknya lalu tersenyum, ia menumpukan dagunya di jendela taxi yang membawanya kedunia baru... dunia yang akan ia isi dengan canda tawa dan kasih sayang.

*****
Haiii... cerita baru dengan tokoh lama.. ada yg bisa nebak siapa yg bakal jadi tokoh utamanya?? Kkkkk

Mudah"an jatuh cinta ma cerita barunya ♡♡♡♡

Love
Alana K

Autumn GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang