Siang di kota Ribeauville, Perancis, terlihat tenang seperti biasanya, hanya terdapat beberapa turis yang sedang menikmati makan siang di restoran yang ada di kota kecil yang memiliki pemandangan alam menakjubkan itu. Begitu juga dengan perempuan berambut hitam legam yang terlihat menikmati makan siangnya walaupun hanya sepotong sandwich berisi tuna dengan seladah, potongan tomat, keju, mayones dan juga saus, yang ia bawa dari rumah.
Anna Wibisana, seorang putri dari pengusaha terkenal Indonesia yang hidupnya bak seorang putri kini harus hidup hanya sebagai penjaga toko serba ada di salah satu desa yang ada di Perancis, pakaian mahal hasil karya sang designer ternama kini telah berganti dengan pakaian yang ia beli di pasar. Tapi ia tak mengeluh karena ia tahu ini adalah resiko yang harus ia ambil karena kesalahan di masa lalu, kesalahan semalam yang telah memutar nasibnya 180 derajat.
Anna cepat-cepat menelan sandwichnya ketika lonceng pintu tokona berbunyi pertanda kalau ada pengunjung yang datang.
"Bonjour," sapanya ramah setelah melihat sepasang suami istri paruh baya yang memasuki toko tempatnya bekerja.
"Apa kau bisa berbahasa Inggris?" tanya perempuan yang rambutnya sudah memutih dengan tubuh gemuk tapi memancarkan keramahan yang membuat Anna tersenyum sambil menjawab pertanyaannya.
"Iya, apa ada yang bisa saya bantu?" Hidup selama enam tahun di kota kecil yang menjadi salah satu objek desa wisata di Perancis, membuat Anna menguasai beberapa bahasa asing walaupun tidak begitu fasih.
Pasangan tua itu ternyata bertanya jalan menuju kebun anggur yang menjadi salah satu daya tarik Ribeauville, maka dengan senang hati Anna menunjukkan arah jalan menuju tempat dimana Paul, pria yang ia anggap sebagai ayahnya kini bekerja sebagai mandor perkebunan dan itu membuat istrinya yang orang Indonesia bahagia karena ia tak perlu lagi ditinggal sendirian katika suaminya pergi untuk bekerja sebagai supir taxi di Paris.
Anna baru akan kembali memasuki tokonya ketika ia melihat sosok mungil yang sangat ia kenal tengah berjalan kearahnya dengan sangat lesu, rambut hitam panjangnya terlihat berantakan, kaos pink bergambar putri tidurnya-pun terlihat kotor dengan lumpur yang sudah mengering, begitu juga dengan celana jeans pendek over all-nya yang terlihat kotor, lumpur juga telah mengotori kaki tangan dan menutupi kecantikan wajahnya yang bak bidadari mungil.
"Ya Tuhan, Alice, apa yang terjadi padamu?" seru Anna sambil berlari kearah gadis mungil yang mata bulat coklatnya kini telah berkaca-kaca, bibirnya telah maju kedepan dan mulai berkedut-kedut menahan tangis.
"MAMAH...!!!" tangisnya-pun pecah ketika melihat ibunya, ia berlari kedalam pelukan Anna yang langsung memeluknya erat.
"Baby, apa kau terluka?" Anna bisa merasakan kepala putrinya itu menggeleng dalam pelukannya, membuatnya bisa menghembuskan napas lega. Tak memedulikan pakaiannya yang menjadi kotor Anna menggendong putrinya itu lalu membawanya masuk kedalam toko, kemudian mendudukannya di atas meja kasir, dengan lembut ia merapikan rambut hitamnya yang panjang, rambut yang sama seperti miliknya, dan dengan tisu basah ia mencoba membersihkan lumpur kering di wajahnya yang cantik, Alice memiliki kulit putih seperti porcelen, hidung yang macung dan mata coklat seperti milik ayahnya, tapi bentuk mata Alice lebih bulat seperti dirinya.
Anna mengambil sebuah es krim rasa strawbery yang langsung membuat tangis putri kecilnya berhenti, melihat itu Anna tesenyum lalu mengecup pipi tembemnya yang membuat semua orang gemas ingin mencium bahkan mencubitnya.
"Sekarang, kau bisa ceritakan apa yang membuatmu terlihat seperti monster lumpur?" tanya Anna sambil menggelitik perut gadis kecil itu hingga terkikik geli.
"Billy dan temannya nakal," jawab Alice singkat sambil menjilati es krim favoritenya.
"Nakal?"
"Iya , dia bilang kalau Daddy seorang pemabuk dan pergi meninggalkan kita."
