Gemilang

2.7K 209 16
                                    

Pukul 11 malam aku sudah berada di rumah. Setelah sampai rumah, ternyata Mama dan Ka Nilam masih berada di ruang tv sambil mengobrol.

"Assalamualaikum" kataku.

"Waalaikumsalam" jawab Mama dan Kak Nilam barengan.

"Jam segini baru pulang kemana aja?" tanya Mama.

"Abis jalan sama Andita, aku ke kamar dulu ya Ma"

Aku langsung memutuskan untuk ke kamar dan beristirahat.

Ketika aku sudah masuk kamar, tidak lama kemudian ada yang mengetuk pintu dan langsung aku buka kan. Ternyata itu Kak Nilam.

"Kenapa?"

"Aku mau nanya sesuatu"

"Tentang?"

"Kalian berdua"

"Maksudnya?"

"Kalian putus?"

Kak Nilam tau dari mana aku putus sama Andita. Padahal ga ada yang ngasih tau dia kalo aku sama Andita putus. Eh ralat, break.

"Siapa yang putus? Aku sama Andita biasa aja"

"Tadi aku ngeliat Andita dijalan sama cowo, apa aku salah liat ya?"

"Salah liat kali, udah ah ngantuk mau tidur" kataku sambil mengusir Kak Nilam.

Pasti Andita jalan sama Aris itu. Tapi gapapa lah, yang penting aku seneng.

*flashback*

"Maksud kamu apa ngebawa aku ke sini?"

"Dit aku mau nyelesaiin ini"

"Loh kan emang udah selesai"

"DIT BISA GA SIH DENGERIN AKU DULU?"

Andita langsung diam setelah aku membentaknya, kesabaran ku benar-benar udah abis gara-gara dia.

"Dit maaf" kataku menyesal.

Aku mengambil kedua tangannya dan ku pegang dengan lembut. Dia hanya melihati ku dengan tatapan takut dan kecewa.

"Dit aku cuma pengen kamu dengerin aku, aku mau kita kaya dulu, baik-baik aja tanpa ada masalah. Tapi kenapa kamu kaya gini sejak aku masuk pendidikan? Aku tau kamu ga terima aku jadi taruna, tapi ini cita-cita aku Dit, aku harus nerusin peng-abdian papa aku"

Ku lihat di pipinya sudah mengalir cairan bening yang keluar dari matanya.

"Kamu ga usah nangis, ga ada yang harus ditangisin. Sekarang dengerin aku"

Aku menarik nafas sejenak.

"Kamu mau nunggu aku selesai pendidikan atau engga? Aku ga maksa kamu buat nunggu aku, itu hak kamu, aku cuma bisa pasrah. Tapi aku harap kamu mau nunggu aku"

Andita hanya diam sambil menahan tangisnya.

"Dit, aku sayang sama kamu. Aku tau aku ga romantis kaya orang lain, tapi aku bakal berusaha, Dit" jelasku.

Andita langsung melepas tangannya dari tanganku dan langsung memegang pipiku.

Setelahnya, ia menyentil keningku.

Hanya itu?

"Itu jawaban aku" katanya dengan suara gemetar.

"Apa? Kamu cuma nyentil jidat aku" jawabku.

"Ya itu pokonya" sembari menunduk malu.

"Ga ngerti gua, apa?" tanyaku menggodanya, padahal aku sudah tau kalau dia mau nunggu aku.

Menunggu MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang