Daehyun termenung memandangi hamparan hijau menyejukkan mata di depannya. Dia memang tak pandai bercerita. Tapi kalian harus tau dia sangat pandai bercinta.
Tentu saja itu sudah di buktikan dengan berita hamilnya sang 'Istri' Jung Youngjae yang notabene laki-laki tulen, bukan transgender apalagi wanita tomboy.Mungkin bagi orang lain itu berita yang aneh. Tak lazim. Bahkan tak sedikit tetangga mereka yang berbisik keras mereka di kutuk karena menjadi penyimpang.
Youngjae mungkin terlihat tegar dan siap tersenyum kapan saja, namun Daehyun tau dalam hatinya ia menyimpan kepedihan.
Hampir setiap malam selama delapan bulan terakhir Daehyun mendapati Youngjae terisak di dalam tidurnya. Youngjae selalu memanggil nama ibu dan ayahnya, meminta maaf dan pengampunan tiada henti.
Tapi semua itu tidak bisa mengubah apa-apa. Bahkan Daehyun rela menggadaikan jiwanya dengan iblis sekalipun jika saja Daehyun bisa mengembalikan kedua orang tua Youngjae hidup kembali.
Semua itu tidak lebih baik saat sekarang kehamilan Youngjae masuk usia 9 bulan.
Youngjae semakin sering menangis dan tidak mau makan.
Daehyun sampai gila rasanya saat Youngjae terus saja melempar makanannya dan menangis meraung-raung memanggil kedua orang tuanya."Apakah kau tidak lelah baby?" Tanya Daehyun dengan air mata berlinang saat suatu malam ia mendapati Youngjae menangis sesenggukan lebih keras dari biasanya. Andai Daehyun bisa. Ia mungkin lebih memilih bunuh diri sekarang. Tapi ia teringat dengan bayinya. Ia mengelus pelan perut buncit berumur 9 bulan 1 hari milik Youngjae. Perut yang sewaktu-waktu bisa meronta meminta di buka dan mengeluarkan makhluk kecil bernama bayi.
Sampai pada hari itu tiba. Youngjae merasakan mulas yang amat sakit di perutnya saat tengah menuang teh. Bunyi klontang di dapur kecil rumah gubug mereka terasa ramai saat Youngjae terjatuh ke lantai dengan bunyi debam keras.
"AHHH.... AGHHH... PERUTKUU..." Rintih Youngjae kesakitan. Ia berusaha meluruskan kakinya, mencoba pernafasan seperti yang bidannya ajarkan.
"AAGHHH!!! HAH.. HAH....AH....DA....DAEHYUN...AGGHH!! AW! AW!" Rintihan sakit itu masih saja keluar, namun tak ada satu orang pun yang mendekat. Semuanya tuli. Tetangga mereka memilih diam. Sesekali berbisik mencela dan mengutuk Youngjae dan juga Daehyun.
Mereka benci. Mereka tidak suka pemyimpangan."AGHHH! TO..TO...TO..LO......HHHH...AH...HHH" kata tolong tak pernah selesai sampai di ujung tenggorokan.
Semuanya sudah berpusat pada perut Youngjae yang terasa akan meledak. Bahkan Youngjae sudah bernafas pendek-pendek. Dia tak mampu lagi melihat seseorang yang baru saja memasuki rumah.
Dengan sisa tenaganya, Youngjae mencoba meraih sosok yang kini berada di depannya. Berusaha meminta tolong untuk terakhir kalinya.Daehyun dengan tangan bergetar tak berhenti menangis. Ia hunuskan pisau tajam yang ia asah satu jam yang lalu tepat ke perut Youngjae.
"Mianhae baby-ya.. Semoga kau tenang di alam sana," bisik Daehyun dengan mata mengabur. Ia berusaha membuka jalan keluar untuk anaknya yang memaksa lahir.
Daehyun berusaha mengambil anaknya dengan susah payah."OEEE.....OEEEEEE!!!!" suara tangisan itu makin kencang ketika sang babyi berhasil bebas dari tubuh sang ibu yang kini sudah tergeletak tak bernyawa. Daehyun menangis sejadi-jadinya. Bayinya. Bayi Youngjae. Bayi mereka. Begitu manis dengan darah masih melumuri tubuhnya.
Daehyun bergegas ke kamar mandi. Memandikan bayi mereka dengan penuh kasih sayang. Berusaha melupakan fakta bahwa sang istri sudah tak bernyawa dan tergeletak di dapur dengan mengenaskan.
Setelah di rapihkan, Daehyun bergegas keluar. Ini yang terbaik. Pikirnya.Daehyun berjalan di senja menjelang malam menyusuri jalan kecil melewati petak sawah menuju kota kecil di Busan.
Daehyun terus berjalan bahkan sampai malam tiba, dia berharap dia bisa melakukan hal gila lain untuk terakhir kalinya.
Daehyun memilih rumah paling mewah begitu sampai kota. Dia tau dari cerita para pedagang bahwa sang pemilik rumah adalah saudagar kaya dari Arab dan belum mempunyai anak. Ia akan meninggalkan anaknya di sana.
"OEEEE!!!!! OEEE!!!"
"Ssst.... Jaenie tidak boleh menangis. Tidak boleh nakal ya. Appa janji akan mengunjungimu dengan eomma. Arraseo?" ucap Daehyun dengan kegetiran luar biasa.
Ajaibnya, sang anak yang di beri nama Jaehyun langsung diam ketika Daehyun menciuminya dan mengucapkan perpisahan. Jaehyun bahkan tidak menangis saat Daehyun meletakkan tubuhnya yang hanya berbungkus selimut di depan pintu sang calon keluarga baru.
Mungkin dia mengerti. Atau memang mengerti.-+-
Matahari belum menyingsing. Pun sang ayam belum berkokok, namun sebuah kehebohan yang amat ramai audah cukup membangunkan warna sekota.
Bagaimana tidak, di kampung pinggiran Busan, dalam gubuk reyot, di temukan dua mayat saling bertumpuk di dapur rumah.
Mayat itu sepertinya sudah seminggu, di karenakan tubuhnya sudah membusuk dan menguarkan bau tak sedap.
Polisi langsung memasang garis polisi di luar rumah untuk menghindari tetangga dan juga warga lain yang penasaran apa yang ada di dalam rumah."Sepertinya tidak ada tanda-tanda kekerasan untuk tubuh yang ini. Emm.. Siapa namanya?" Tanya Himchan polisi muda yang kini tengah memeriksa hasil olah tkp kepada temannya.
"Jung Daehyun. Mati karena luka tikam di dadanya. Satu kali namun dengan beberapa kali dorongan kedalam. Pisaunya berhasil menembus rongga dada dan juga jantungnya. Diperkirakan hari kematiannya sudah 5 hari. Sedangkan yang di bawahnya, Yoo Youngjae yang berpindah marga menjadi Jung Youngjae, mati karena sayatan di perutnya. Tapi ini seperti luka cesar."
"Sepertinya begitu. Yang di bawah ini mati 6 hari yang lalu karena sesak nafas dan juga kehabisan darah. Menurut data mereka pasangan gay. Tapi entah bagaimana Youngjae hamil. Wah, ini sangat membingungkan," gerutu Himchan sembari mencoret beberapa catatan di kertasnya.
"Membingungkan karena kita tidak bisa menemukan anak mereka kan? Aku berfikir si suami yang melakukan semua ini."
"Kupikir juga begitu Bbang. Yasudah, suruh mereka memakamkan dua jenazah ini di belakang rumah dekat kebun saat otopsi selesai," titah Himchan pada temannya.
Untuk terakhir kali Himchan menatap lagi dua mayat yang kini tengah diotopsi. Ada rasa sedih dan juga menyesal disana.'Mianhae Youngjae-ya.'
-end-
Omake -
Daehyun terbangun dengan banjir keringat di seluruh tubuhnya.
Ia menggapai tempat di sebelahnya. Masih ada. Youngjae masih ada.
Ia bahkan mendengkur halus sambil tersenyum dalam tidurnya.
Daehyun menyingkap selimutnya.
Tidak ada.
Gundukan itu tidak ada. Bayinya tidak ada.
Atau lebih tepatnya, tidak pernah ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story!
KurzgeschichtenBerisi flash fiction teruntuk anak kesayangan. My beloved Yoo Youngjae B.A.P saengil cukkae uri aegyi!