Pocky

230 29 4
                                    

Pocky

Daehyun mengambil sekotak pocky dengan bungkus merah yang sederhana di rak paling ujung di mini market yang ia singgahi.
Entah kenapa, bukannya memilih baju atau sepatu untuk ulang tahun kekasihnya hari ini, Daehyun malah tertarik untuk menghadiahi sang kekasih dengan sekotak pocky.
Bukan. Bukan karena Daehyun namja pelit. Bukan juga karena ia tengah irit. Dia adalah seorang artis terkenal, mana mungkin tidak punya uang. Hanya saja, imajinasinya bergerak liar ketika melihat sekotak pocky menarik perhatiannya.
Padahal tujuannya ke mini market adalah untuk membeli makan loly, anjing kesayangannya.
Bukan untuk membeli sekotak pocky rasa coklat dengan gambar girlband nyengir di depannya.
.
.
.
Daehyun sudah menunggu dengan setelan rapi andalannya.
Sebuah kemeja putih dengan padu padan celana kain hitam andalannya. Jangan lupakan jas dan juga sepatu pantovel mengkilat yang menghiasi kakinya. Sungguh terasa kelewatan karena Daehyun hanya akan makan malam dengan kekasihnya Yoo Youngjae di apartemen pribadinya.
"Aku merasa salah kostum disini. Apakah aku harus pulang dan menganti kaus bututku dengan tuxedo darimu Daehyunie? Sungguh aku merasa seperti gelandangan begini," ujar Youngjae begitu melihat penampilan sang kekasih.

"Hehe. Gwaenchana chagi. Aku hanya iseng saja. Apakah kau mau sampanye?" Tanya Daehyun sembari membelai lembut tangan Youngjae.
bagaimana Daehyun tak jatuh cinta jika semua ramuan malaikat menyatu di tubuh pemuda di hadapannya. Kekasihnya itu adalah sosok uke idaman yang selalu di impikan para seme.
Youngjae bukanlah seorang artis. Bukan juga pengusaha. Ia hanyalah seorang pelayan di rumah makan Korea milik saudaranya. Daehyun bahkan tidak pernah menyangka bahwa mereka bisa kenal dan akhirnya memutuskan menjadi sepasang kekasih bahkan untuk waktu yang lumayan lama.

"Oia baby. Aku membelikanmu ini. Kuharap kau suka." Daehyun menyodorkan sekotak kado yang dari tadi ada di kantungnya.
Dengan semangat Youngjae mengambil kotak itu dan bergegas menyobekknya.

"Pocky?" Tanya Youngjae bingung sambil mengambil sebatang dan memakannya.
Belum selesai ia mengunyah, bibir Daehyun sudah lebih dulu menggigit ujung lain pocky yang tengah di makan Youngjae.
Hingga tak terasa pocky yang mereka makan habis, Daehyun tak urung melepaskan pagutannya.
"mhhh,"

Mereka menyudahi perang mulut dengan nafas terengah dan wajah memerah.
Belum selesai surprise yang Daehyun buat, kali ini Daehyun berlutut tepat di hadapan Youngjae yang masih duduk di kursi makan.

"YAH! Daehyunie-"

"Stt. Biarkan aku bicara," sela Daehyun gugup. Padahal sudah puluhan kali ia mencoba di depan cermin, tapi tetap saja gugupnya tak sirna.

"Yoo Youngjae, di hari ulang tahunmu ini aku ingin melamarmu. maukah kau menikah denganku?" Tanya Daehyun dengan raut khawatir tercetak jelas saat membuka kotak pocky yang ia selipi cincin.

"He????! Daehyunie-"

"Jangan pikirkan apapun. Tinggal jawab ya atau tidak. Aku-"

"Ya,"
"Hah?"
"Iya. Aku ingin menikah denganmu," jawab Youngjae dengan senyum malu.

"Er..." Daehyun tidak tau harus berbuat apa jawaban Youngjae terlalu cepat baginya. Ia bahkan mematung dengan cincin di tangannya.

"Ehm.. Daehyunie, apakah kau berubah pikiran? Haruskah aku jawab tidak?" tanya Youngjae kebingungan.

"AH..TIDAK! maafkan aku! Aku.. Aku hanya terlalu senang. Sinikan jarimu, biar aku memasangnya untukmu."

Daehyun meraih tangan Youngjae dan menyematkannya pelan, diiringi derai tawa dari keduanya.

Lamaran dengan bungkus pocky mungkin bukan yang ter-romantis dan bahkan di akhirnya dengan konyol, tapi bagi Youngjae sekotak pocky akan selalu mengingatkannya Dengan malam paling bersejarah di hidupnya bersama Daehyun.

End-

Our Story!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang