Untitled- Dua

23 2 3
                                    

Sepanjang perjalanan pulang sekolah aku terus meruntukki diriku, kenapa aku bisa sebodoh dan seceroboh itu.

"Arrrr..... Pabo!" Aku berteriak keras.

Semua orang yang sedang ikut menunggu bus menoleh ke arahku. Mungkin mereka berpikir aku gila, aku tidak peduli lagi.. Sebentar lagi memang aku benar-benar akan gila rasanya.
...


Tiba-tiba Sebuah mobil mewah berwarna merah berhenti tepat di depanku. Lalu perlahan kaca jendela mobil bergerak turun menampilkan sebuah wajah yang tidak asing lagi.

"Beby...!!"
Panggilnya sambil tersenyum. Yeoja yang sedang ikut menunggu di dekatku terperangah melihat Baekhyun. Bisa ku dengar mereka saling berbisik dengan penuh rasa kagum.

"Wae? " Tanyaku jutek.
"Naiklah Beb, aku akan mengantarmu pulang. "

Aku segera menggelengkan kepala.

"Aniyo.. Aku bisa pulang sendiri Baekhyun-ssi!".
Aku melihat raut wajahnya berubah cemberut. Aigo.. kekanak-kanakan sekali

Aku mengabaikan wajah cemberutnya. Dan menyuruhnya untuk pulang lebih dulu. Tapi kemudian, sebuah mobil hitam berhenti di depan mobil Baekhyun. Itu sepertinya mobil Seong Cs.

"Ada apa oppa ? " Tanya Seong saat turun dari mobilnya.
"Bukan apa-apa Seong-ssi! Aku hanya menawarkan Beby pulang bersamaku, tapi sepertinya dia.. "
"Oh.. kalau begitu pergilah oppa, aku yakin May tidak akan keberatan. Bukankankah begitu May-ah!"
" ..i-itu.. aku.... ". Apa yang harus ku katakan.
"Sudahlah! Ayo naik!". Seong pada akhirnya memaksaku masuk ke mobil Baekhyun.
"Baiklah.. Oppa, kalau begitu aku duluan. Semoga perjalan pulangmu menyenangkan". Seong tersenyum lalu pergi.

Aku tidak mengerti, bukankah Seong dan teman-temannya menyukai Baekhyun. Tapi kenapa mereka setuju-setuju saja aku dekat dengan Baekhyun. Bahkan justru mereka terkesan membantu Baekhyun dekat denganku. Apakah orang-orang korea memang seperti ini?.
Sepanjang perjalanan. Aku hanya diam memperhatikan langit yang mulai mendung.

"Beby.. Sebelum pulang aku harus ke suatu tempat. Tidak apa-apa kan kalau kita ke tempat itu dulu baru aku antar kamu pulang."
"Terserahlah.. Aku bilang tidak pun bukankah kamu tetap akan melakakukannya!". Jawabku cuek tanpa menoleh ke arahnya.
"Gomawo Beby!".

Entahlah?? Aku tidak bisa memikirkan apapun. Sepertinya membiarkannya melakukan apapun yang dia mau lebih baik. Toh menolaknya pun dia tetap akan melakukannya.
Aku tidak tahu dia akan pergi ke mana, tapi ku pikir baru saja kami melewati gerbang yang sangat besar. Benar-benar besar, bahkan lebih besar dari gerbang di sekolah. Apa itu gerbang rumah? Entahlah? Ah.. sepertinya bukan.
Dan yang benar saja... mobilnya berhenti di depan sebuah rumah. Ah tidak.. ini lebih terlihat seperti sebuah istana.
Lalu kemudian beberapa laki-laki bertubuh kekar memakai jas hitam berlari menghampiri pintu mobil, membukankan pintu untuk Baekhyun.
Lalu saat salah satu dari laki-laki itu hendak membuka pintu mobil untukku. Baekhyun segera mencegahnya.

"Jamkka man, biar aku saja!".
"Baik tuan muda!".

Baekhyun lalu berjalan membukakan pintu mobil untukku.

"Nah Beb, kita sudah sampai. Ayo turun." Aku menurut saja.

Baekhyun lalu menggandeng tanganku memasuki rumah itu, tanpa peduli pada protes yang terus ku layangkan padanya. Beberapa pelayan yang ada disana langsung memberi hormat begitu kami sampai ke dalam. Seperti di film-film kerajaan saja.

"Heii.. ini tempat apa? ". Bisikku pada Baekhyun.
"Ini rumahku Beb.. ".

Hah.. rumahnya? Sejenak aku terperangah tapi kemudia tersadar.
'Ah iya, aku lupa dia ini kan anak pengusaha kaya raya di seoul.'

UNTITLEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang