Part 6

3.3K 341 129
                                    

Dalam flat itu, Kyungsoo duduk bersimpuh sendirian di lantai ruang tengah, membungkuk dengan bahu gemetar dan kedua tangan yang menutup wajahnya. Dia menangis. Tidak menyangka hal ini bisa terjadi padanya, terjadi dengan kakaknya.

Bukan ini yang dia inginkan, bukan kabar ini yang ia inginkan saat ia sudah berjuang untuk mencari kakaknya, berjuang untuk kembali mengingat kepingan memorinya, bukan ini hasil yang ia inginkan. Bukan hal yang seperti ini.

"Jangan menangis."

Suara menggema Baekhyun menyentakkan Kyungsoo. Ia segera menengadah, dengan pandangan kabur dari air mata, ia bisa melihat sosok tembus pandang Baekhyun itu berdiri melayang di hadapannya, memandang sendu pada Kyungsoo.

Mulut Kyungsoo terbuka, ingin mengatakan sesuatu, tapi ia tak mampu, bibirnya gemetar, masih tak berani menerima kenyataan. "K-kau..." Kyungsoo mengusap matanya dengan pergelangan tangan, memperjelas pandangannya. "...s-siapa namamu sebenarnya?" dia harus meyakinkan hal ini dulu. Setengah berharap kalau sosok tembus pandang di hadapannya ini bukanlah kakaknya, tapi sebagian hatinya juga berharap jika Baekkie yang sangat baik padanya itu bisa menjadi kakaknya, tapi jangan dengan wujud seperti ini.

Baekhyun tak langsung menjawab, terdiam memandang sedih pada Kyungsoo yang berusaha mengeringkan kelopak matanya. "Aku..." Baekhyun menunduk. "Byun Baekhyun..." akunya pelan.

Mata Kyungsoo melebar, mendengar pengakuan itu secara langsung dari sosok tembus pandang di hadapannya, membuatnya lebih terpukul. Air mata itu kembali menyeruak, mengaburkan pandangan Kyungsoo. "W-wae...?" suaranya parau.

Melihat Baekhyun terus terdiam, sambil menampilkan wajah yang sangat bersalah, membuat Kyungsoo tersadar.

"Kau sudah tahu..." Kyungsoo memandang nyalang pada Baekhyun dengan emosi meluap. "Kau sudah mengetahuinya sejak awal! Kau tak pernah hilang ingatan. Hanya aku yang tak ingat! Mengapa kau membohongiku!"

"Kyungsoo–"

"Jangan sentuh aku!" Kyungsoo menjerit histeris, meringsut mundur dari jangkauan tangan transparan Baekhyun yang ingin menyentuhnya.

"Kyungsoo-yah," Mata Baekhyun berkaca-kaca, meneteskan air mata yang sama derasnya dengan adik. "Mi-mian..."

"Tidak," Kyungsoo menggeleng, panik merasuki pikirannya saat melihat Baekhyun juga menangis di hadapannya. Gambaran itu sama persis dengan bayangan kakaknya yang dulu juga menangis saat melihat tangisan Kyungsoo yang terluka. Ingatan itu berputar seperti layar proyektor dalam pandangan Kyungsoo, memperjelas semua kenangan mereka bersama sewaktu kecil sampai beranjak remaja, menampilkan sosok kakak dengan wujud utuh dan rupa yang lengkap seperti Baekhyun, persis seperti wajah tembus pandang yang kini berada di hadapannya.

"Kyungsoo-yah–"

"Andwae..." Kyungsoo menggeleng panik. Tak sanggup menerima kenyataan itu. Tidak seharusnya ia bertemu dengan kakak yang berwujud sepeti itu. Seharusnya pertemuan mereka setelah sekian lama, berakhir dengan canda tawa seperti dulu, bukan dengan seperti ini.

"Maafkan hyung..."

"Kau bukan hyung-ku!" Kyungsoo menjerit. Menutup kedua telinganya sambil menggeleng. "Tidak! Tidak seperti ini!"

Ini yang Baekhyun takutkan selama ini. Tubuh Baekhyun ikut gemetar melihat kepanikan terjadi pada adiknya. Akan lebih baik kalau Kyungsoo tak tahu, tapi dia sudah terlanjur tahu, dan memang seharusnya dia tahu mengenai hal ini. Hati Baekhyun terasa sakit melihat Kyungsoo tak mau berhenti menangis, tak mau mendengarkannya dan menolak keberadaannya. Ini salahnya, Baekhyun menyalahkan dirinya sendiri.

My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang