Hari Kepindahan Dan Sekolah Baru

54 5 0
                                    

Tepat di hari ulang tahunku aku pindah ke Jakarta. Aku sudah memberitahu Dira tentang kepindahanku ini. Ia menangis dan memintaku untuk menginap dirumahnya. Akhirnya aku turuti kemauannya.

Sekarang aku sudah ada di bandara, aku menunggu Dira, katanya ia akan datang ke bandara. Aku berharap semoga Alfin datang. Aku ingin berbicara kepadanya.

"Aeryl!" Teriak Dira. Ia langsung memelukku erat, kulihat ada Alfin dengan kaus lengan panjangnya yang di gulung sampai siku, celana jins hitam dan rambut hitam pekatnya yang sedikit berjambul. Ia berjalan mendekati orangtuaku. Bersalaman dengan mereka.

"Ryln, lo jahat banget masa ninggalin gue. Lo nggak kasian apa sama gue? Gue entar nggak ada temen, nggak ada yang gue cak-cakin. Entar siapa yang nemenin gue makan mie dua mangkok," cerocosnya dengan sesegukan. Aku hanya terkekeh mendengarnya.

Ku uraikan pelukanku kepada Dira. Aku menatap matanya intens.

"Dira, listen to me, gue nggak ninggalin lo oke? Di sini, di hati gue masih ada persahabatan kita. Ia membekas untuk selamanya, nggak bakal hilang. Walau sekali pun gue lupa sama lo, dia masih ada di bagian hati gue yang paling dalam, ia punya tempat khusus sama kayak Cinta. Jadi mau pergi kemanapun gue, gue akan selalu mengingat lo, karena lo udah gue anggap saudara sendiri. Trust me. Lagian lo udah ada Alfin sekarang, dia bakal jagain lo"

Dira mengangguk mengiyakan. Aku sebenarnya tidak ingin pergi, tapi mau bagaimana lagi.

Mataku melihat kearah Alfin, ia melihat kearah Dira. Bahkan tak melirik ku pun sama sekali.

"Dira gue boleh ngomong sama Alfin bentar? " ucapku.

"Iya elah. Lama juga nggak apa-apa," ujarnya dengan tertawa. Ia pun berjalan ke arah kedua orang tuaku.

Aku menghampiri Alfin, ia berdiri tak jauh dari aku dan Dira. Aku melihatnya dengan gugup, ya kalian tahu reaksi tubuhku saat Alfin ada didekatku.

"Alfin" panggilku, agar ia menoleh kearah ku, ia sedari tadi hanya melihat Dira. Alfin menoleh ke arahku dengan tatapan tajamnya.

"Apa?"

"Gu-e mau ngomong sebentar sama lo, boleh?" Tidak. jantung tidak baik, berdetak sangat kencang.

"Kalau mau ngomong ya ngomong aja" jawabnya dengan santai.

"Alfin, gue suka sama lo." Ucapku, aku menghilangkan rasa gugupku, aku akan memberitahu semuanya kepada Alfin. Jika masalah ini tak kujelaskan sekarang akan menjadi beban di pundakku, dan saat aku pergi pun aku masih merasa bersalah, lebih baik kuungkapkan saja semuanya.

Kulihat Alfin, membulatkan matanya. Ia terkaget mendengar pernyataanku.

"Ll-o bilang suka? Hey, lo sadar kan? Lo udah telat, pergi gitu aja tanpa penjelasan, lo tau kalo gue benci orang kayak gitu! Dan sekarang lo dengan santainya bilang suka ke gue, yang notabenya sudah menjadi pacar dari sahabat lo! Lo mikir!" Bentaknya.

Kau tau aku paling tidak suka dibentak. Apapun alasannya.

"Listen to me! You know? It's never simple, lo nembak gue waktu SD, yang nggak ngerti yang namanya Cinta! Lo juga mikir! Kondisi anak kecil yang tiba-tiba ditembak kayak gitu?! Lo bahkan lebih jahat dari gue!"
Aku pun balas membentaknya, aku tak peduli lagi jika orangtuaku dan Dira melihat kejadian ini.

Mata Alfin langsung melembut, ia menatapku tak percaya. Alfin tau aku paling tidak suka dibentak.

"Maaf, gue nggak bermaksud ngebentak lo. Gue benci sama keadaan kayak gini, lo tau? Semua yang udah terjadi selalu terngiang di otak gue. Gue mencoba buat melupakan tapi malah selalu teringat. Gue mencoba mencari hal baru, gue berusaha buat mencari Cinta yang baru, dan berhasil, gue menemukan cewek yang selalu menanyai hal-hal nggak penting hanya untuk sahabatnya. Yaitu sahabat lo. Gue tau lo suka sama gue, dari Dira, dia cerita semuanya. Tapi gue seakan tuli, nggak mau denger. Karena disitu gue udah kecewa banget sama lo. " jelasnya panjang lebar.

Alfin memegang pundakku.

"Gue minta maaf untuk segalanya. Dan terima Kasih karena lo udah mau membalas perasaan gue, tapi nggak dengan sekarang. Gue udah memiliki hati yang baru, jadi gue mohon lo lupain gue, gue bener-bener minta maaf, " ucap Alfin menusukku.

"Allfin gue nggak bisa ngelupain lo, karena dia bakal ada di sini, dihati gue, selama apapun gue pergi pasti akan tetap berada sini. Gue nggak akan pernah ngelupain lo dan gue nggak akan berenti buat suka sama lo. Karena rasa suka gue ke lo itu tidak terpaksa dan begitupun menghilangkannya."

Alfin tersenyum kala aku mengucapkan kata-kata tersebut.

"Lo emang masih Jasmeen gue yang dulu" ujar Alfin sambil mengusap kepalaku.

"JASMEEN!" Panggil ibuku. Aku dan Alfin pun langsung menoleh kearah ibuku.

"JASMEEN! AYO KITA SUDAH TELAT! " Aku dan Alfin pun menghampiri kedua orangtuaku dan Dira.

Setelah itu aku pamit pada Dira dan Alfin. Dira menangis lagi, ketika aku sudah memasukin bandara. Aku melihat Alfin memeluk Dira menenangkannya. Aku hanya bisa tersenyum getir. Aku yakin suatu saat aku bisa mencari Cinta yang baru, seperti Alfin.

Pesawat terbang, membawaku ke atas awan meninggalkan kota yang penuh kenangan.

Aku berharap di kota yang baru ini aku akan nyaman.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Halo, nama saya Aerilyn Jasmeen. Dari Palembang. Salam kenal" ucapku, memperkenalkan kan diri ku di kelas baru ini.

Sehari setelah kami sampai di Jakarta aku langsung sekolah, ternyata ayahku sudah mendaftarkan ku di sekolah SMA swasta yang cukup terkenal di sana.

Memang ini tahun ajaran baru dan aku tidak perlu menjadi murid baru.

Setelah itu aku duduk, kami bergantian memperkenalkan diri masing-masing. Aku tidak terlalu memperhatikan. Aku sibuk dengan novelku. Entah kenapa aku tak tertarik memperhatikannya.

Sekolah ini menurutku nyaman, sangat bersih. Tapi tidak tahu kalau penghuninya. Semoga saja anak-anaknya asik.

TEEEETT......

Bel istirahat berbunyi, aku hanya duduk, tidak ke kantin, aku sangat malas hari ini, lagipula aku membawa bekal.

Aku memakan roti coklatku. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku.

"Hoi!" panggil seorang cewek berambut sedikit ikal, wajahnya putih dan tinggi.

"Kenapa?" Jawabku.

"Sendirian aja, kayak orang jones." ujarnya dengan terkekeh.

"Oh ya, nama gue Dila, nama lo? "

"Eh? Aerilyn"

Ia hanya mengangguk. Namanya hampir mirip dengan Dira.

"Okay, semoga kita bisa akrab, gue kesana dulu ya" ujarnya, aku hanya mengangguk

Ya setidaknya ada yang menegurku.

Seusai roti ku habis aku mengambil "Sweet Diary" ku.

"Telah banyak hari yang telah ku lewatkan tanpa Dira dan Alfin. Hatiku masih tertuju padanya, tak sehari pun aku tak memikirkannya. Berharap dengan tahun dan hari yang baru ini bisa menjadi hal baru yang lebih cerah, dan tentu saja dapat hati yang baru. - Aerilyn Jameen. "

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hai.....

Lama, kali updatenya. Baru selesai UAS.

Capek otak , capek badan, dan capek hatiku...

Alfin: nggak jelas lu thor, kayak pup.

Author: (nangis), Alfin jahat. Kita putus

Alfin: Sorry thor, gue udah punya Dira (sambil meluk Dira)

Yaudah abaikan saja itu.

Jangan lupa votenya.

Enjoy the reading.

Salam sih Al.

I Find YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang