Hari ini adalah hari kelulusanku. Aku memakai kebaya berwarna putih dan rok batik, iya memang siswi di sekolah diwajibkan untuk memakai kebaya dan siswanya memakai setelan jas.
Aku sedang mencari Alfin, aku penarasaran dengannya, apakah dia akan tampan? Atau bahkan sangat tampan?
Ya aku sadar bahwa Alfin sudah menjadi pacar Dira, tapi aku tak bisa memungkiri bahwa aku masih menyukai Alfin.
Kata Dira, aku tak masalah kalau misalnya sering menatap Alfin, tapi aku tahu diri, aku hanya melihat Alfin ketika ia tak bersama Dira.
Sekarang aku sudah menemukan Alfin. Ia sedang bersama temannya. Aku melihat tertawanya lagi setelah sekian lama tak melihatnya tertawa.
Alfin mempunyai rambut yang sedikit berjambul, dari dulu tak pernah berubah. Ia tak terlalu tinggi, ia memiliki lesung pipit di pipi kanannya. Kulitnya putih.
Sikapnya sangat berbeda kala ia sedang menyukai seseorang. Sifat nya yang tadinya dingin tak tersentuh menjadi sangat perhatian. Wajahnya jarang sekali berekspresi bisa dengan seperkian detik berubah menjadi sangat berekspresi. Sifat nya jauh beda dengan orang sekitarnya.
Alfin itu, sebenarnya perhatian dengan hal sekecil apapun. Tetapi ia tak menunjukkannya. Kenapa aku tahu semua itu? Karena aku pernah merasakan diposisi itu. Aku pernah merasakan jadi seseorang yang special di hati Alfin. Setidaknya itu lebih dari cukup.
Apakah aku sudah menjelaskannya dengan jelas?
Aku duduk disalah satu bangku yang disediakan dilapangan sekolah yang memang disediakan untuk kami. Tiba-tiba Dira menghampiriku.
"Sendirian aja, kayak orang jones" ucapnya sambil tertawa-tawa. Aku hanya melihatnya datar.
"Iya tau, yang udah punya pacar mah beda" ujarku menyindirnya.
"Apaan sih? Eh Alfin! Sini, duduk sini! " tiba -tiba ia memanggil Alfin. Alfin pun menoleh kearahnya dan langsung menghampiri Dira.
"Kamu, aku cariin dari tadi, ternyata disini" ucap Alfin dan duduk disamping Dira. Ia tak menoleh ke arah ku sama sekali. Ya, aku tau ia masih membenciku sampai sekarang.
"Lo nya aja yang lebay, dari tadi gue nungguin lo di kantin"
"Emang iya? Tadi aku kesana kamu nggak ada"
"Apaan? Gue udah nungguin lo dari tadi, lo nya aja lama"
"Lho, kok kamu jadi judes gitu sih? "
"Nggak kok, biasa aja. "
"Yaudahlah, tapi kamu udah makan kan? "
"Udalah, ya kali gue ke kantin nggak makan, malah nungguin orang yang nggak tau kapan datengnnya"
"Aku nggak mau ngajak berantem kamu Dir"
"Ih! Siapa juga yang mau berantem, lo nya aja yang terlalu sensitif"
"Apaan sih kamu! Aku tadi ada urusan sebentar. Makanya aku nyuruh kamu ke kantin."
"Iya, tapi lo nya lama! Kayak nenek-nenek, gue udah nungguin lo selama satu jam. Mending tadi gue nyamperin Aerilyn aja, dari pada kayak kambing congek, sendirian!" setelah berbicara seperti itu. dira membuang mukanya dari Alfin.
Mengapa mereka selalu berantem? Aku tak mengerti, hanya masalah sepele yang diributkan. Untung saja Alfin perhatiaan orangnya, jadi aku tak terlalu masalah dengan hubungan mereka. Aku hanya ingin mereka senang. Mungkin Dira belum mencintai Alfin, suatu saat pasti Dira akan menyukai Alfin, karena Alfin itu akan memperjuangkan sesuatu yang menurutnya berharga. Terkecuali, kalau orang tersebut sudah menyakiti nya sangat dalam,tak memberi kepatian dan selalu membohongi dirinya sendiri, ia sangat membenci orang yang seperti itu.