"Kak..."
Kudengar seru seseorang dari kejauhan, kuputar badanku melihat siapa yang memanggilku. Dia...
'Hosh hosh hosh'
Masih terdengar deru nafas dia yang sangat terngah. Peluh itu mengalir di wajahnya, di raut wajahnya pun terpancar berbagai macam rasa(?)
"Kenapa lari?" tanyaku
"Takut telat," jawabnya dengan nafas yang mulai stabil. Ekspresi mukapun tak dapat aku artikan lagi. Ntah apa yang Ia rasakan.
"Kenapa pake jaket? Udah tau panas," ku bersihkan peluh yang menetes di dahi nya.
"Baru pulang kerja Kak. Aku masih pake seragam, lupa bawa baju ganti," jawabnya tertunduk.
"Kamu bisa pulang dulu buat ganti baju, nggak usah-"
"Kalo Aku pulang dulu apa Aku masih bisa liat Kakak yang mau pergi?! Aku nggak pulangpun waktu udah mepet, Kakak udah mau pergi. Kenapa sih Kakak giniin aku?!" intonasinya meninggi. Terangkat kepalanya, air mata itu.
Aku tahu wajah itu, berbagai ekspresi diwajah itu. Rindu, senang, sesal, kesal, sedih saat ini bercampur jadi satu. Maafkan Aku.
"Bukan gitu Fy, maksud Kakak kamu bisa pulang dulu ganti baju. Kamu bisa kabarin Kakak, suruh Kakak tunggu,"
"Suruh Kakak tunggu? Dulu-dulu Kakak bilang gitu tapi nyatanya? Kakak dipaksa sama temen kakakpun nggak enak. Dan ujung pergi, Aku disini? Sendiri. Nyari kakak tapi nggak ketemu, kakakpun nggak ada ngasih kabar ke Aku. Tau-tau udah di Jogja!"
"Ify! Kakak tau kakak salah,"
"Iya emang kakak salah, dan aku lebih salah. Kenapa aku harus jatuh hati ke orang yang mengaku dirinya salah,"
"Ify-"
"Apa kak?! Apa?! Ify cape yah kak, harusnya Ify nggak kesini aja. Biar kayak dulu aja, kakak pulang-pergi ke Bali nggak ada ketemu Ify. Biar nggak ada tengkar kayak gini. Biar Ify pendam rindu Ify selama ini. Biar hanya Ify yang rasain gimana sakitnya menahan rindu, merasakan tidak adanya pertemuan walau nyatanya kita ada di satu tempat, merasakan bahagia ketika akan bertemu. Tapi apa? Kita ketemu malah kayak gini! Ify takut kak, Ify takut,"
Kurengkuh tubuhnya. Kurasakan betapa rapuhnya dia, 'maafkan kakak Fy'. Kukecup puncak kepalanya.
"Maafin kakak Fy. Ify boleh marah, tapi asal Ify tau. Kakak amat teramat rindu sama Ify. Selama ini sering kakak pulang ke Bali, rasanya ingin sekali mampir, walaupun hanya lima menit, berkunjung ditempat Ify. Ify tau kan? Kakak ke Bali kalo emang ada event sama anak-anak Rash yang lain. Dan kakak maklum kalo Ify nggak liat kakak tampil. Tapi harus Ify tau, kakak amat rindu Ify liat kakak tampil, teriakin nama kakak, ke backstage kalo udah selesai nyanyi, ngasih minuman ke kakak, ngajakin foto bareng, minta anterin pulang. Kakak rindu semua, rindu apa yang Ify lakukan dan apa yang ada di diri Ify."
"Maaf kak,"
"Nggak perlu Ify ucapin kata maaf itu. Kakak yang banyak salah. Kakak yang nggak bisa ngeluangin waktu buat Ify. Jogja-Bali tempat singgah kakak. Kakak kuliah juga tak lupa ingat Ify, tiap hari serasa penyesalan yang dalam. Sesal tak bertemu gadis baik hati ini, rindu tak bertemu gadis ini, sakit rasa rindu ini."
"Asal kakak tau. Ify tak pernah sekalipun ingin melewatkan waktu tuk bertemu kakak, keadaan yang menghalangi kita bertemu. Sekali pun kita bertemu ini, perbincangan tak perlu pun kita lakukan. Saling sesal, kesal, rindu. Tapi entahlah kakak rindu atau tidak sama Ify. Intinya jangan pernah salahkan apa yang Ify lakukan, bagaimana pun usaha Ify yang lakukan untuk kakak. Boleh kakak tegur Ify, tapi asal kakak tau, Ify rindu semua yang ada di diri kakak." Dalam rengkuhanku pun ia mendongak, terlihat bekas air mata masih ada disana. Dikecupnya daguku. Selalu begitu.
"Ify rindu pelukan kakak, rindu melihat semua ekspresi yang ada didiri kakak, apalagi ekspresi cengo khas kakak saat liat jiwa fangirl ku kumat," senyum itu. Iya aku rindu, sangat rindu. Ia terkekeh sendiri.
"Maaf ya kak, udah bikin kakak marah setelah beberapa bulan kita ndak ketemu malah begini pas ketemu,"
"Kakak juga minta maaf, nggak bisa lama disini dan harus pulang ke Jogja lagi,"
"Tak apa kak," itu senyum sedihnya. Aku tau.
Kukecup lagi puncak kepalanya, kutepuk jidatnya. Kutarik hidungnya.
"Ify hati-hati disini, jangan nakal. Jaga kesehatan,"
'Selalu begitu,' dengusnya.
"Iya iya. Seharusnya kakak yang hati-hati. Hati-hati jaga hati, jaga pikiran juga jaga diri. Inget ada PACAR disini." Haha selalu begini. Rasanya meninggalkannya lagi berat. Tapi ada daya, kuliah menungguku.
"Iya,"
"Udah sana pergi. Kak Iyel udah mendelik tuh dari tadi,"
"Haha iya-iya" kukecupnya lagi-lagi. Memang sedari tadi Iyel sudah mendelik kearahku, sambil menunjukan jam tangannya. Yang artinya waktuku dengan Ify telah habis.
Dilepasnya rengkuhanku. Berbalik arah dia.
"Kak Iyel! Titip kak Rio yah. Kalo nakal mutilasi aja,""Haha iya gampang. Tunggu aja kabar dukanya,"
"Udah sana pergi. Ingat jangan nakal. Banyakin job di Bali, biar bisa ketemu lagi,"
"Iya, tunggu aja kabar dari kak Acel nanti. Kakak pamit yah,"
"Iya hati-hati," diambilnya tanganku, dikecup punggung tangan ini.
"Kamu juga, bye..." berat langkah ini.
"Bye. Dah kakak,"
Kutolehkan terus kearah belakang, jauh.
"Kak Rio!... Jangan lupa makin sering kabarin Ify yah. Dadah, kiss dari jauh ya... Muachh muachh. Dadah..."
Kulambaikan tanganku, memasuki bandara. 'Semua akan indah pada waktunya,'
*****
A/n:
Ini ceritaku tentang #Astera , kalian bisa baca versi Aslinya di cerita Aku yang judulnya #Astera (ShortStories). Sekarang aku revisi jadi versi #RiFY ❤Terimakasih sudah membaca, jangan lupa Vote & Comment.
Xoxo, @fitriapict
Minggu, 06 Oktober 2019, 13:38Find me on:
Instagram: @fitriapict
Twitter: @fitriapict
Facebook: Fitria Febriani
KAMU SEDANG MEMBACA
RIFY (Short Stories)
Short StoryShort Stories, tentang Rio Ify & Idola Cilik. __________________________________ Hai Wattys! Semoga kalian suka cerita-cerita yang aku buat. Kalian juga bisa follow gue di: •Instagram @fitriapict •Twitter @fitriapict •Facebook Fitria Febriani Th...