Perbedaan #RIFY

169 11 2
                                    



"Ify! Kamu dengerin kakak nggak sih?!" Pasalnya gadis itu sedari tadi hanya fokus ke ponselnya. Dan terlihat seperti asik sendiri.

"Ify dengerin kakak kok," ia mendongak dari ponselnya.

"Kamu lagi ngapain sih?"

"Chat sama mbak, disuruh pulang ke Jogja,"

"Hah? Kapan? Kakak ikut yah?" ucapku sembari meminta persetujuan.

"Minggu depan. Maaf yah kak, ini acara keluarga besar. Kan kakak belum jadi bagian keluarga Ify,"

"Tapi akan kan Fy?"

"Hm, entah kak," ucap Ify sambil tertunduk.

Miris.

"Ya sudah. Esok hati-hati yah. Mungkin kakak cuma bisa anter Ify sampe Bandara,"

"Iya kak. Maaf,"

"Maaf? Untuk apa?"

"Semuanya,"

"Sudah tak apa, kita jalani saja dulu," kuteguhkan niatku untuk tetap bersama Ify. Walau nyatanya kita beda.

"Yuk pulang, besok kamu kerja kan"

"Iya kak," kuraih tangannya dan kugenggam seakan tak akan kulepas hingga kapanpun.

***

IFY P.O.V

Selepas acara keluarga. Semua anggota keluargaku berkumpul jadi satu. Ada Ayah, Ibu, Mbak, Adikku juga adik-adik dari Ayah-Ibu ku kumpul jadi satu. Tiba-tiba tante ku bertanya kepadaku.

"Fy, Kamu masih pacaran sama Rio?"

Kenapa tante tiba-tiba bertanya seperti itu. "Iya tante, kenapa?"

"Sudah berapa lama pacaran?"

"Hampir 2 tahun tan,"

"Sebaiknya kamu sudahi saja hubungan kalian. Menikahlah, tapi dengan yang lain,"

"Tapi-"

"Kalian beda loh Fy, apa kamu mau pindah agama hanya karna dia? Atau apa dia mau pindah agama demi kamu?"

Bingung. Semuanya tambah runyam. Sebelumnya memang aku sempat berfikir seperti itu. Apa harus ada salah satu diantara kami yang mengalah. Demi kebersamaan ini.

"Mungkin kamu nggak akan kami anggap keluarga lagi jika kamu mengambil jalan itu," mencerna semua kalimat yang dilontarkan mereka itu sangat pahit.

"Carilah yang seiman," kata Ibuku langsung pergi meninggalkan ruang keluarga.

Aku hanya bisa tertunduk, memikirkan bagaimana kedepannya jalan yang harus ku ambil. Bisa apa aku tanpa dia?

"Fikirkan baik-baik yah Fy. Tante nggak mau kamu kecewa dan juga mengecewakan keluarga,"

"Iya tan, akan Ify fikirkan,"

***

Hari ini aku kerja pagi, shift bareng Osa. Mungkin aku tidak terlalu dekat dengan dia, aku malah dekat dengan teman dia. Tapi namanya juga bekerja, nggak monoton dong.

"Oh gitu yah mbak,"

"Yah kek gitu lah Sa, aku juga banyak belajar dari bli Rio. Kalo ada apa-apa kayak misalnya soal obat aku nggak tau aku langsung tanya. Kalo misalnya aku ngasih obat ke pasien dan masih agak ragu, nanti aku tanya ke dia bener apa nggak, bisa apa nggak. Pokoknya selagi masih ada waktu, belajar terus ya,"

"Iya mbak,"

"Mbak sama bli Rio udah berapa lama pacaran?"

"Hampir 2 tahun, selama aku kerja disini. Dia yang ngajarin aku, dia yang negur aku kalo ada salah, dia yang nemenin aku kemana-mana, dia yang slalu ada saat aku butuh,"

"Sayang banget ya mbak?"

"Nyaman Sa, dia loh yang slalu ada saat aku butuh. Aku bingung sebenernya. Mau lanjut atau sudah. Umurku sudah 24 tahun bulan besok, orang tuaku sudah menuntutku menikah. Dan pas acara keluarga kemarin aku didudukin sama keluarga besar dan ditanya-tanya tentang hubunganku dengan Rio. Aku bingung Sa, aku takut ngecewain mereka." Teringat jelas tiap kalimat yang dilontarkan tante dan ibu ku.

"Memang sulit kalo udah berhubungan dengan yang namanya Agama."

"Apa harus salah satu diantara kami mengalah demi hubungan ini. Aku yang pindah atau dia yang pindah. Kalau aku yang pindah aku nggak mungkin, aku takut ngecewain keluarga. Bagaimanapun semua harus ada restu keluarga," tak terasa air mataku hampir jatuh. Aku bisa lihat Osa, diapun seperti merasakan apa yang aku rasakan.

"Coba kamu yang ada diposisi aku Sa," tangisku pecah. Sedih mendera lagi.

"Nggak perlu aku menggantikan posisi mba, aku pun bisa liat dan ngerasain yang mba rasain. Semua memang sudah takdir, walaupun nantinya tidak bersama."

***


Ku lihat dari matamu
Yang gambarkan tanda tanya yang membisu
Saat ku raih keputusanku melepas cintamu

Tanyakanlah pada hatimu
Haruskah kita mencoba bertahan di dalam cinta
Walaupun kita tlah tahu akhirnya

Perbedaan menghancurkan semua
Tapi mereka bilang itu indah
Walau beda menghancurkan kita
Ku kan tetap coba jalani kata hatiku

Demi engkau ku akan tetap di sini
Dan kan selalu mencoba
Menorehkan senyum di wajahmu kembali

Engkau mampu tuk tetap di sini
Meski lelah mencoba
Tuk membunuh niatku mengakhiri semua ini

Mungkin semua memang salahku
Yang datang dalam hidupmu
Menancapkan panah cinta terlalu dalam
Dan merusak hatimu

Perbedaan menghancurkan semua
Tapi mereka bilang itu indah
Walau beda menghancurkan kita
Ku kan tetap coba ikuti kata hatiku

Demi engkau ku akan tetap di sini
Dan kan selalu mencoba
Menorehkan senyum di wajahmu kembali

Engkau mampu tuk tetap di sini
Meski lelah mencoba
Tuk membunuh niatku mengakhiri semua ini

Kau coba hancurkan risauku
Kau coba sirnakan inginku tuk sudahi semua
Kau coba yakinkan hatiku
Kau coba membunuh niatku tuk akhiri semua ini

Demi engkau ku akan tetap di sini
Dan kan selalu mencoba
Menorehkan senyum di wajahmu kembali

Engkau mampu tuk tetap di sini
Meski lelah mencoba
Tuk membunuh niatku mengakhiri semua ini

Demi engkau ku akan tetap di sini
Dan kan selalu mencoba
Menorehkan senyum di wajahmu kembali

Engkau mampu tuk tetap di sini
Meski lelah mencoba
Tuk membunuh niatku mengakhiri semua
Tuk mengakhiri semuanya di sini
(LAST CHILD - Perbedaan )

***

END

Terimakasih sudah membaca, jangan lupa Vote & Comment.

Xoxo,  @fitriapict
Minggu, 06 Oktober 2019, 16:55

Find me on:
Instagram: @fitriasini

Twitter: @fitriapict
Facebook: Fitria Febriani

RIFY (Short Stories)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang