Raka mengernyitkan dahi bingung saat melihat Viola berjalan dengan muka lesunya. Padahal kemarin gadis itu terlihat sangat bahagia, berbanding terbalik dengan Viola yang ia lihat sekarang. Sebenarnya Raka ingin bertanya, tetapi rasa gengsinya jauh lebih besar daripada rasa ingin tahunya.
"Lagian bukan urusan gue juga." batin Raka sambil tetap memandang Viola.
Viola yang merasa diperhatikan pun mendongak dan pandangan keduanya bertemu. Raka dapat merasakan kesedihan dari sorot mata Viola.
Alis Raka terangkat saat Viola menundukkan kepala dan berjalan melewatinya tanpa melirik dirinya sedikitpun. Raka mengendikkan bahunya cuek lalu berlalu pergi ke kelasnya, tanpa memikirkan perasaan Viola yang hancur akibat melihat hal tersebut dari balik tembok.
Raka tidak mempedulikannya bahkan ketika keduanya sudah resmi berteman.
Viola menghela nafas kecewa sambil terus melangkahkan kaki menuju kelas.
"Hai! Lo Viola kan?"
Panggilan tersebut membuat Viola mendongakkan kepala lalu memandang bingung laki-laki di depannya.
"Ha-hai." jawab Viola kikuk. Pasalnya, ia sama sekali tidak mengenali laki-laki itu.
"Kenalin, gue Samuel. 12 IPA-3." Samuel mengulurkan tangannya ke arah Viola sambil tersenyum lebar.
Viola pun membalas uluran tangan Samuel, "Viola, 10 IPA-1."
"Oke. Sampai ketemu lagi, Viola." ucap laki-laki bernama Samuel itu seraya berlalu dari hadapan Viola.
Viola memandang punggung Samuel bingung. Penampilan laki-laki itu terkesan seperti bad boy dengan baju yang tidak dimasukkan ke celana dan rambut yang acak-acakkan.
Viola akui laki-laki itu terlihat tampan, tapi tetap saja Raka lah laki-laki tertampan bagi Viola. Viola mengerjapkan matanya saat pemikiran itu melintas di otak. Berpikir bahwa Raka adalah laki-laki tertampan membuat Viola seperti anak SMP yang sedang dimabuk cinta.
Viola melanjutkan perjalanannya ke kelas karena 3 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Ia mempercepat langkahnya saat mengingat bahwa pelajaran pertamanya hari ini adalah Fisika. Pak Darmaja adalah guru Fisika yang terkenal sangat disiplin. Ia akan menghukum muridnya yang telat masuk kelas walau hanya 5 detik saja.
*
"Lo mau mesen apa Vi? Biar gue yang pesenin," tanya Helena.
Sekarang keduanya sedang berada di kantin untuk mengisi perut yang sudah berteriak minta jatah sedari tadi. Pelajaran Pak Darmaja memang sangat menguras pikiran dan energi.
"Gue bakso sama jus jeruk aja deh Hel. Thanks ya!"
Setelah mendengar pesanan Viola, Helena bergegas pergi memesan makanan seraya mengacungkan jempolnya.
Viola menolehkan kepala saat merasakan ada yang duduk di sebelahnya. Viola membulatkan mata kaget saat melihat Samuel yang sedang tersenyum lebar.
"Hai Viola!"
Viola tersenyum ramah ke arah Samuel, "Hai Kak!"
"Lo sendiri aja?" tanya Samuel menopang dagu seraya menatap Viola.
"Sama temen, tapi lagi mesen makanan." jawab Viola sambil menunjuk Helena yang tengah sibuk berdesak-desakkan mengantri bakso.
Canggung. Tidak ada topik pembicaraan di antara keduanya. Viola melirik Samuel yang tengah menatapnya sambil tersenyum tipis. Viola sebenarnya merasa risi dengan perlakuan Samuel, tetapi ia hanya diam karena tidak tahu harus berbuat apa.
YOU ARE READING
Mistake
Teen FictionRaka pernah mengalami kejadian dimana dia kehilangan wanita yang sangat disayanginya. Sayangnya, kejadian itu terulang kembali.