chapter 3

7 1 0
                                    

"Terimakasih atas ucapannya, semoga kamu segera menyusulku."

Air mata Aila seketika itu tumpah dan tangannya sudah tak sanggup lagi untuk menggenggam apapun dia merasa seakan Abraham begitu berengsek detik itu juga. Sebulan yang lalu Ia masih ingat betul kalau Abraham mengatakan masih menyayanginya. Lalu sekarang adalah malam paling yang tidak pernah Aila inginkan seumur hidupnya.

Aila menatap layar ponselnya¾ tepatnya pesan balasan dari Abraham tadi, ia terus menatap tanpa ia sadari air matanya terus mengalir tanpa isakan sama sekali, yang menandakan bahwa Aila amat terluka. Ia mencintai Abraham, meskipun dahulu niat Aila menerima Abraham sebagai kekasihnya karena Ia hanya ingin main-main saja. Dia pikir hubungan mereka hanya akan berlangsung beberapa minggu, dan dia pikir tidak akan sampai sesakit ini. Dia tidak pernah menyangka hubungan yang dahulu ia anggap main-main menjelma menjadi sesuatu yang menghancurkannya perlahan-lahan.

Dengan tangan gemetar Aila menelpon sahabatnya Safira, nada sambung yang cukup lama, Aila menggigit bibirnya untuk berusaha menahan tangis. Namun tetap saja air matanya terus mengalir dan entah seberapa hancurnya dia saat ini.

"Hallo." Sapa seseorang di ujung telpon.

"Saf..." Aila bersusah payah memanggil nama Safira, dengan suara gemetar menahan tangis.

"Lu kenapa Ai? suara lu kaya orang nangis gitu sih?"

Seketika itu Safira diliputi rasa penasaran luar biasa. Pasalnya sahabatnya itu tidak pernah seperti ini sebelumnya. Menelpon di waktu tengah malam dengan suara yang bergetar seperti orang menangis. Aila tidak pernah serapuh itu sebelumnya, dan itu membuat Safira diliputi perasaan khawatir.

"Ai?" Safira memanggil sekali lagi karena Aila tidak bersuara sedari tadi, kecuali sayup-sayup Ia mendengar isakan Aila yang terdengar begitu terluka.

"Kenapa dia tega sma gue Saf?" suaranya lirih dan nyaris seperti bisikan. Aila sedang tidak baik-baik saja. Itulah yang dapat Safira simpulkan saat ini.

"Dia siapa?" Tanya Safira dengan rasa penasaran.

"Abraham punya pacar baru, dan gue patah hati." Jawabnya singkat.


"Loh? Bukannya kalian masih baik-baik aja dan bukannya Abraham masih sayang sama Lu? Kok tiba-tiba dia punya cewe baru sih. Gila itu orang!"

Tiba-tiba saja jiwa Safira dilingkupi rasa kesal luar biasa terhadap Abraham. Bagaimana bisa ia menyakiti Aila seperti itu. Benar-benar beregsek!

"Gu..gue nggak tau.... Gue nggak ngerti kenapa dia sejahat itu sama gue. Dia bilang dia masih sayang sama gue, ta...tapi kenapa dia tega ngelakuin ini sama gue?" Aila menjawab dengan suara sesegukan karena menangis.

**

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang