Menantikan Bintang

17 3 3
                                    

Kau tidak akan pernah tahu kapan cinta tiba-tiba datang ke dalam hatimu, masuk sangat jauh sampai meresap disetiap nadimu hingga harimu akan selalu menginggat akan cinta itu.

Sejenak Nava ingin melupakan kesedihannya, Sydney adalah kota yang tidak boleh ia lewatkan untuk berjalan-jalan. Bersama dengan Nathan, ia memulai perjalanannya menyusuri jalanan Sdyney yang indah.

"Loe tau nggak kalau Indonesia berperan banyak dalam perkembangan Islam di Sydney?" Nathan memulai percakapannya, namun dengan pandangan yang tetap ke arah sungai Parramatta. Sungai jernih yang membelah kota Sydney.

	"Masak sih? Indonesia?" Nava sedikit terkejut, tapi belum terlalu tertarik akan pembicaraan Nathan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masak sih? Indonesia?" Nava sedikit terkejut, tapi belum terlalu tertarik akan pembicaraan Nathan.

"Iya, tepatnya dari masyarakat Indonesia Timur yaitu sekitar abad ke 16 dan 17. Nelayan dan pedagang Makassar tiba di pesisir utara Australia Barat, Australia Utara dan Queensland. Orang Makasar sendiri berdagang dengan penduduk asli dan mencari teripang yang mereka jual sebagai makanan di pasar Cina yang menguntungkan."

Nava masih belum percaya. "Loe punya buktinya? Indonesia abad ke 16 sudah pergi ke Australia?"

"Bukti-buktinya dapat ditemukan pada persamaan beberapa kata bahasa Makassar dan penduduk asli pesisir Australia. Lukisan gua Aborijin juga menggambarkan perahu tradisional Makassar dan beberapa peninggalan masyarakat Makassar telah ditemukan di pemukiman Aborijin di pesisir barat dan utara Australia. Bahkan diyakini pernah ada perkawinan antara penduduk asli dan orang Makassar. Tidak hanya itu juga, sejumlah pemakaman orang Makassar telah ditemukan di sepanjang garis pantai Australia."

Nava masih belum percaya akan pendapat Nathan. "Kalaupun memang Indonesia berperan besar dalam perkembangan Islam di Australia, toh masih sedikit penganut Islam disini?"

"Owh, sekarang Muslim di Australia sudah lumayan besar, di tahun 2006 saja tercatat lebih dari 340.000 Muslim di Australia, dimana dari jumlah tersebut Indonesia menyumbang sekitar 8.560 orang, sisanya dari Afganistan, Pakistan, Bangladesh dan Irak. Apalagi akhir-akir ini banyak Muslim bermigrasi ke Australia melalui program pengungsi atau kemanusiaan dari Negara-negara Afrika seperti Somalia dan Sudan."

Nava terdiam mematung. Matanya berkeliaran menyoroti setiap lekuk wajah Nathan.

"Kenapa? Ada yang salah dengan omongan gue?" Nathan salah tingkah melihat Nava yang dari tadi memandanginya.

"Nggak. Gue cuma heran aja loe masih inget Indonesia."

"Oh iya, nati gue ajak loe ke Masjid-masjid disekitaran Sydney. Mungkin kalau di Indonesia kita bisa sangat mudah menemukan Masjid tapi disini lumayan sulit juga, apalagi di kota seperti Sydney."

Nava cemberut. Yah! Udah jauh-jauh ke Sydney cuma jalan-jalan di Masjid. Kalau Masjid di Indonesia juga banyak.

Seakan bisa membaca apa yang Nava pikirkan, Nathan langsung tersenyum. "Nggak usah kuatir. Nanti kita juga ke Opera House, Sydney Harbour Bridge, Queen Victoria Building, terus mau kemana lagi? pokonya loe punya tour guide yang keren, cakep dan perfect kayak gue nggak bakalan nyesel."

A Thousand Love For MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang