COWOK GANTENG PELAYAN RESTORAN #2

238 17 35
                                    

Part 2






Si rambut pirang keheranan dengan anak-anak SMA yang berada didepannya. Mereka terlihat sibuk sendiri, mengobrol dan memandangi si Bang Hika dari kejauhan yang lagi PDKT. Namun Daiki nampaknya masih fokus sama orang yang sedari tadi berdiri menatap balik dirinya.

"Eh, adek-adek mau pesen apa? Ini menunya." Si pirang memberikan buku menunya.

"Ma-makasih." kagum Daiki mendengar suara sexy dari Yuya.

"Situ ngapain matanya berbinar gitu?"

"Anu... anu mas, mas orang londo?" tanya Daiki to the point.

Mendengar pertanyaan Daiki, semua temannya menoleh dan baru fokus ke Pirang.

"Eng~Enggak! Saya ini orang sini!"

"Oh~ Mukanya Eksotis, Warna kulitnya Oriental gitu ya... kok bisa?"

"Daiki, kamu ngomongnya mbok dikondisikan!" kata teman Daiki yang asli jawa ini.

"Eh~ Maksudnya, masnya itu muka oriental trus kulitnya eksotis. Cocoknya dipantai mas daripada jadi pelayan restoran."

"MASBULLOH~" si Pirang mengibaskan poni panjangnya dengan sok cool, semua melotot dan sedikit jijik dengan gaya mas ganteng ini. Memang ganteng sih, tinggi pula ditambah gaya dan tubuhnya yang tegap membuat gadis-gadis pasti berkya~kya~ ria jika sosok malaikat sepertinya berjalan didepan mereka. Rambut sebahu warna pirang bak idola grup Heh! Sek! Jump yang terkenal di J-Pang.

"Ehehe mas kutunya terbang nanti." canda teman Daiki.

"Enak saja ya! Rambut saya ini free kutu!" jawab si Pirang.

"Hehe iya mas, maafkan teman saya." cengenges Daiki.

"Oh dipikir-pikir ini kalian jadi pesen atau tidak? Saya capek tau ngobrol gak dibayar gini!" protes si Pirang.

"Oh iya... ayo pesen yang mana kalian?" tanya Daiki menyuruh temannya untuk memilih menu.

Beberapa menu telah dipilih, dan mereka tak begitu lama menunggu. Ya namanya juga restoran cepat saja, masa nunggunya lama. Begitu pikir teman Daiki.

Mengenai rasa, ya lumayan dilidah Daiki. Cukup dengan biaya yang dikeluarkan. Tak lama kemudian mereka telah selesai, ada sebagian teman Daiki yang berpamit pulang terlebih dahulu dengan berbagai alasan.

Tinggalah Daiki yang terakhir. Kini semua teman-temannya sudah pulang semua. Mendadak pucat wajah Daiki, karena ATM yang dikasih sang Mama tak berada didalam tasnya. Ia mengingat-ngingat, sepertinya terjatuh disuatu tempat.

"Aduh gimana bayarnya." sibuk mencari ATM si Pirang datang memberikan sesuatu pada Daiki.

"Punya mu dek?"

"Uwa~ mas penyelamat hidupku! Makasih banget ya mas!!" dengan gembira ia mengambil ATMnya. Si Pirang mengreyitkan dahinya.

"Mas mas, emang aku mas situ! Namaku Yuya~" si Pirang bernama Yuya mengibaskan poninya lagi ditambah senyum yang menawan.

"Terus aku manggil apa?"

"Panggil~ Yuya aja."

"Tapi kan kayanya masnya eh, Yuya lebih tua dari Daiki."

"Oh namamu Daiki. Ya udah panggil terserah aja deh asal jangan abang aja."

"I-iya." Daiki mengangguk.

Keesokan harinya, Daiki kembali ke restoran cepat saji tersebut. Bukan karena ingin menraktir teman-temannya lagi. Melainkan Daiki ingin berterima kasih pada Yuya, sekaligus ia juga meminta maaf karena kemarin sedikit berkata kasar padanya.

"Yuya!"

"Eh, ngapain kesini?"

"Dai mau ngasih ini? Buat ucapan terima kasih."

"Gak usah, lagian soal kemarin aku nolong gak niat cari imbalan kok."

"Gitu ya?" Daiki sedikit sedih mendengar ucapan Yuya.

Melihat Daiki yang terlihat murung, Yuya segera merebut bungkusan yang berada didalam tas kecil tersebut. Daiki tersenyum melihat Yuya mau menerima pemberiannya. Daiki lalu berpamitan pulang, karena hari sudah sore.

"Eh, lu olang gak makan? sayang-sayang datang jauh-jauh gak makan di mari." cegat Hika.

"Maaf bang, saya mau pulang."

"Eh, gak bisa gitu. Gini lho le, lek sampon mlebet niku nggeh mampir riyen tho." paksa Hika, ia mendorong Daiki menuju kursi untuk mempersilahkan duduk.

**Gini lho nak, kalau sudah masuk yang mampir dulu lah (Mampir=Makan)

"Anu bang, tapi saya gak bawa uang lebih."

"Disini lu olang bisa ngutang a. Tapi gak lebih dari 50.000 jadi tenang bocah manis." cengirnya.

Bang Hika memang suka memaksa pelanggannya apalagi yang sudah akrab seperti Daiki. Walau ini kali kedua Daiki pergi ke restoran, tapi Bang Hika tak malu-malu memaksa Daiki untuk memesan direstoran bos nya yang baru buka.

"Ba-baiklah." jawab Daiki.

"Bial lu olang gak sendilian, lu olang sama oe dulu. Mumpung pelanggan masih sedikit."

"Iya bang."

Yuya yang memperhatikan Daiki dan Bang Hika sebenarnya juga ingin ikut bergabung, namun karena tugasnya bertumpuk. Apa daya baginya, tak ada waktu untuk berfoya.

"Bang bang, ada pelanggan yang lupa bawa dompet." Adu seorang pelayan pada Bang Hika, sontak Bang Hika naik darah jika urusan uang. Ia pun segera menghampiri orang yang duduk dengan seorang wanita yang sedikit ketakutan itu.

"EH, Kalau awak tak punye money jangan sok-sok awak nak makan di restoran saye punye! Muka pas-pasan macam awak ni tak laku bayar ini makanan! Sekarang awak mau cakap ape? Mau alesan dompet awak ketinggalan?! Saye tak percaye! Awak pikir ini restoran punya nenek moyang awak?!! Makan gratis minum gratis, awak punya muka gratisan pule! Eeeerrghh...Sudah, awak pulang saje sana!" dengus Bang Hika.

"Hah gitu doang Bang? Gak disuruh apa gitu? Cuci piring atau apa gitu bang?" kaget Yuya.

"Udah puas aku marahin dia, kau tau aku jarang marah kan?!" logat batak Bang Hika, yang akhirnya ia pergi keruangan staff.

Atas kejadian tadi, Daiki beruntung sekali Yuya menolongnya kemarin. Kalau tidak ia bisa saja menjadi santapan Bang Hika. Daiki mengelus dadanya lega.

"Hei, aku antar pulang ya." tawar Yuya.

"Eh?" antara senang dan gundah, entah kenapa didekat si Pirang Daiki merasa nyaman dan bahagia walau jantungnya bertolak belakang dengan hatinya. Jantung Daiki berdetak lebih cepat saat Yuya berada didekatnnya.

"A-apa ini cinta?" gumam Daiki yang terpesona dengan wajah Takaki.

"HAH??!" Takaki bingung.

"Ah~ a..a..."

To be continue...

TAKADAI FANFICTION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang