PET SHOP

103 11 0
                                    


Disaat kau menatap bintang dilangit, aku hanya bisa memandangimu. Sejenak, walau hanya dengan hembusan nafas yang terdengar tipis. Sejenak, walau hanya terdiam saat bersamamu. Tak ada yang aku sesali jika itu bersamamu. Tak ada yang aku inginkan lebih, jika waktu hanya dihabiskan olehmu. Hingga tangan Tuhan yang memisahkan.

Malam ini akan ku arungi segala keluh kesah bersamamu. Akan ku bagi senyuman dan kebahagian bersamamu. Tak akan aku biarkan goresan tajam melukai hatimu lagi.

Kini aku memelukmu, lebih erat, lebih hangat. Mendekapmu dalam kesunyian, membelaimu dalam kesepian, menerangimu dalam kegelapan, dan hingga mata indahmu terlelap dalam ketenangan.

Saat kali pertama, aku mencoba mengingatmu. Kau berjalan berbalut jaket dan syal pink tanpa keraguan kau mendatangiku dan memberikan hewan yang kau sayang.

"Tolong jaga dia."

Sempat kaget, tapi entah dari mana datangnya dirimu. Dengan wajah yang sayu, kau bahkan tak ada niat untuk tersenyum. Tak bisa aku lakukan untuk menolak.

"Maaf, tapi anak kucing ini."

"Katakan pada Cielo! Aku akan datang menjemputnya!"

"Eh!!"

Kau berlari tanpa memperjelas keadaan saat itu. Tapi, entah kenapa bibir ku terasa mudah tersenyum melihat kepolosanmu kala itu.

"Dasar anak-anak." Gumam ku.

Kau tau, bahkan aku tak pernah berfikir kau akan kembali mengambil anak kucing itu yang kini telah tumbuh besar.



09 November

05:00 JST, Tepat 2 tahun

Kau berdiri dipinggiran toko, walau begitu lama. Aku teringat, saat itu kau masih menggunakan seragam SMP. Pandanganmu tertuju pada kucing ras yang berada dalam gendongan manisku.

"Ci-cielo?" matamu berkaca-kaca, kau meraba kucing manis itu. Menatapnya dengan dalam.

"Tunggu, Kau anak yang 2 tahun lalu menitipkan kucing padaku kan?" tanyaku memastikan.

"Ya, kau masih mengingatku?" tanyamu.

"Dengar, apa yang kau lakukan 2 tahun lalu? Meninggalkan kucingmu dan memberikan ke Pet Shop, memangnya ini tempat panti asuhan untuk hewan?!"

"Kau menyesal merawatnya?"

Sepertinya kau mulai salah paham sejak itu. Hingga akhirnya aku mengalah dan mempersilahkan kau masuk kedalam rumahku.

"Jadi itu alasanmu?"

"Jika kau akan pindah rumah kenapa tidak kau bawa saja kucingmu?"

"Tidak bisa!" sentakmu, membuatku terdiam.

"Kakak ku akan marah jika aku tidak membuang Cielo."

"Marah? Kenapa?" aku memberikanmu susu hangat, dan duduk untuk mendengar ceritamu.

"Apa kau akan marah jika aku cerita sebenarnya?"

Melihatmu saja aku tak tega, bagaimana aku bisa marah pada anak seusiamu. Aku hanya menggeleng, dan ku lihat kau mulai menarik nafas dalam.

"Kakak melarangku memelihara Cielo, karena aku alergi terhadap bulu binatang. Tapi, aku sangat suka kucing! Jadi, menitipkan kucingku padamu itu adalah solusi yang tepat saat itu."

"Ya ampun, jika kau alergi, kau memang tidak bisa memeliharanya."

"Tenang, mulai sekarang aku menyewa apartemen. Karena aku sudah masuk SMA, jadi kakak mengijinkanku untuk tinggal sendiri. Dengan begitu, aku bisa merawat Cielo lagi."

"Dasar licik! Lalu bayaran untuk ku?" tanyaku mengancam.

"Kau benar-benar tidak ikhlas merawat Cielo ya?"

Aku benar-benar tidak tahan melihat kelakuanmu saat itu. Kau membuatku naik darah dan gemas. Dengan tegas, aku pun menjawab pertanyaanmu yang sempat membuatmu tercengang.

"Ya, aku tidak ikhlas. Aku sudah merawatnya selama 2 tahun dan kemudian kau akan mengambilnya. Tidak semudah itu anak muda! Aku merawatnya mati-matian! Enak saja!"

"Begini sajalah, apapun yang kau mau akan aku penuhi asal jangan uang."

Jantungku seraya akan copot mendengar jawabanmu yang benar-benar diluar nalar.

"Kalau begitu, tinggallah disini." Jawabku, berharap kau akan menolak tawaranku. Tapi benar-benar diluar nalar.

"Baiklah."

Semenjak saat itu, kau dan aku begitu dekat. Hingga seakan dunia hanya milik kita berdua.

"Yuya! Cielo tidak ada dikamarnya!"

"Dia bersamaku."

"Wah-wah...kau membuatnya jadi lucu."

"Daiki...tetaplah seperti ini." Aku memangkunya dan bersandar dipunggungnya.

"Yuya, kau sakit?"

"Ya...aku sakit."

"Sakit apa?" tanyamu sedikit khawatir.

"Sepertinya aku sakit karena mulai menyukaimu, Daiki."

Hanya itu yang bisa ku katakan, tanpa berfikir panjang. Kau menjawab tanpa adanya keraguan.

"Jika dengan Daiki, Yuya bisa sehat. Kenapa tidak?"

KYAAAAAAAA

Anak ini benar-benar membuatku tidak normal! Inilah, yang terjadi antara aku dan Daiki. Dan juga hubungan kita, tanpa adanya rahasia. Dia tetap akan menjadi anak yang polos. Selamanya.



end

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TAKADAI FANFICTION (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang