Tapi baru saja mau cari jalanan kecil untuk menyembunyikan diri, mendadak terdengar suara terompet yang berulang-ulang dan dilain saat tigapuluh lebih serdadu Mongol yang bersenjata gendewa dan anak panah sudah menghadang di depannya. Hampir bersamaan di atas tanjakan muncul pula sejumlah serdadu yang melemparkan balok-balok dan batu-batu ke bawah tanjakan itu. Tapi karena kuatir melukai Tio Beng, balok dan batu itu tidak ditujukan ke arah Bu Kie. Karena jalanan di depan sudah tercegat ia segera berlari ke tanjakan sebelah kiri, tapi baru lari beberapa tombak sudah terdengar suara gembereng dan diatas tanjakan muncul lagi pasukan Mongol lain yang bersenjata gendewa dan anak panah. Kalau seorang diri ia tentu akan menerjang, tapi dengan mendukung Tio Beng, ia tidak berani mengambil tindakan yang nekat itu. Andaikata si nona terkena anak panah atau balok batu dan terbinasa, seumur hidup ia akan menyesal.
Setelah berpikir sejenak, ia segera lari balik ke jalanan yang tadi dilaluinya tapi baru setengah li ia sudah berhadapan dengan ketiga pendeta asing. Ia menaruh Tio Beng di tanah dan membentak, "Kalau masih mau hidup, mundurlah!"
Kioe Cun cia maju selangkah dan segera memukul dada Bu Kie dengan kedua telapak tangannya dalam pukulan Pay san ciang. Dalam menghadapi jalan buntu, Bu Kie tidak dapat berbuat lain selain melawan. Dengan sepenuh tenaga ia segera menangkis dengan tangan kirinya.
Sesudah tertangkis tangannya, Kioe Cun cia terhuyung dan mundur beberapa langkah. Mohan Singh dan Mohan Fa menahan punggungnya dan mendorongnya kembali ke depan. Untuk kedua kalinya Kioe Cun cia mengirim pukulan Pay san ciang. Karena ingin menyimpan tenaga kali ini Bu Kie tidak mau melawan kekerasan dengan kekerasan. Ia menangkis dengan Kian kun Tay lo ie. Tapi ia segera terkejut karena telapak tangannya mendadak tersedot dan melekat pada telapak tangan si pendeta. Dua kali mencoba menarik kembali tangannya tapi tidak berhasil. Karena terpaksa, ia segera mengerahkan Kioe yang Sin kang dan mendorong lawannya. Tapi Kioe Cun cia tidak kena didorong, ia tetap berdiri tegak.
Dalam kagetnya Bu Kie menyadari bahwa Mohan Singh dan Mohan Fa menempelkan kedua telapak tangan mereka pada punggung Kioe Cun cia dan ketiga pendeta itu kelihatannya sedang mengerahkan seluruh tenaga dalam mereka. Ia segera tersadar, ia ingat Thio Sam Hong pernah memberitahukan kapadanya bahwa di Thian tiok terdapat sebuah ilmu mempersatukan tenaga beberapa orang untuk menghadapi tenaga yang sangat besar. Karena kuatir bala bantuan lawan keburu tiba, sambil membentak keras ia mengempos semangat dan menambah tenaganya.
Ketiga pendeta itu lantas saja memperlihatkan tanda2 tidak bisa bertahan lagi dan keringat mereka mengucur dari kepala dan muka. Sekonyong2 Mohan Fa menyemburkan darah dari mulutnya. Itulah bukti bahwa si pendeta sudah terluka berat, tapi sungguh aneh, sesudah darah disemburkan, tenaga pihak lawan berbalik bertambah satu kali lipat. Bu Kie terpaksa menambah pula tenaganya. Di lain saat Mohan Singh, yang selebar mukanya sudah berubah merak, meyemburkan darah ke leher Kioe Cun Cia seperti tadi, tenaga lawan bertambah lagi satu kali lipat. Bu Kie lantas saja mersa tenaganya mulai tertindih.
Dalam keadaan terdesatk ia segera mundur dua tindak untuk mengurangi tekanan dan sesudah itu, sambil mengambil napas dalam2 ia menyerang balik. Diserang begitu, badan Mohan Singh dan Mohan Fa bergoyang2, hampir2 mereka roboh.
Melihat kedua keponakan muridnya tak dapat bertahan lagi, buru-buru Kioe Cun Cia membuka mulutnya dan menyemburkan darah kemuka Bu Kie. Pemuda itu miringkan kepala untuk mengegos semburan itu. Mendadak ia merasa dadanya seperti ditindih dengan besi yang berat nya berlaksa kati dan hawa dibagian tan tian bergolak2. Ia terkejut, Ia tanya nyana, ketiga pendeta itu memiliki ilmu yg sedemikian aneh. Tapi ia pun tahu, bahwa pihak lawan sudah hampir kehabisan tenaga. Jika ia bisa bertahan terus, kemenangan terakhir akan direbut olehnya sendiri. Ia segera memusatkan pikirannya dan mengempos seluruh Kioe yang Sin Kang yang terdapat dalam tubuhnya. Beberapa saat kemudian Mohan Fa berlulut, tapi tangannya masih tetap menempel dipunggung Kioe Cun Cia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Pembunuh Naga
General FictionKisah Membunuh Naga (To Liong To/ Bu Kie) Original Author: Jin Yong (Chin Yung) Original Title: Yi Tian Tu Long Ji (Heaven Sword and Dragon Sabre) BU KIE Karya : CHING YUNG Terjemahan: Tjan